Mohon tunggu...
Muhammad Ridwan Tri Wibowo
Muhammad Ridwan Tri Wibowo Mohon Tunggu... Lainnya - Pengangguran

Suka jalan kaki.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fiksi Mini: Cangkir Emas dan Asap Misterius

11 Oktober 2023   19:43 Diperbarui: 11 Oktober 2023   19:46 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tidak tahu dia datang dari mana. Tapi jaketnya yang lusuh dan sendal Swallow -nya yang buluk mencerminkan ia dari pinggiran kota.

Ia memesan secangkir kopi Kapal Api dan dua batang rokok kretek Sampoerna . Sebelum membakar rokok kreteknya ia memijat-mijatnya terlebih dahulu.

Beberapa menit kemudian, ia mematikan rokoknya yang baru terbakar setengah. Lalu mengambil sebuah buku dari jaketnya dan membacanya dengan khidmat.

Setelah selesai ia menaruh bukunya di atas meja. Lalu aku melihat sampul buku tersebut berisi orang-orang yang sedang tiduran. Di sampul tersebut tercantum nama Albert Camus, dan kata The Stranger yang saya yakini nama judulnya.

Kemudian ia meneguk kopinya. Ajaibnya kopinya berubah menjadi cangkir emas. Ia terkejut dan hampir menjatuhkan cangkir tersebut. Ia pun tidak percaya apa yang ia lihat. Sampai akhirnya cangkir tersebut kembali seperti sedia kala.

Aku pun ikut tercengang melihat perubahan tersebut, tapi aku berpura-pura cuek dan terus menatap layar handphone karena mencoba untuk tidak percaya dengan yang kusaksikan.

Dalam diam, aku mencoba mencari penjelasan rasional, yang akhirnya membuatku merasa menyesal karena tidak membuat konten. Sialnya, ketika terjadi perubahan menjadi cangkir emas, penjaga warung kopi sedang tidak ada di tempat.

Kemudian ia kembali membakar rokok kreteknya dan menyeruput kopinya.

Entah kenapa, asap dari rokoknya begitu tebal, dan aku melihat cerminan diriku berwarna biru dan begitu kesepian. Lalu aku mulai terserap oleh asap rokok tersebut dan ikut terbakar menjadi bara.

Setelah menjadi bata, aku menjadi asap yang dihisap ke dalam tenggorokannya dan terjebak di dalam paru-parunya.

"Mang, rokok kretek Sampoerna dua batang sama kopi Kapal Api berapa?" tanyanya

"Tujuh ribu, Mang."

"Kalau cangkirnya sekalian saya beli berapa ya, Mang? Soalnya saya suka sama modelnya?"

"Ada-ada saja, Mang. Tapi kalau mau sama gelas dua belas ribu saja, Mang."

Di paru-parunya saya menyaksikan, ia meninggalkan warung kopi dengan membawa cangkir tersebut. Aku pun merasakan pengalaman aneh ini hanya bisa dipahami oleh mereka yang memiliki hati terbuka untuk keajaiban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun