Mohon tunggu...
Muhammad Ridwan Tri Wibowo
Muhammad Ridwan Tri Wibowo Mohon Tunggu... Lainnya - Pengangguran

Suka jalan kaki.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Fiksi Mini: Ketempelan Paper

11 Oktober 2023   23:00 Diperbarui: 11 Oktober 2023   23:07 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada hari minggu. Mulut Disa tidak bisa berhenti meracau. Orang tuanya pun panik hingga memanggil tiga ustaz dan dua dukun ke rumahnya. Lantunan ayat suci dan bau menyan pun menghiasi rumahnya.

***

Minggu pagi, tiga ustaz datang ke rumah Disa. Para ustaz tersebut meminta orang tuanya memberi Disa segelas air mineral untuk didoakan. Lantunan ayat-ayat suci mulai dikumandangkan. Tetangga-tetangganya yang merasa kasihan pun bersama-sama datang ke rumah Disa.

Pembacaan doa dimulai dengan membaca Ta'awudz .

Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.

Sehabis itu semua orang serentak membaca surat Al-Fatihah dan Ayat Kursi, serta dua ayat terakhir Al-Baqarah. Kemudian Disa malah semakin histeris dan mulai menangis.

Ketika surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas dikumandangkan, Disa malah meronta-ronta dan berteriak, "Panas! Panas!". Lalu Disa pun pingsan, ketika ketiga usraz melafalkan doa

Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Rabb Pemilik Arsy yang agung, agar Dia menyembuhkanmu.

Namun sayangnya, hingga siang hari Disa masih terlihat lingung dan badannya masih panas. Akhirnya orang tuanya memanggil dua dukun ke rumah. Sebenarnya ada rasa tidak enak yang tersimpan di benak orang tuanya. Kata 'musyrik' terus berenang di dalam hati dan pikiran orang tuanya.

Sehabis magrib, doa dukun tersebut mulai meracik berbagai kembang dalam baskom. Ketika dirasa sudah cukup mereka mulai membakar dupa. Tiba-tiba suasana berubah mencekam dan wangi menyan mulai mengyengat hidung.

Salah satu dukun yang bernama Sutardji mulai mengumandangkan Mantra.

tujuh sayap merpati
sesayat langit perih
di robekan puncak gunung
sebelas duri sepi
dalam dupa rupa

tiga menyan luka
mengasapi duka
puah!
kau jadi Kau!

Kasihku

Setelah selesai membaca mantra Sutardji pun menyembur Disa. Anehnya Disa semakin histeris.

Beruntung salah satu dukun yang memegang Kitab Mantra Orang Jawa berhasil menenangkan Disa. Dukun tersebut bernama Sapardi. Lalu ia komat-kamit membaca Mantra Sakit Encok .

hai encok yang berasal dari batu
pulanglah, encok
pulanglah ke tempat asalmu
hutan gung liwang-liwung

Setelah selesai dibacakan mantra badan Disa mengeluarkan suara "kre-tek-kre-tek". Dan, Disa pun mengeluh keenakan. Lalu Sapardi meminta nomor WhatsApp Disa. Kemudian Disa membagikan nomor WhatsApp-nya.

Setelah menyimpan nomor WhatsApp Disa, Sapardi mengirimkan pesan pada Disa, "Karena orang tuamu sudah membayar mahalku, sini aku bantu kerjakan tugasmu, Dik. Aku melihat hantu bernama paper menggelayut di pundakmu".

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun