Pulau Bangka, Bangka Belitung -- Muhammad Rizki Abdurrahman, mahasiswa program studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL), Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), IPB University melakukan analisis mnegenai pemasaran dan rantai pasok berkelanjutan kepiting bakau untuk mendukung pengelolaan berkelanjutan sektor perikanan di Indonesia. Analisis ini berlangsung sejak 1 Juli hingga 12 November 2024, sebagai bagian dari Capstone Project (CP) yang terdiri dari 2 Mata Kuliah (MK) yaitu Management of Sustainability dan Sustainability Project Experience di Departemen ESL yang Rizki laksanakan dengan mitra dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Bangka Belitung. Tim supervisi untuk CP ini adalah Bapak Dr. Kastana Sapanli, S.Pi., M.Si., dan Ibu Osmaleli, S.E., M.Si., dari Departemen ESL serta pembimbing lapangan dari BAPPEDA, yaitu Bapak Nurul Ichsan, ST., M.Si. Studi kasus penelitian dilakukan di 4 area yaitu Bangka Tengah, Bangka Barat, Bangka Selatan, dan Kota Pangkal Pinang. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sejumlah tantangan dan peluang dalam pemasaran kepiting bakau di Kawasan ini.
Kondisi Eksisting dan Tantangan
Hasil analisis menunjukkan bahwa 67% nelayan menjual hasil tangkapannya kepada satu lembaga pemasaran yaitu pengepul. Ketergantungan ini disebabkan oleh terbatasnya akses nelayan ke pasar yang lebih luas, minimnya infrastruktur seperti cold storage, serta rendahnya tingkat Pendidikan. Keterbatasan akses pasar menghambat nelayan dalam memasarkan hasil tangkapan mereka secara efektif, yang berdampak pada pendapatan dan kesejahteraan ekonomi mereka. Minimnya infrastruktur pendukung, seperti fasilitas penyimpanan dingin, menyebabkan hasil tangkapan menjadi cepat rusak, sehingga mengurangi nilai jual dan potensi keuntungan. Selain itu, rendahnya tingkat Pendidikan membatasi kemampuan nelayan dalam mengadopsi teknologi baru dan praktik pengelolaan yang efisien, yang pada gilirannya mempengaruhi produktivitas dan keberlanjutan usaha perikanan mereka. Situasi ini mengakibatkan ketimpangan pendapatan antara pengepul dengan nelayan.
Persaingan yang intens di antara para pengepul memicu praktik pemasaran yang kurang transparan, yang pada akhirnya menghambat keterbukaan dalam informasi harga di sepanjang rantai pasok. Peneliti juga menemukan bahwa dominasi pengepul dalam sistem pemasaran menyebabkan harga kepiting bakau yang diterima oleh nelayan berada jauh di bawah harga yang berlaku di tingkat pedagang besar maupun ekspor.
Analisis Keberlanjutan
Analisis keberlanjutan menggunakan pendekatan Multiaspect Sustainability Analysis (MSA) dan diolah menggunakan software Exsimpro. Hasil analisis menunjukkan bahwa rantai pasok kepiting bakau di Pulau Bangka berada pada kategori low sustainable dengan skor rata-rata keberlanjutan 43,73 yang artinya sepanjang rantai pasok kepiting bakau belum secara keseluruhan menggunakan produk ramah lingkungan, serta memiliki dampak sosial ekonomi yang belum maksimal dan tidak merata antar lembaga pemasaran. Aspek sosial untuk keberlanjutan menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan nilai 58,33 (kategori sustainable), namun aspek ekonomi dan lingkungan masih berada pada kategori low sustainable dengan nilai masing-masing 42,86 dan 30.
Analisis proyeksi kinerja di masa depan menunjukkan bahwa keberlanjutan dapat ditingkatkan ke kategori yang lebih baik melalui intervensi strategis yang melibatkan partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan. Dengan demikian, terdapat potensi signifikan untuk meningkatkan keberlanjutan.
Rekomendasi Strategis
Peneliti dan timnya mengajukan beberapa rekomendasi kunci untuk mengatasi berbagai kendala dan mendorong keberlanjutan, yaitu:
- Peningkatan Infrastruktur: Pengadaan fasilitas seperti cold storage untuk menjaga kualitas kepiting selama proses distribusi.
- Pengelolaan Berbasis Ekosistem: Pembentukan zona konservasi, penerapan aturan size limit untuk menjaga stok kepiting bakau, dan sertifikasi keberlanjutan seperti Marine Stewardship Council (MSC).
- Penguatan Kapasitas Masyarakat: Pelatihan budidaya berkelanjutan bagi nelayan dan pemberian insentif kepada pelaku usaha yang mematuhi standar keberlanjutan.
- Kolaborasi Lintas Sektor: Melibatkan pemerintah, swasta, dan akademisi untuk mengintegrasikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam pengelolaan rantai pasok.
- Penerapan Strategi Pemasaran Modern: Menggunakan pendekatan paid, earned, shared, dan owned media untuk meningkatkan eksposur pasar dan mendorong permintaan produk olahan kepiting bakau di pasar domestik maupun ekspor.
Dukungan terhadap SDGs
Strategi yang diusulkan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, tetapi juga mendukung pencapaian beberapa poin dalam Sustainable Development Goals (SDGs), termasuk pengentasan kemiskinan (No Poverty), pengurangan kelaparan (Zero Hunger), dan pertumbuhan ekonomi yang layak (Decent Work and Economic Growth).
Potensi Masa Depan
Peneliti dan tim optimis bahwa penerapan strategi-strategi yang sudah dirumuskan dapat mengubah rantai pasok kepiting bakau di Pulau Bangka dari low sustainable menjadi sustainable bahkan very sustainable. "Dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, kita bisa memaksimalkan potensi besar komoditas ini, baik dari segi ekonomi maupun keberlanjutan lingkungan," ujar Rizki.
BAPEDDA dan Dinas Perikanan Bangka Belitung diwakilkan oleh Pak Chazwir Chadir, S.Pi., berharap hasil penelitian ini menjadi acuan penting bagi pengambil kebijakan di Bangka Belitung dalam mengembangkan sektor perikanan, khususnya kepiting bakau, yang memiliki potensi besar untuk mendorong kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan di wilayah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H