Mohon tunggu...
Muhammad RizkiAkbar
Muhammad RizkiAkbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hai, nama saya Muhammad Rizki Akbar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tipologi Biologis Hans J Eysenck

12 Juli 2024   20:42 Diperbarui: 12 Juli 2024   20:53 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.1 LaMenteEsMaravillosa/Pinterest

BIOGRAFI

Hans Eysenck lahir di Jerman pada tanggal 4 Maret 1916. Ayahnya adalah seorang aktor dan bercerai dengan ibunya saat dia baru berusia 2 tahun. Eysenck kemudian dirawat oleh neneknya. Dia hidup bersama neneknya sampai usia 18 tahun, ketika nazi mulai berkuasa. Sebagai seorang simpatisan Yahudi, terang saja kehidupannya terancam.

Dia kemudian pindah ke Inggris guna melanjutkan pendidikanya. Dia menerima gelar doktor di bidang psikologi dari University of London tahun 1940. Selama Perang Dunia II, dia bekerja sebagai psikolog di bagian gawat darurat perang. Di sinilah dia melakukan penelitian tentang kevalidan diagnosis-diagnosis psikiatri. Hasil penelitian inilah yang kemudian membuatnya sangat menentang psikologi klinik sepanjang kariernya.

Setelah Perang usai, dia mengajar di University of London dan menjadi ketua bagian psikologi pada The Institute of Psychiatry di Bethlehem Royal Hospital. Karena dia telah menulis 75 buku dan sekitar 700 artikel, tidak salah kalau dia merupakan salah satu penulis psikologi paling terpandang. Eysenck pensiun tahun 1983 dan terus berkarya sampai dia meninggal pada tanggal 4 September 1997.


TEORI

Tiga orang, Cyril Burt, Charles Spearman dan Ivan Pavlov berpenzgaruh besar terhadap Eysenck. Burt dn Spearman sebagai profesornya menunjukkan kepadanya bahwa kepribadian menjadi sangat baik kalo di teliti secara psikometrik. Pavlov yang tidak dikenalnya secara pribadi meneladani bahwa struktur kepribadian itu mempunyai dasar-dasar biologis. Dua sisi  pengaruh itu membt teori Eysenck sngat kuat komponen biologis dan psikometrisnya.

Eysenck berpendapat dasar umum sifat-sifat kepribdian berasal dari keturunan, dalam bentuk tipe dan trait. Namun dia juga berpendapat bahwa semua tingkah laku dipelajari dari lingkungan. Menurutnya kepribadian adalah keseluruhan pola tingkh laku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Pola tingkah laku itu berasal dan dikembangkan melalui interaksi fungsional dari empat sektor utama yang mengorganisir tingkahlaku; sektor kognitif (intelligence), sektor konatif (character), sektor afektif (temperament) dan sektor somatik (constitution).

HIRARKI FAKTOR-FAKTOR  KEPRIBADIAN

Kepribadian sebagai organisasi tingkahlaku oleh Eysenck dipandang memiliki empat tingkatan hirarkis, berturut turut dari hirarki yang tinggi ke hirarki yang rendah: tipe-traits-habit-respon spesifik.

1.     Hirarki tertinggi: Tipe, kumpulan dari trait, yang mewadahi kombinasi trait dalam suatu dimensi yang luas.

2.    Hirarki kedua: Trait, kumpulan kecenderungan kegiatan, koleksi respon yang saling berkaitan atau mempunyai persamaan tertentu.         Ini adalah disposisi kepribadian yang penting dan permanen.

3.    Hirarki ketiga: Kebiasaan tingkah laku atau berfikir, kumpulan respon spesifik, tingkah laku/fikiran yang muncul kembali untuk                 merespon kejadian yang mirip.

4.    Hirarki terendah: Renspon spesifik, tingkah laku yang secara aktual dapat diamati, yang berfungsi sebagai respon terhadap suatu               kejadian.

Eysenck menemukan tiga dimensi tipe, yakni ekstraversi (E), neurotisisme (N), dan psikotisme (P). Masing-masing dimensi saling asing, sehingga dapat berlangsung kombinasi antar dimensi secara bebas. Masing-masing tipe merupakan kumpulan dari 9 trait, sehingga semuanya ada 27 trait (Gambar 1.2). Hampir semua 35 trait sumber primer dari cattel sama dengan 27 trait dari Eysenck. Hirarki kebiasaan sangat banyak mungkin ribuan sedang hirarki respon spesifik tidak terhingga jumlahnya. Trait dari ekstraversi adalah: sosiabel (sociable), lincah (lively), aktif (active), asertif (assertive), mencari sensasi (sensation seeking), riang (carefree), dominan (dominance), bersemangat (surgent), berani (venture sume). Trait dari neurotisme adalah: cemas (anxious), tertekan (depressed), berdosa (guild feeling), harga diri rendah (low self esteem), tegang (tension), irasional (irrational), malu (shy), murung (moody), emosional (emotional). Trait dari psikotisme adalah: agresif (aggressive),  dingin (cold), egosentrik (egocentrik), takpribadi (impersonal), impulsif (impulsive), antisosial (antisocial), tak empatik, kreatif (creative), keras hati (tough-minded).

Gambar 1.2 Tipe E, N, P, dan Traits Masing-Masing/Alwisol
Gambar 1.2 Tipe E, N, P, dan Traits Masing-Masing/Alwisol
TIPE-TIPE KEPRIBADIAN HANS J. EYSENCK

Eysenck menemukan dan mengelaborasi tiga tipe (E, N, P) tanpa menyatakan secaraeksplisit peluang untuk menemukan dimensi yang lain pada masa yang akan datang. Namundari pendekatan metodologik yang sangat terbuka, di mana Eysenck menyerap berbagai konsepdari banyak pakar, terkesan penambahan dan penyempurnaan terhadap teorinya sebagai sesuatuyang wajar.

Neurotisisme dan Psikotisme itu bukan sifat patologis, walaupun tentu individu yangmengalami gangguan akan memperoleh skor yang ekstrim. Tiga dimensi itu adalah bagian normal dari struktur kepribadian. Semuanya bersifat bipolar; ekstraversi lawannya introversi,neurotisisme lawannya. stabilita, dan psikotisme lawannya fungsi superego. Semua orang berada dalam rentangan bipolar itu mengikuti kurva normal, artinya sebagian besar orang berada ditengah-tengah polarisasi, dan semakin mendekati titik ekstrim, jumlahnya semakinsedikit.

Ekstraversi

Istilah ekstraversi dan introversi dipakai mula pertama oleh Jung. Menurut Jung,ekstraversi adalah orang yang pandangannya objektif dan tidak pribadi, sedangkan introversi adalah orang yang pandangannya subjektif dan individualis.Konsep Eysenck mengenai ekstraversi dan introversi lebih dekat dengan pemakaian istilah itu secara populer. Ekstraversi mempunyai sembilan sifat sebagaimana ditunjukkan olehtrait-trait dibawahnya, dan introversi adalah kebalikan dari trait ekstraversi, yakni: tidak sosial,pendiam, pasif, ragu, banyak fikiran, sedih, penurut, pesimis, penakut.Eysenck yakin bahwa penyebab utama perbedaan antara ekstraversi dengan introversiadalah tingkat keterangsangan korteks (CAL Cortical Arousal Level), kondisi fisiologis yang sebagian besar bersifat keturunan. 

CAL adalah gambaran bagaimana korteks mereaksistimulasi indrawi. CAL tingkat rendah artinya korteks tidak peka, reaksinya lemah. Sebaliknya CAL tinggi, korteks mudah terangsang untuk bereaksi. Orang yang ekstravers CAL-nya rendah,sehingga dia banyak membutuhkan rangsangan indrawi untuk mengaktifkan korteksnya.Sebaliknya introvers CAL-nya tinggi, dia hanya membutuhkan rangsangan sedikit untuk mengaktifkan korteksnya. Jadilah orang yang introvers menarik diri, menghindar dari riuh-rendah situasi disekelilingnya yang dapat membuatnya kelebihan rangsangan.

Orang introvers memilih aktivitas yang miskin rangsangan sosial, seperti membaca,olahraga soliter (main ski, atletik), organisasi persaudaraan. eksklusif. Sebaliknya orang ekstraversi memilih berpartisipasi dalam kegiatan bersama, pesta hura-hura, olahraga beregu(sepakbola, arung jeram), minum alkohol dan mengisap mariyuana. Eysenck menghipotesakan ekstravers (dibanding introvers) melakukan hubungan seksual lebih awal dan lebih sering,dengan lebih banyak pasangan, dan dengan perilaku seksual yang lebih bervariasi. Ekstravers yang ketagihan alkohol dan narkotik cenderung mengkonsumsi dalam jumlah yang lebih besar.

 Neurotisisme

Seperti ekstraversi-introversi, neurotisisme-stabiliti mempunyai komponen hereditas yang kuat. Eysenck melaporkan beberapa penelitian yang menemukan bukti dasar genetik dari trait neurotik, seperti gangguan kecemasan, histeria, dan obsesif-kompulsif. Juga ada keseragaman antara orang kembar-identik lebih dari kembar-fraternal dalam hal jumlah tingkahlaku antisosial dan asosial seperti kejahatan orang dewasa, tingkahlaku menyimpang pada anak-anak, homoseksualitas, dan alkoholisme.

 Orang yang skor neurotiknya tinggi sering mempunyai kecenderungan. reaksi emosional yang berlebihan dan sulit kembali normal sesudah emosinya meningkat. Mereka sering mengeluh dengan simptom fisik, seperti sakit kepala, sakit pinggang dan permasalahan psikologi yang kabur seperti khawatir dan cemas. Namun neurotisisme itu bukan neurosis dalam pengertian yang umum.

 Orang bisa saja mendapat skor neurotisisme yang tinggi tetapi tetap bebas dari simptom ganguan delingkuen, atau mengidap gangguan psikis tingkat kedua (disorders of the second kind). C adalah orang normal yang introvers; tenang, berfikir mendalam, dapat dipercaya. D adalah orang yang normal-ekstravers; riang, responsif, senang bicara bergaul.

Gambar 1.3 Dimensi Ekstravers-Nurotisme dengan CAL dan ANS/Alwisol 
Gambar 1.3 Dimensi Ekstravers-Nurotisme dengan CAL dan ANS/Alwisol 
Orang yang skor psikotisisme-nya tinggi memiliki trait agresif, dingin, egosentrik, tak pribadi, impulsif, antisosial, takempatik, kreatif, keras hati. Sebaliknya orang yang skor psikotisismenya rendah memiliki trait merawat/ baik hati, hangat, penuh perhatian, akrab,

tenang, sangat sosial, empatik, kooperatif, dan sabar.

 Seperti pada ekstraversi dan neurotisisme, psikotisisme mempunyai unsur genetik yang besar. Secara keseluruhan tiga dimensi kepribadian itu 75% bersifat herediter, dan hanya 25% yang menjadi fungsi lingkungan. Seperti pada neurotisisme, psikotisisme juga mengikuti model stres-diatesis (diathesis-stress model), Orang yang variabel psikotismenya tinggi tidak harus psikotik, tetapi mereka mempunyai predisposisi untuk mengidap stress dan mengembangkan gangguan psikotik. 

Pada masa orang hanya mengalami stress yang rendah, skor P yang tinggi mungkin masih bisa berfungsi normal, tetapi ketika mengalami stress yang berat, orang menjadi psikotik yang ketika stress yang berat itu sudah lewat, fungsi normal kepribadian sulit untuk diraih kembali.


Psikotisme, dapat digabung bersama-sama dengan neurotisisme dan ekstraversi, menjadi bentuk tiga dimensi. Tiga garis yang saling berpotongan ditengah-tengahdan saling tegak lurus, menggambarkan hubungan antara ketiga dimensi itu. Setiap individu dapat digambarkan dalam sebuah titik pada ruangan yang diantarai oleh tiga garis dimensi itu. Ketiga dimensi itu. Setiap individu dapat digambarkan dalam sebuah titik pada ruangan yang diantarai oleh tiga garis dimensi itu. 

Menurut Eysenck dan Gudjonsson, ada korelasi negatif antara androgen (testoterone) dengan CAL Androgen dihasilkan oleh kelenjar adrenal kelamin laki-laki (testis) dan kelenjar adrenal perempuan (ovarium). Semakin tinggi androgen, anak semakin rendah CAL. Akibatnya muncul sifat-sifat. maskulinitas, seperti tingkahlaku agresif. Secara hipotetis, hormon androgen. menjadi mediator hubungan antara CAL yang rendah dengan kriminalitas.

Kecerdasan

Eysenck sesungguhnya ingin memasukkan kecerdasan sebagai dimensi keempat dari kepribadian. Seperti tiga dimensi yang lain, kecerdasan lebih banyak dipengaruhi oleh keturunan. Namun penelitian disekitar kecerdasan masih belum dapat mengelaborasi faktor kecerdasan itu dengan keseluruhan. kepribadian manusia. Banyak kontroversi tentang hubungan antara kecerdasan dengan ras, yang belum terselesaikan.

PEMBENTUKAN KEPRIBADIN HANS J. EYSENCK

Teori kepribadian Eysenck menekankan peran herediter sebagai faktor penentu dalam perolehan trait ekstraversi, neurotisisme, dan psikotisisme (juga kecerdasan). Sebagian didasarkan pada bukti hubungan korelasional antara aspek biologis, seperti CAL dan ANS
dengan dimensi kepribadian. Namun Eysenck juga berpendapat, bahwa semua tingkah laku yang tampak tingkah laku pada hirarki kebiasaan dan respon spesifik semuanya (termasuk tingkah laku neurosis) dipelajari dari lingkungan.

Tidak seperti Freud yang memandang neurosis berkembang dari konflik tak sadar antara kekuatan-kekuatan instingtif dengan proses pertahanan ego, Eysenck berpendapat inti fenomena neurotis adalah reaksi takut yang dipelajari (terkondisikan).

Hal itu terjadi manakala satu atau dua stimulus netral diikuti dengan perasaan sakit/nyeri fisik maupun psikologis. Kalau traumanya sangat keras, dan mengenai seseorang yang faktor hereditasnya rentan menjadi neurosis, maka bisa jadi cukup satu peristiwa traumatis untuk membuat orang itu mengembangkan reaksi kecemasan dengan kekuatan yang besar dan sukar berubah (diatesis stress model).

Sekali kondisioning ketakutan atau kecemasan terjadi, pemicunya akan berkembang bukan hanya terbatas kepada objek atau peristiwa asli, tetapi ketakutan/kecemasan itu juga dipicu oleh stimulus lain yang mirip dengan stimulus asli atau stimulus yang dianggap berkaitan dengan stimulus asli. Mekanisme perluasan stimulus ini mengikuti Prinsip Generalisasi Stimulus yang banyak dibahas dalam paradigma behaviorisme.

Setiap kali orang menghadapi stimulus yang membuatnya merespon dalam bentuk usaha menghindar atau mengurangi kecemasan, menurut Eysenck, orang itu menjadi terkondisi perasaan takut/cemasnya dengan stimuli yang baru saja dihadapinya. Jadi, kecenderungan orang untuk merespon dengan tingkahlaku neurotik semakin lama semakin meluas, sehingga orang itu menjadi mereaksi dengan ketakutan stimuli yang hanya sedikit mirip atau bahkan tidak mirip sama sekali dengan objek atau situasi menakutkan yang asli.

Menurut Eysenck, stimulus baru begitu saja dapat diikatkan dengan stimulus asli, sehingga orang mungkin mengembangkan cara merespon stimuli yang terjadi serta merta akibat adanya stimulis itu, tanpa tujuan fungsional. Eysenck menolak analisis psikodinamik yang memandang tingkah laku neurotik dikembangkan untuk tujuan mengurangi kecemasan. Menurutnya, tingkah laku neurotik sering dikembangkan tanpa alasan yang jelas, sering menjadi kontraproduktif, semakin meningkatkan kecemasan dan bukannya menguranginya. Jika tingkahlaku itu diperoleh dari belajar, logikanya tingkahlaku itu juga bisa dihilangkan dengan belajar.

Eysenck memilih model terapi tingkah laku, atau metoda menangani tekanan psikologis yang dipusatkan pada pengubahan tingkahlaku salahsuai alih-alih mengembangkan pemahaman mendalam terhadap konflik di dalam jiwa. Bisa dibayangkan, Eysenck sangat menentang Freud, dan memandang terapi psikoanalitik dan psikodinamik biasanya tidak efektif untuk menangani simptom neurotik.

APLIKASI TEORI HANS J. EYSENCK

Seperti teori traits pada umumnya, teori Eysenck menawarkan variabel- variabel yang mudah dikembangkan menjadi difinisi operasioanal, sehingga memungkinkan dilakukannya penelitian yang aplikatif. Nama Eysenck tidak berkibar di lingkungan psikologi kepribadian karena karya tulisnya mencakup minat yang luas, mulai dari pengukuran kepribadian, perilaku seksual, merokok dan kanker, adiksi narkotik, hipnosis, kepribadian dan penyakit jantung, kepribadian dan kanker, terapi tingkah laku, kecerdasan, hipnosis, dan bahkan politik. Dia termasuk 10 besar pakar psikologi dengan karya tulis terbanyak, semua tulisannya berangkat dari perspektif biologik dan genetik.

Menjawab kritik terhadap analisis faktor yang terlalu deskriptif, dan yang menentukan faktor-faktor perolehan dari matrik korelasi secara mengembangkan metoda analisis kriterion (criterion analysis).

Pada metoda analisis faktor tradisional, peneliti langsung saja menyusun seperangkat alat ukur yang meliput seluruh ranah penelitian, dengan harapan analisis faktor nanti akan mengungkap latar belakangnya. Analisis Kriterion dari Eysenck mengharuskan peneliti mulai dari pengembangan hipotesis mengenai spesifikasi variabel latar belakang yang akan diteliti, baru kemudian menyusun seperangkat alat ukur yang dirancang untuk mengungkap faktor-faktor yang dihipotesakan itu.

Responden yang diteliti sekurang-kurangnya dua kelompok, yang diduga mempunyai perbedaan tingkat kepemilikan variabel yang akan diukur. Kelompok dengan tingkat kepemilikan variabel yang berbeda itu disebut kelompok kriterion, dan analisis faktor yang melibatkan kelompok kriterion, disebut analisis kriterion. Membandingkan skor dua kelompok yang diduga mempunyai kualitas yang berbeda, dapat dipakai untuk menganalisis sensitivitas item tes yang pada gilirannya akan menghasilkan pengukuran trait secara valid dan reliabel.

Asesmen Kepribadian

Di antara instrumen-instrumen yang pernah dikembangkannya, ada empat inventori yang pengaruhnya luas, dalam arti dipakai oleh banyak pakar untuk melakukan penelitian atau untuk memahami klien, maupun dalam arti menjadi ide untuk mengembangkan tes yang senada.

a. Maudley Personality Inventory (MPI), mengukur E dan N dan korelasi antara keduanya.

b. Eysenck Personality Inventory (EPI), mengukur E dan N secara independen.

c. Eysenck Personality Questionnair (EPQ), mengukur E, N, P, (merupakan revisi dari EPI, tetapi EPI yang hanya mengukur E dan N masih tetap dipublikasikan).

d. Eysenck Personality Questionnair-Revised (EPQ-R) revisi dari EPQ.

 EVALUASI TEORI KEPRIBADIAN HANS J. EYSENCK.

Teori Trait faktor dari Eysenck (dan Cattell) merupakan contoh penelitian kepribadian yang dengan pendekatan yang sangat empirik. Teori itu dikembangkan melalui pengumpulan data dari responden yang jumlahnya sangat besar, mengkorelasikan skor-skor yang diperoleh, dilakukan analisis faktor terhadap matriks korelasinya, dan memakai simpulan faktornya sebagai aspek penting dalam psikologi. Dengan kata lain, teori trait-faktor mendasarkan diri kepada psikometrik alih-alih penilaian klinik.

Beberapa pakar, pada dasarnya telah menyadari dan meyakini adanya hubungan antara kepribadian dengan sistem neurologis manusia, Namun baru Eysenck yang mencoba menunjukkan bentuk hubungannya secara nyata dengan. konsep CAL dan ANS. Ini menjadi awal dari Psikobiologi dan Neurokimia yang menjadi topik psikologi kontemporer. Kritik utama terhadap Eysenck adalah teorinya terlalu sempit. Teori itu hanya membahas tiga dimensi kepribadian dan hubungannya dengan biologi- syaraf, tanpa menyinggung topik-
topik yang menjadi pusat perhatian pakar psikologi pada umumnya, seperti motivasi, drives, kemauan, dan impuls. Eysenck menyinggung perkembangan kecemasan, tetapi tidak membahas perkembangan itu secara luas.

Penentuan faktor yang arbitrer memunculkan usulan penggabungan faktor dan atau pemberian nama baru yang lebih akurat. Namun usulan baru itu juga bersifat arbitrer, sehingga praktis analisis faktorial yang dimulai dengan jargon keobjektifan dan kecanggihan akan berakhir dengan kesimpulan yang penuh ketidakpastian. Misalnya Jeffrey Gray yang mengusulkan dimensi kecemasan-impulsivitas sebagai pengganti dimensi ekstraversi dan neurotisme. Buss dan Plomin mengusulkan dimensi ekstraversi dipecah menjadi dua, sosiabilitas dan impulsivitas.

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2018). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Universitas Muhammadiyah Malang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun