Hari-hari berlalu,
Menyisakan kenangan pahit masa lalu.
Ini yang aku dapatkan,
Karena mencintaimu lebih banyak daripada mencintai diriku sendiri.
Semua sebab,
Akan selalu menimbulkan akibat di masa yang akan datang.
Aku hanya berpikir jika,
Jika kamu mampu membuat hidup semakin berwarna.
Tapi, tapi aku salah.
Suatu sebab yang aku buat adalah,
Lebih mencintaimu dibanding aku memberi cinta ke dalam hatiku sendiri.
Aku mohon, jangan menetap untuk sekedar meratap.
Sakit.
Pisau di hatiku.
Rasanya seperti dicabik-cabik dengan pisau.
Aku mohon, aku tak mau rasa ini terus berada di sini.
Tidak ada orang yang mampu membuat hatiku terjatuh,
Terjatuh dengan sedalam-dalamnya.
Jatuh ke dalam lubang penuh kenangan,
Segala kenangan manis yang telah menetap di memori hati kita.
Dulu saat kita bertemu,
Aku kira kamu memiliki semua yang aku inginkan.
Tapi, itu hanya sebuah mimpi yang perlahan meredup dan mulai sirna,
Sampai akhirnya kenyataan dimulai.
Dia bilang,
Dia akan menjadi satu-satunya untukku.
Tapi, saat hatiku mulai jatuh dalam peluk hangatnya,
Dia pergi untuk selamanya.
Aku ingin kembali tidur,
Untuk bermimpi seperti sedia kala.
Mimpi indah yang tak seindah realita saat di dunia,
Sampai kenyataan menyuruh bangun dari khayalan kita belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H