Mohon tunggu...
Muhammad Rofy Nurfadhilah
Muhammad Rofy Nurfadhilah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis dan membaca merupakan cara yang paling elok dalam membunuh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Anak Belajar di Rumah, Bagaimana Seharusnya Sikap Orangtua?

12 April 2020   10:33 Diperbarui: 15 April 2020   20:56 1539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto: Shutterstock via KOMPAS.com)

Selama pandemi Covid-19 masih mewabah, sekolah, atas kebijakan pemerintah yang diwakili oleh Kemendikbud RI mewajibkan peserta didiknya untuk belajar di rumah. Apapun tanggapan orangtua atas kebijakan tersebut seyogianya -siapapun- harus sudah paham bahwa hal ini dilakukan untuk kebaikan bersama.

Selama kurang lebih tiga bulan anak-anak 'dirumahkan' dan kemungkinan akan ada kebijakan lain yang akan terus menyusul selama pandemi belum berakhir. 

Banyak orangtua menyambut baik di awal, namun beberapa lama ada pula orangtua yang -kemudian- menjadi 'keteteran' karena harus membantu anak-anaknya dalam belajar atau membantu project mandiri yang diberikan oleh guru-gurunya di sekolah.

Bagaimana sebaiknya orangtua memosisikan diri untuk anak-anaknya yang setiap harinya harus belajar di rumah? Berikut beberapa hal yang seyogianya harus diperhatikan orangtua:

Membuat Manajemen Waktu Bersama

Mereka mungkin belum masuk dunia kerja, namun membuat semacam perencanaan dan manajemen waktu bersama merupakan pembelajaran yang cukup baik bagi mereka, inilah yang disebut dengan learning by doing. 

Meskipun rencana harian orangtua -tentu- tidak sama dengan rencana harian anak, maka tidak salahnya membuat perencanaan sama-sama. 

Secara tidak langsung, mereka akan belajar dari orangtua, yang tentunya sudah mempunyai pengalaman bagaimana membuat perencanaan yang baik; kapan waktunya belajar; kapan waktunya beribadah; kapan waktunya bermain dan kapan waktunya istirahat, tentunya.

Tidak harus memosisikan diri seperti 'bos' yang mendikte karyawannya. Orangtua cukup memosisikan diri sebagai 'rekan kerja' bagi anak-anaknya.

Posisikan Diri sebagai Pemberi Optimis, bukan Pemberi Pesimis

Ya, hal terpenting bagi orang tua adalah bagaimana caranya memberikan dorongan semangat bagi anak-anaknya dalam melakukan segala hal yang dilakukannya dalam konteks belajar maupun konteks yang lainnya. Bagaimanapun keadaannya sekarang. Karena, kerap kali ketika anak enggan belajar, maka orangtua pun tak sadar malah menjadi pembisik rasa pesimis yang 'jahat'.

 "Bener, Dek, ini memang gara-gara Corona!"

Itulah kata-kata sihirnya -kurang lebih. Alangkah bijaknya, kalau orangtua menyimpan kata-kata tersebut dan tidak perlu terungkap di hadapan mereka.

Posisikan Diri sebagai Suri Tauladan (Contoh yang Baik)

Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Ungkapan itu tak salah apabila dijadikan pendorong orangtua untuk tetap menjadi sosok yang baik bagi anak-anaknya bagaimanapun kondisinya. 

Atur dan jagalah bahasa dan sikap ketika berinteraksi dengan mereka, karena mereka akan mengkopi apa yang dilakukan orangtua, cepat atau lambat. 

Ketika mereka belajar, dan orangtua tidak sedang work from home, maka usahakan melakukan kegiatan yang hampir 'sepadan' dengan apa yang dilakukan; misalkan dengan membaca buku. Hindari -misalkan- bermain game atau bersosial media ketika anak sedang belajar.

Bukan Menjadi Penilai, tapi Menjadi 'Pengapresiasi'

Ilustrasi (Foto: https://www.tongkronganislami.net)
Ilustrasi (Foto: https://www.tongkronganislami.net)

Ya, orangtua tidak harus menjadi penilai, namun cukup menjadi pemberi apresiasi terhadap apapun yang sedang dan telah dilakukan oleh anak-anaknya dalam konteks belajar atau dalam konteks apapun . 

Karena dengan menilai, jatuhnya akan pada persoalan "saya payah" dan "saya memang tidak bisa melakukan ini, ini dan ini".

Namun, orangtua cukup memberikan apresiasi melalui kata-kata yang baik. Memuji, namun tidak terlalu memuji. Memberikan pengarahan, namun tidak terlalu menggurui. Proposional dalam mengapresiasi mereka.

Ketika anak belajar di rumah, dan orangtua melibatkan diri secara proporsional, maka mereka akan merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang guru; yang -mereka- tidak hanya menghadapi satu atau dua anak saja, namun para guru kerap kali menangani belasan bahkan puluhan anak, yang diantaranya adalah putra-putri Anda.

Selamat menjadi 'rekan kerja' bagi putra-putri Anda yang sedang belajar di rumah, ya! Semoga bermanfaat.**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun