Mohon tunggu...
Muhammad RizalAdiantono
Muhammad RizalAdiantono Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa IAIN Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inflasi dan Cara Menanganinya dalam Islam

17 April 2022   00:00 Diperbarui: 17 April 2022   00:02 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inflasi dan Cara Menanganinya Dalam Islam

Muhammad Rizal Adiantono

Program Studi Manajemen Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Institut Agama Islam Negeri Salatitiga

elmuhammadrizaladi@gmail.com

ABSTRAK

Inflasi merupakan suatu peristiwa Moneter yang mengakibatkan terjadinya suatu  penurunan nilai mata uang terhadap barang tertentu. Peristiwa ini menyebabkan gangguan terhadap fungsi uang, distorsi harga, merusak output, meruntuhkan efisiensi dan investasi produktif, serta menimbulkan ketidak adilan sosial. Metode dalam penulisan artikel ini adalah dengan menggunakan studi kepustakaan dengan pendekatan kualitatif deskriptifanalitik, yaitu penelitian yang menekankan pada penelusuran dan penelaahan sumber-sumber secara tertulis dan bahan bacaan lainnya yang ada kaitannya dengan tema yang dibahas untuk dikaji dan ditelaah secara mendalam. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti mengenai Inflasi dan cara menanganinya dalam Islam. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan harga-harga secara umum dan berlangsung secara terus-menerus Sedangkan menurut Al- Maqrizi Taqyudin dalam ilmu ekonomi islam Inflasi disebabkan oleh adanya natural inflation (secara alamiah) dan human errorr inflation (oleh manusia). Menurut sifatnya Inflasi dibagi menjadi : Inflasi merayap (creeping inflation), Inflasi menengah (galloping inflation), Inflasi tinggi (hyper inflation). Penyebab terjadinya Inflasi dibagi menjadi Demand Pull Inflation dan Cosh Push Inflation. Menurut asalnya Inflasi terbagi menjadi Inflasi yang berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri. Sedangkan menurut harapan masyarakat dibagi menjadi Expected inflation dan Unexpected inflaion.. Pada ekonomi islam Inflasi diatasi dengan mencetak uang dengan jumlah yang rendah atau minimal, menerapkan strategi Dues Idle Fund, dan menerapkan kebijakan fiskal.

Kata Kunci : Inflasi, Ekonomi, Islam

PENDAHULUAN

R. Mc .Connell Camobell dan Stanley L. Brue (1990:432) mengemukakan Inflasi sebagai suatu a rise in the general level of prices, yang berarti Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dari suatu barang atau komoditas dan jasa selama periode waku tertentu. Secara umum Inflasi disebabkan oleh naiknya suatu daya beli masyarakat terhadap suatu barang tertentu.

Inflasi adalah salah satu indikator untuk menjadi bahan menganalisis pertumbuhan suatu ekonomi, pengangguran, kemiskinan, dan ekspor-impor. Inflasi merupakan masalah yang besar dalam perekonomian setiap negara, termasuk di Indonesia. Terjadinya guncangan dalam negeri akan menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik yang berakhir dengan peningkatan Inflasi pada perekonomian.

IHK merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat Inflasi. Perubahan IHK dari waktu  ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (Inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa. Berdasarkan data BPS tingkat Inflasi pada tahun 2017 sebanyak 3,61 %, pada tahun 2018 menurun sebesar 0,48% sehinggan menjadi 3,13. Sedangkan pada tahun 2019 Inflasi menurun sebesar 2,72% dan pada tahun ini menurun lagi sebesar 0,89%. Tingkat Inflasi dari tahun 2017 hingga tahun 2020 masih tergolong kedalam Inflasi ringan karena masih berada di bawah 10%.

Jika suatu negara ingin mempertahankan laju Inflasi yang rendah, pemerintah harus menekan kenaikan harga. Usaha untuk menekan harga ini dapat dilakukan dengan menekan laju kenaikan jumlah uang beredar misalnya dengan pembatasan pemberian kredit atau dengan menaikkan suku bunga pinjaman (tight money policy). Tetapi dampak yang ditimbulkan adalah akan terjadi kelesuan investasi, dan meningkatnya pengangguran yang pada akhirnya akan menurunkan Pendapatan Nasional.

Tingkat Inflasi yang normal selaras dengan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pada negara-negara berkembang, Inflasi yang dianggap wajar apabila berada di angka 3%-4% setiap tahun dengan toleransi deviasi antara 1%-2%. Tetapi untuk negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang, biasanya bank sentral menargetkan Inflasi sebesar 2%. Apabila terjadi hiper Inflasi maka itu menandakan bahwa suatu negara mengalami krisis ekonomi (resesi). Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Inflasi dan bagaimana mengatasinya dalam Islam.

Mengatasi Inflasi Dalam Ekonomi Islam

1. Inflasi dalam Islam 

Pada dasarnya didalam islam tidak dikenal dengan Inflasi, karena mata uang yang digunakan adalah dinar dan dirham yang memiliki nilai yang stabil dan dibenarkan oleh islam. Kondisi defisit pernah terjadi di zaman Rasulullah dan hanya terjadi sekali, yaitu sebelum Perang Hunian. Al-Maqrizi membagi Inflasi kedalam dua macam, yaitu Inflasi akibat berkurangnya persediaan barang dan Inflasi akibat kesalahan manusia. Di zaman Rasulullah Inflasi terjadi akibat berkurangnya persediaan barang karena kekeringan dan peperangan.

2. Uang harus dicetak dengan jumlah yang rendah 

Al-Maqrizi (Karim, 2007) menyatakan bahwa uang sebaiknya di cetak pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi dan dalam pecahan yang mempunyai nilai  nominal kecil. 

3. Menerapkan strategi Dues Idle Fund (Pajak terhadap dana menganggur)

Ini merupakan Instrumen kebijakan Moneter Islam yang dilakukan Bank Indonesia, yaitu Giro Wajib Minimum (GWM) pada BI yang besarnya ditetapkan oleh BI berdasarkan presentase tertentu dari dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga adalah berbentuk giro wadiah, tabungan mudharabah, deposito investasi mudharabah, sertifikat investasi mudharabah antarbank syariah (Sertifikat IMA), dan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI).

4. Menerapkan Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal di Baitul Mal memberikan dampak positif pada investasi, penawaran agregat, dan memberikan dampak pada tingkat Inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Misalnya adalah sangat jarang sekali terjadi defisit APBN. Ini karena pengeluaran hanya boleh dilakukan jika ada penerimaan. Besarnya rate kharaj ditentukan oleh produktivitas lahan bukan pada zona dan perhitungan zakat perdagangan berdasarkan besarnya keuntungan bukan pada harga jual.

PENUTUP 

Simpulan

  • Inflasi adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan harga-harga umum dan berlasung terus menerus. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan menurunnya nilai mata uang.
  • Menurut Al-Maqrizi Taqudin (1996:412), dalam ekonomi islam inflasi disebabkan oleh natural inflation dan human errorr inflation.
  • Menurut sifatnya Inflasi dibagi menjadi : Inflasi merayap (creeping inflation), Inflasi menengah (galloping inflation), Inflasi tinggi (hyper inflation). Menurut sebab terjadinya Inflasi dibagi menjadi Demand Pull Inflation dan Cosh Push Inflation. Menurut asalnya Inflasi terbagi menjadi Inflasi yang berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri. Sedangkan menurut harapan masyarakat dibagi menjadi Expected inflation dan Unexpected inflation
  • Pada ekonomi islam Inflasi diatasi dengan mencetak uang dengan jumlah yang rendah atau minimal, menerapkan strategi Dues Idle Fund, dan menerapkan kebijakan fiskal.

 

DAFTAR PUSTAKA 

Azwar Karim, Adiwarman.2004. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT Grafindo Persada.

An-Nabhani Taqyudin dan An-Nidlam Al-Iqtishadi Fil Islam. 1996. Ter. Maghfur Wachid. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Prespektif Islam. Surabaya: Risalah Gusti.

Boediono. 1995. Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.

Campbell, R. McConnel dan Stanley. 1990. Economics: Principles, Problems, and Policies. McGraw: Hill Publishing.

Furchan, Arif dan Agus Maimun. 2005. Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai Tokoh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nopirin. 1992. Ekonomi Makro II. Yogyakarta: BPFE.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun