Monopoli Perdagangan: VOC menerapkan sistem monopoli yang ketat, memaksa petani lokal untuk menanam rempah-rempah tertentu dan mengatur harga. Kebijakan ini sering kali menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat lokal, tetapi VOC tetap berkuasa berkat dukungan militer dan politik yang kuat
Kekuatan Militer dan Penaklukan: VOC menggunakan kekuatan militer untuk menaklukkan wilayah atau melawan pesaing, seperti Portugis dan Inggris. Mereka juga menundukkan penguasa lokal yang melawan, seperti dalam penaklukan Jayakarta (1619), yang kemudian diubah namanya menjadi Batavia dan dijadikan pusat administrasi VOC di Nusantara.
Teori negara menurut Franz Oppenheimer,
"Dikutip" dari buku The State (1908), Franz Oppenheimer mengemukakan teori tentang asal-usul dan fungsi negara dengan pendekatan sosiologis yang kritis. Teori kekuasaannya sering disebut sebagai teori penaklukan atau teori eksploitatif mengenai asal-usul negara. Oppenheimer berargumen bahwa negara bukanlah hasil dari kontrak sosial yang damai atau kesepakatan sukarela, melainkan hasil dari kekuatan dan penaklukan oleh kelompok yang kuat terhadap kelompok yang lemah. Ia membedakan antara cara damai dan cara paksa dalam memperoleh kekayaan dan sumber daya, yang menjadi inti dari teori ini.
Oppenheimer memulai dengan mendefinisikan dua cara dasar bagi manusia untuk memperoleh kekayaan:
- Jalan Ekonomi (Economic Means): Ini adalah cara damai, di mana kekayaan diperoleh melalui kerja, produksi, dan perdagangan. Dalam masyarakat yang hanya mengandalkan cara ini, interaksi bersifat sukarela dan saling menguntungkan.
- Jalan Politik (Political Means): Ini adalah cara paksa, di mana kekayaan diperoleh melalui kekuatan atau penaklukan. Orang atau kelompok yang lebih kuat mengambil kekayaan dari yang lebih lemah melalui kekerasan, ancaman, atau bentuk paksaan lainnya.
Fungsi memperoleh kekayaan, khususnya melalui cara politik, memainkan peran penting dalam pembentukan dan kelanggengan negara. Negara berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan dan mengontrol akses terhadap kekayaan yang diperoleh melalui dominasi atas kelompok lain.
Analisis voc melalui franz oppenheimer VOC dalam Kerangka Teori Oppenheimer
VOC dapat dianalisis sebagai bentuk kekuasaan politik yang didasarkan pada eksploitasi kolonial sesuai dengan kerangka Oppenheimer. Sejak awal berdirinya, VOC adalah entitas yang dirancang bukan hanya untuk berdagang, tetapi juga untuk mendominasi dan mengeksploitasi wilayah dan masyarakat di Asia, terutama di Hindia Timur (sekarang Indonesia). Hal ini sejalan dengan pandangan Oppenheimer bahwa negara atau entitas kekuasaan pada dasarnya terbentuk melalui perampasan kekayaan secara paksa.
Penaklukan dan Ekspansi Kekuasaan Menurut teori Oppenheimer, kekuasaan politik berasal dari penaklukan. VOC, meskipun awalnya organisasi dagang, diberi mandat oleh negara Belanda untuk memonopoli perdagangan dan memiliki hak-hak istimewa seperti mencetak uang, membuat perjanjian, dan memerintah wilayah. Dengan demikian, VOC menjalankan kekuasaan negara dalam artian Oppenheimer. Mereka menaklukkan wilayah-wilayah di Nusantara melalui kombinasi kekuatan militer, perjanjian politik, dan pengambilalihan kekuatan lokal.
Monopoli Ekonomi melalui Kekuasaan Politik VOC mencerminkan perbedaan mendasar antara perolehan kekayaan ekonomi dan politik menurut Oppenheimer. VOC menggunakan kekuatan politik dan militer untuk mengamankan monopoli perdagangan, terutama dalam rempah-rempah seperti pala, cengkih, dan lada. Mereka tidak hanya beroperasi sebagai pedagang tetapi juga sebagai penguasa yang memaksa rakyat lokal untuk memproduksi komoditas sesuai keinginan mereka. Sebagai contoh, petani dipaksa untuk hanya menanam tanaman tertentu, dan pelanggaran terhadap aturan VOC sering kali dihukum dengan keras, seperti di kepulauan Banda di Maluku yang penduduknya hampir dihabisi dalam rangka mempertahankan monopoli pala.
Eksploitasi sebagai Esensi Kekuasaan Oppenheimer berpendapat bahwa negara muncul bukan dari kebutuhan untuk mengatur masyarakat secara damai, melainkan sebagai instrumen kelas penguasa untuk mengeksploitasi kelas yang ditaklukkan. VOC jelas menunjukkan fungsi ini di Hindia Timur. Mereka mendirikan pemerintahan yang efektif bukan untuk menciptakan kondisi yang lebih baik bagi penduduk lokal, tetapi untuk memaksimalkan keuntungan bagi pemegang saham di Belanda. Pajak dan hasil eksploitasi tanah serta tenaga kerja disalurkan ke Eropa, sementara masyarakat lokal hanya mendapat sedikit keuntungan, seringkali dalam bentuk kemiskinan dan penderitaan.