Mohon tunggu...
Muhammad Riza Ananta Andriana
Muhammad Riza Ananta Andriana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling di Universitas Pendidikan Indonesia

Merupakan mahasiswa dari program studi Bimbingan dan Konseling di Universitas Pendidikan Indonesia dengan status belum menikah. Memiliki hobi untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Eksplorasi Penggunaan Artificial Intelligence (AI) sebagai Jawaban dari Tantangan Aksebilitas Pendidikan Inklusif

2 Januari 2025   22:00 Diperbarui: 2 Januari 2025   22:03 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Tatkala.co

Tujuan pendidikan inklusif adalah untuk menjamin bahwa setiap orang, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus, memiliki akses yang sama ke pendidikan bebas dari prasangka (Marfu'ah et. al, 2024). Namun terlepas dari upaya ini, masih ada hambatan signifikan yang harus diatasi, terutama di bidang aksesibilitas. Pemenuhan pendidikan inklusif yang ideal sering terhambat oleh kurangnya teknologi pendukung, fasilitas fisik yang tidak memadai, dan kekurangan sumber daya manusia yang terampil

Artificial Intelligence (AI) adalah salah satu cara kreatif untuk mengatasi masalah ini di era teknologi yang berubah dengan cepat. AI memiliki beberapa kegunaan yang dapat membantu pendidikan inklusif karena kapasitasnya untuk menangani data dengan cara yang rumit, menawarkan analisis mendalam, dan menghasilkan interaksi yang disesuaikan. Teknologi berbasis AI, misalnya, dapat memfasilitasi pengembangan lingkungan belajar online yang inklusif, membantu pembuatan alat bantu belajar adaptif untuk siswa berkebutuhan khusus, dan membantu pendidik dalam membuat rencana pelajaran yang memenuhi berbagai kebutuhan siswa mereka.

Banyak aspek masyarakat, termasuk pendidikan, telah mengalami transformasi substansial sebagai akibat dari revolusi digital. Penggabungan teknologi kecerdasan buatan (AI) ke dalam proses pendidikan adalah salah satu kemajuan yang paling menonjol. Telah diakui bahwa kecerdasan buatan (AI) memiliki potensi untuk merevolusi penyampaian pendidikan, terutama di bidang menciptakan pembelajaran  yang lebih inklusif dan fleksibel.

Banyak masalah aksesibilitas penting yang dihadapi pendidikan inklusif. Di antaranya adalah kelangkaan infrastruktur yang dapat diakses oleh penyandang disabilitas, kelangkaan sumber daya seperti guru yang berkualitas, dan kurangnya alat bantu belajar khusus siswa (Hata et. al, 2023). Ketidaksetaraan geografis dan ekonomi memperburuk masalah ini, karena siswa di tempat-tempat terpencil sering kali tidak memiliki akses ke sumber daya pendidikan yang memadai.

Selain itu, pertumbuhan program inklusif di banyak lembaga pendidikan terhambat oleh stigma sosial dan kurangnya pemahaman publik tentang pentingnya pendidikan inklusif. Strategi inovatif yang dapat secara efektif dan berkelanjutan mengatasi beberapa aspek aksesibilitas diperlukan untuk mengatasi hambatan ini.            

Menurut Maulana (2024), AI memiliki potensi besar untuk mengatasi tantangan aksesibilitas dalam pendidikan inklusif melalui berbagai cara:

  • Teknologi Pembelajaran Adaptif

AI memungkinkan pengembangan teknologi pembelajaran adaptif yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu. Contohnya, sistem AI dapat mempersonalisasi materi pembelajaran berdasarkan kemampuan dan kebutuhan khusus siswa, seperti menggunakan teks berbasis suara untuk siswa dengan gangguan penglihatan atau video berbahasa isyarat untuk siswa tunarungu.

  • Alat Bantu Berbasis AI untuk Guru

AI juga dapat mendukung guru dalam memahami kebutuhan siswa inklusif melalui analisis perilaku belajar. Dengan bantuan sistem AI, guru dapat merancang kurikulum yang inklusif dan memonitor perkembangan siswa secara real-time, sehingga memastikan proses pembelajaran berjalan optimal untuk semua peserta didik.

Beberapa negara maju telah memanfaatkan AI untuk mendukung pendidikan inklusif. Misalnya, perangkat lunak seperti Speech Recognition AI. Speech Recognition AI merupakan sebuah software berbasis AI yang fungsinya mengubah kata-kata yang diucapkan menjadi teks. Sistem ini adalah salah satu cara alternatif agar manusia dapat berinteraksi dengan mesin melalui sinyal suara dan audio sebagai pengganti alat komunikasi konvensional (Setiawan et. al, 2017). Akses tersebut telah membantu siswa dengan disabilitas fisik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.

Meskipun AI menawarkan solusi inovatif untuk pendidikan inklusif, implementasinya tidak lepas dari berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian mendalam. Penerapan AI membutuhkan infrastruktur teknologi yang memadai, seperti akses internet cepat dan perangkat keras yang kompatibel. Di negara berkembang seperti Indonesia, kesenjangan digital masih menjadi masalah besar, terutama di wilayah terpencil. Banyak sekolah tidak memiliki akses ke fasilitas dasar seperti komputer atau internet, sehingga sulit untuk mengintegrasikan teknologi AI. Teknologi AI memerlukan investasi besar, baik untuk pengadaan perangkat maupun pengembangan perangkat lunak yang inklusif. Sekolah-sekolah dengan anggaran terbatas, terutama di daerah pedesaan, sering kali tidak mampu membeli teknologi ini. Oleh karena itu, dukungan dari pemerintah dan sektor swasta menjadi sangat penting untuk memastikan AI dapat diakses oleh semua kalangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun