Tujuan pendidikan inklusif adalah untuk menjamin bahwa setiap orang, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus, memiliki akses yang sama ke pendidikan bebas dari prasangka (Marfu'ah et. al, 2024). Namun terlepas dari upaya ini, masih ada hambatan signifikan yang harus diatasi, terutama di bidang aksesibilitas. Pemenuhan pendidikan inklusif yang ideal sering terhambat oleh kurangnya teknologi pendukung, fasilitas fisik yang tidak memadai, dan kekurangan sumber daya manusia yang terampil
Artificial Intelligence (AI) adalah salah satu cara kreatif untuk mengatasi masalah ini di era teknologi yang berubah dengan cepat. AI memiliki beberapa kegunaan yang dapat membantu pendidikan inklusif karena kapasitasnya untuk menangani data dengan cara yang rumit, menawarkan analisis mendalam, dan menghasilkan interaksi yang disesuaikan. Teknologi berbasis AI, misalnya, dapat memfasilitasi pengembangan lingkungan belajar online yang inklusif, membantu pembuatan alat bantu belajar adaptif untuk siswa berkebutuhan khusus, dan membantu pendidik dalam membuat rencana pelajaran yang memenuhi berbagai kebutuhan siswa mereka.
Banyak aspek masyarakat, termasuk pendidikan, telah mengalami transformasi substansial sebagai akibat dari revolusi digital. Penggabungan teknologi kecerdasan buatan (AI) ke dalam proses pendidikan adalah salah satu kemajuan yang paling menonjol. Telah diakui bahwa kecerdasan buatan (AI) memiliki potensi untuk merevolusi penyampaian pendidikan, terutama di bidang menciptakan pembelajaran  yang lebih inklusif dan fleksibel.
Banyak masalah aksesibilitas penting yang dihadapi pendidikan inklusif. Di antaranya adalah kelangkaan infrastruktur yang dapat diakses oleh penyandang disabilitas, kelangkaan sumber daya seperti guru yang berkualitas, dan kurangnya alat bantu belajar khusus siswa (Hata et. al, 2023). Ketidaksetaraan geografis dan ekonomi memperburuk masalah ini, karena siswa di tempat-tempat terpencil sering kali tidak memiliki akses ke sumber daya pendidikan yang memadai.
Selain itu, pertumbuhan program inklusif di banyak lembaga pendidikan terhambat oleh stigma sosial dan kurangnya pemahaman publik tentang pentingnya pendidikan inklusif. Strategi inovatif yang dapat secara efektif dan berkelanjutan mengatasi beberapa aspek aksesibilitas diperlukan untuk mengatasi hambatan ini. Â Â Â Â Â Â
Menurut Maulana (2024), AI memiliki potensi besar untuk mengatasi tantangan aksesibilitas dalam pendidikan inklusif melalui berbagai cara:
- Teknologi Pembelajaran Adaptif
AI memungkinkan pengembangan teknologi pembelajaran adaptif yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu. Contohnya, sistem AI dapat mempersonalisasi materi pembelajaran berdasarkan kemampuan dan kebutuhan khusus siswa, seperti menggunakan teks berbasis suara untuk siswa dengan gangguan penglihatan atau video berbahasa isyarat untuk siswa tunarungu.
- Alat Bantu Berbasis AI untuk Guru
AI juga dapat mendukung guru dalam memahami kebutuhan siswa inklusif melalui analisis perilaku belajar. Dengan bantuan sistem AI, guru dapat merancang kurikulum yang inklusif dan memonitor perkembangan siswa secara real-time, sehingga memastikan proses pembelajaran berjalan optimal untuk semua peserta didik.
Beberapa negara maju telah memanfaatkan AI untuk mendukung pendidikan inklusif. Misalnya, perangkat lunak seperti Speech Recognition AI. Speech Recognition AI merupakan sebuah software berbasis AI yang fungsinya mengubah kata-kata yang diucapkan menjadi teks. Sistem ini adalah salah satu cara alternatif agar manusia dapat berinteraksi dengan mesin melalui sinyal suara dan audio sebagai pengganti alat komunikasi konvensional (Setiawan et. al, 2017). Akses tersebut telah membantu siswa dengan disabilitas fisik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.
Meskipun AI menawarkan solusi inovatif untuk pendidikan inklusif, implementasinya tidak lepas dari berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian mendalam. Penerapan AI membutuhkan infrastruktur teknologi yang memadai, seperti akses internet cepat dan perangkat keras yang kompatibel. Di negara berkembang seperti Indonesia, kesenjangan digital masih menjadi masalah besar, terutama di wilayah terpencil. Banyak sekolah tidak memiliki akses ke fasilitas dasar seperti komputer atau internet, sehingga sulit untuk mengintegrasikan teknologi AI. Teknologi AI memerlukan investasi besar, baik untuk pengadaan perangkat maupun pengembangan perangkat lunak yang inklusif. Sekolah-sekolah dengan anggaran terbatas, terutama di daerah pedesaan, sering kali tidak mampu membeli teknologi ini. Oleh karena itu, dukungan dari pemerintah dan sektor swasta menjadi sangat penting untuk memastikan AI dapat diakses oleh semua kalangan.
Dalam hal ini, Guru memiliki peran sentral dalam memastikan keberhasilan implementasi pendidikan inklusif, terlebih ketika teknologi AI diperkenalkan sebagai bagian dari pendekatan pembelajaran. Dalam rangka mengupayakan keberdayaan AI dalam pengimplementasian pendidikan inklusif, kiat-kiat yang dapat di terapkan untuk standarisasi Guru dalam mengajar adalah sebagai berikut :
- Program Sertifikasi
Mengadakan program sertifikasi khusus untuk guru yang fokus pada penggunaan AI dalam pendidikan inklusif. Program ini harus mencakup pelatihan teknis dasar hingga lanjutan, seperti cara menggunakan perangkat lunak pembelajaran adaptif atau alat bantu berbasis AI.
- Pendekatan Modular
Menyusun pelatihan dalam modul-modul kecil yang fleksibel, sehingga guru dapat mengikuti sesi sesuai dengan waktu yang tersedia tanpa mengganggu jadwal mengajar mereka.
- Kolaborasi dengan Pengembang Teknologi
Pengembang teknologi AI dapat bermitra dengan lembaga pendidikan untuk memberikan pelatihan langsung kepada guru. Dalam sesi ini, mereka tidak hanya mengajarkan teknis penggunaan alat, tetapi juga memberikan contoh aplikasi praktis di kelas inklusif.
- Dukungan Pemerintah dan Kebijakan Pendidikan
Pemerintah perlu mengalokasikan dana khusus untuk pelatihan teknologi bagi guru, terutama di sekolah inklusif. Kebijakan pendidikan juga harus mendorong integrasi teknologi AI dalam kurikulum pelatihan guru yang dikelola oleh lembaga pendidikan tinggi atau pusat pelatihan profesi.
Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dalam pendidikan inklusif menawarkan peluang besar untuk mengatasi tantangan aksesibilitas yang dihadapi oleh banyak siswa, terutama mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Melalui teknologi AI, kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih personal, adaptif, dan inklusif, di mana setiap siswa, tanpa memandang latar belakang atau kebutuhan khusus, dapat mengakses materi dan pengalaman belajar yang setara.
Namun, untuk mewujudkan potensi penuh AI dalam pendidikan inklusif, tantangan terkait kesenjangan digital, biaya, pelatihan guru, serta isu etika dan privasi data perlu diatasi dengan solusi yang tepat. Guru sebagai penggerak utama dalam pendidikan inklusif memerlukan pelatihan dan dukungan berkelanjutan agar dapat memanfaatkan AI dengan efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Dalam menghadapi masa depan pendidikan, kolaborasi antara pemerintah, pengembang teknologi, dan lembaga pendidikan menjadi kunci dalam menciptakan sistem pendidikan yang benar-benar inklusif. Dengan langkah yang tepat dan komitmen bersama, AI dapat menjadi alat yang memberdayakan, menciptakan kelas yang lebih berkeadilan, dan memberikan peluang yang setara bagi semua siswa untuk berkembang.
Melalui pemanfaatan teknologi ini secara bijak dan etis, kita dapat memastikan bahwa pendidikan inklusif bukan sekadar harapan, tetapi kenyataan yang dapat dirasakan oleh setiap individu di seluruh dunia.
Referensi
Hata, A., Wang, H., Yuwono, J., & Nomura, S. (2023). Teknologi Asistif untuk Anak-anak dengan Disabilitas di Sekolah Inklusif dan Sekolah Luar Biasa di Indonesia.
Marfu'ah, I. R., Yasmara, D. N., & Al Amin, M. N. F. (2024). Analisis Program Pendidikan Inklusif bagi Disabilitas di Kota Kediri dengan Perspektif Problem Tree Analysis. ARIMA: Jurnal Sosial Dan Humaniora, 1(4), 178-189.
Maulana, M. A. (2024). Peranan AI Dalam Sektor Pendidikan: Meningkatkan Pembelajaran Melalui Personalisasi. Kohesi: Jurnal Sains dan Teknologi, 5(1), 31-40.
Setiawan, A., Suryajaya, H., Rusbandi, R., & Farisi, A. (2017). Rancang Bangun Edugame The World of Word Berbasis unity 3D Dengan Implementasi Speech Recognition.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H