Hidup hanya sekali jadi nikmati tiap detiknya. Satu saran dariku, tiap malam cobalah sebelum tidur merenung dan pikirkan, "Benarkah aku tidak punya privilese?"
Bagi yang merasa memiliki privilese, manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kita harus dapat menyeimbangkan privilege dan tanggungjawab moral kepada orang-orang di luar sana.
Aku mengakui kalau hidupku memiliki beberapa privilese. Aku lahir di keluarga harmonis dengan orangtua yang supportif. Ayah seorang guru yang membuatku lebih mudah memahami pelajaran-pelajaran di sekolah. Beliau sejak kecil selalu mengajak untuk membaca buku sehingga sampai sekarang aku suka membaca.
Ayah bukan konglomerat tapi kami hidup berkecukupan. Ketika tetangga sekitar belum memiliki komputer, aku sejak TK sudah diperlihatkan dengan kecanggihan teknologi. Ini membuatku serasa Gen Z yang terpapar teknologi sejak dini.Â
Ditambah saat ini teknologi belum semaju sekarang sehingga aku sadar bahwa dunia maya tidak nyata sehingga tidak adiksi dengan itu.
Sekolahku juga bagus. Ayah yang seorang guru membuatku bisa memanfaatkan fasilitas sekolah dengan maksimal dan banyak peluang yang dapat kuambil sampai aku bisa ada di titik ini.
Berbagi dan Sadar Diri
Penyampaian privileseku bukan untuk niat sombong. Ini sebagai pengingat bagi kita semua bahwa bisa saja hal-hal kecil merupakan privilese sederhana yang tidak kita sadari. Sebelum menyerah dan merasa hidup tidak berpihak pada kita, yuk mulai sadari hal-hal kecil.Â
Bagi yang sadar bahwa hidupnya memiliki hak istimewa, yuk berbagi dengan teman-teman. Tidak semua orang memiliki hak tersebut, berbaginya tidak akan membuat hak itu hilang malah akan membuat mereka yang tidak yakin dengan hidup akan terus hidup dan melangkah. Karena, untuk apa di puncak sendiri?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H