Mohon tunggu...
Muhammad Rivo
Muhammad Rivo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Aktif Univ Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dilema Pendidikan Pondok Pesantren Indonesia

17 Desember 2024   11:00 Diperbarui: 17 Desember 2024   10:55 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

            Setiap masalah pasti memiliki solusi. Tentunya jika ingin menciptakan lingkungan pembelajaran yang terbebas dari adanya pelecehan seksual, maka sebuah institusi pun juga harus berbenah. Dan sebagaimana instansi pendidikan lainnya, pondok pesantren juga harus berkembang secara pendekatan, penanganan dan pengasuhan santri / santriwati. Akan menjadi suatu hal yang percuma jika secara infrastuktur dan kurikulum sudah berkembang pesat, namun menggunakan metode kepengurusan yang lam dan sudah tidak relevan. Maka berikut ini adalah solusi yang dapat diperhatikan sesuai hasil analisa kami:

1. Memberikan edukasi Seks remaja terhadap civitas pondok pesantren.

            Edukasi adalah inti dari penanganan. Karena prinsip dasarnya adalah mencegah lebih baik daripada menanggulangi. Maka edukasi seks menjadi pilar utama dalam membentuk lingkungan pembelajaran pondok pesantren yang kondusif. Yaitu lingkungan pendidikan yang terbebas dari pelecehan seksual dan pemahaman LQBTQ+.

2. Meningkatakan standar perekrutan tenaga pengajar dan dilakukan screening psikologis yang ketat

            Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, screening yang tidak tepat terhadap civitas akademika pesantren menjadi permasalahan. Oleh karenanya screening harus dilakukan secara ketat bahkan sampai ditahap psikologis. Karena tidak menutup kemungkinan jika tidak dilakukan screening yang tepat dapat menimbulkan masalah yang tidak diinginkan dikemudian hari.

3. Penanganan psikologis bagi korban pelecehan dan sanksi keras bagi pelaku pelecehan.

            Penanganan psikologis bagi korban pelecehan terutama di pondok pesantren sangatlah penting bagi kesehatan mental korban. karena korban pelecehan seksual akan cenderung diam akan sesuatu yang dialaminya. Yang dimana hal ini dapat menimbulkan trauma yang akan mempengaruhi kehidupannya. Oleh karenanya penanganan psikologis harus ditangani oleh ahli minimal adanya konseling yang difasilitasi oleh pihak ponsok pesantren.

            Adapun dengan pelaku harus diberikan sanksi yang keras. Jika pelaku merupakan seorang remaja maka pembinaan mental harus lebih diutamakan. Jika pelaku adalah orang dewasa maka harus dihuku dengan hukuman yang berlaku dan juga direhabilitasi secara mental sehingga tidak menciptakan lingkungan yang lebih buruk lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun