Nabi Adam A.S
Diceritakan bagaimana suatu ketika kekacauan menimpa Nabi Adam lantaran melanggar sumpahnya dan diturunkan ke bumi, Allah kemudian menerima taubatnya dan mengutus malaikat kepadanya. Bukan utusan biasa, malaikat ini dirupakan sebagai mutiara yang putih murni bersinar.
Kejadian ini tepatnya terjadi ketika Nabi Adam berada di India. Adam melihat mutiara tersebut dan kemudian terpesona akannya. Kemudian Allah membuat mutiara itu berbicara yang langsung membuat Adam terkejut.
"Wahai Adam, apakah kau mengenaliku?" kata malaikat dalam rupa mutiara itu.
Nabi Adam pun menjawab: "Tidak,". Sang malaikat kemudian menegaskan kembali: "Kau mengenalku, tapi setan telah menguasaimu dan membuat hatimu lupa kepada Allah,". Setelah berkata seperti itu, sang malaikat kemudian kembali ke bentuknya semula.
Dalam wujud asli sang malaikat itu, Nabi Adam mengenalinya sebagai malaikat yang biasa ia temui di surga. Lalu sang malaikat mendekati Nabi Adam seraya mengingatkan kembali janji Adam kepada Allah SWT.
Lalu kemudian Nabi Adam semakin mendekati malaikat tersebut serya mengingat kembali mengenai janjinya sebagai seorang hamba yang harus mematuhi perintah Allah. Tak terasa, air mata pun menetes dari mata Nabi Adam mengingat janjinya yang ia ingkari.
Nabi Adam kemudian memperbarui janjinya dan sebagai tanda hormat pada janji itu, beliau mencium sang malaikat. Dengan seketika, Allah membuatnya kembali menjadi mutiara lagi.
Mutiara ini terus dibawa oleh Nabi Adam menyusuri dunia yang sepi dan sunyi. Begitu sampai Makkah, Allah mengutus malaikat Jibril untuk membangun Ka'bah. Ketika itu, ia turun di antara Rukn, Hajar, dan pintu.
Maka Allah menempatkan malaikat di tempat itu sebagai saksi atas janji Adam yang telah diperbarui. Allah pun menanamkan Hajar di pilar Ka'bah tersebut. Kemudian malaikat Jibril membawa Adam dari Ka'bah ke Pegunungan Safa dan Hawa ke Pegunungan Marwa.
Nabi Adam kembali memuji dan memuliakan Asma Allah. Untuk itulah kita dianjurkan untuk menghadap Hajar dari Pegunungan Sawa dan mengucapkan Allahu Akbar. Dari hadis shahih juga dijelaskan bagaimana Rasulullah menyampaikan bahwa Adam diturunkan dari surga ke Safa, sementara Siti Hawa ke Marwa.
Nabi Idris A.S
Kepandaian Nabi Idris begitu dikagumi oleh Malaikat Izrail, Sang malaikat pencabut nyawa. Hingga pada suatu hari atas izin Allah, Malaikat Izrail menyamar menjadi manusia dan bertamu ke rumah Idris untuk mengenalnya lebih jauh. Datanglah Malaikat Izrail ke rumah Idris dengan mengucap salam dan dipersilahkan untuk masuk.
Malaikat Izrail menjelaskan maksud kedatangannya untuk berkenalan dengan Idris sebagai utusan Allah, kemudian keduanya beribadah
bersama.
Ketika akan makan, Idris mengajaknya untuk makan. Namun, Izrail menolak dan berkata, "Silahkan tuan makan sendiri. saya ingin melanjutkan ibadah saya kepada Allah." Saat tiba waktu tidur, Izrail juga menolak dan berkata, "Silahkan tuan tidur dulu, saya masih ingin melanjutkan ibadah saya."
Hal serupa terjadi pula pada esok harinya. Hingga akhirnya Nabi Idris penasaran dan bertanya mengenai tamunya.
"Saya adalah Izrail, Malaikat pencabut nyawa," ungkap Malaikat Izrail.
Nabi Idris mengira bahwa Malaikat Izrail datang untuk mencabut nyawanya, namun nyatanya tidak. Ia datang untuk mengenal Nabi Idris lebih jauh.
Nabi Idris mengatakan bahwa ia ingin merasakan rasanya jika nyawa seseorang di cabut. Pengalamannya ini akan ia jadikan bekal dalam berdakwah. Atas izin Allah Malaikat Izrail mencabut dan mengembalikan lagi nyawa Idris. Setelah bangun, Nabi Idris berkata bahwa ia tidak merasakan apapun.
"Karena saya melakukannya dengan lembut. Begitulah yang selalu saya lakukan terhadap orang-orang beriman," kata Malaikat Izrail.
Sedangkan bagi mereka yang tidak beriman, akan merasakan sakit yang luar biasa dan dirasakan hingga kiamat.
Begitu banyak hikmah yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Idris. Seseorang yang tekun belajar dan beribadah maka Allah akan meningkatkan derajatnya. Semoga kisah Nabi Idris di atas dapat memberikan pengetahuan baru kepada kita, dan menjadikan kita manusia yang selalu semangat dalam menjalani hari.
Nabi Sulaiman A.S
Kematian itu sudah pasti terjadi pada makhluk hidup. Pada era Nabi Sulaiman, ada seorang laki-laki yang berusaha menghindar dari kematian. Pada suatu hari, malaikat maut Izrail datang menghadap Nabi Sulaiman bin Dawud 'alaihis salam. Tiba-tiba Izrail menajamkan pandangan dan mengarahkannya kepada seorang lelaki yang duduk bersama beberapa tamu Nabi Sulaiman. Namun tak lama kemudian Izrail pergi. (Baca juga: Nabi Sulaiman Kepada Ratu Balqis: Jangan Sombong Padaku! )
Laki-laki itu bertanya, "Wahai nabi Allah! Siapa dia?"
"Dia adalah malaikat maut," jawab Nabi Sulaiman.
Laki-laki itu kembali berkata, "Wahai nabi Allah! Tadi aku melihat dia selalu melirik kepadaku. Aku menjadi sangat takut. Jangan-jangan dia hendak mencabut nyawaku. Selamatkan aku dari cengkeramannya."
"Bagaimana caranya agar aku bisa menyelamatkanmu?" tanya sang nabi.
"Anda suruh saja angin untuk membawaku ke negeri India. Mungkin saja dengan begitu dia akan kehilangan jejakku. Dan tidak akan bisa menemukanku," jawab laki-laki itu.
Kemudian Nabi Sulaiman pun memerintahkan angin untuk menghantarkanya sampai ke ujung negeri India dalam waktu sekejap saja.
Saat itu juga angin segera melaksanakan sebagaimana yang diperintahkan oleh sang nabi. Sesampainya di sana, malaikat maut kemudian mencabut nyawa laki-laki itu.
Setelah itu malaikat maut itu kembali menghadap Nabi Sulaiman 'alaihis salam.
Nabi kemudian bertanya, "Kenapa tadi anda melirik kepada laki-laki itu dengan tatapan yang tajam?"
Malaikat maut menjawab, "Aku merasa sangat heran. Aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya di Negeri India. Namun keberadaannya saat itu sangat jauh dari negeri itu. Hingga akhirnya tiba-tiba ada angin yang membawanya sampai ke negeri itu. Lalu kucabut nyawanya di negeri itu pula, sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah subhanahu wata'ala." (Baca juga: Kematian, Hanya Nabi Ibrahim dan Nabi Musa yang Bisa Menawar )
Kisah Nabi Sulaiman itu ditulis dalam kitab al-Majallis as-Saniyyah karya Syekh Ahmad bin Syekh Hijazi Al Fusyni.
Kisah ini memberi tahu kepada kita bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. Setiap manusia tidak bisa menghindar dari takdir kematian. Karena itu sudah ketetapan Allah SWT.
Bagi manusia yang takut akan datangnya kematian, ia mungkin bisa hanya berdiam diri di rumahnya untuk menghindar dari kematian, namun jika telah tiba saatnya ditentukan kematian kepadanya, niscaya Malaikat maut akan mendatangi tempat di mana ia akan mati di tempat tersebut.
Nabi Daud A.S
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa di masa Nabi Daud as(Alaihi salam) hiduplah seorang pemuda yang sangat mencintai beliau. Setiap hari, dia datang ke tempat Nabi Daud as dan mempelajari kitab suci Zabur dari beliau.
Ya, pemuda ini sangat mencintai Nabi Daud as, sampai-sampai dia enggan melakukan pekerjaan lain. Suatu hari, malaikat pencabut nyawa datang menjumpai Nabi Daud as. Saat melihat pemuda itu, malaikat Izrail menatapnya dengan tajam. Nabi Daud as bertanya, " Sepertinya engkau memandangi pemuda itu dengan tajam. Ada apa gerangan?". Malaikat pencabut nyawa berkata, "Seminggu lagi aku akan datang untuk mencabut nyawa pemuda ini."
Nabi Daud as bertanya, " Apakah itu merupakan perkara yang pasti (terjadi)?"
Izrail menjawab, "Benar, umur pemuda ini tidak akan lebih dari sepekan."
Setelah menyampaikan hal itu, malaikat Izrail pun pergi. Nabi Daud as sangat mencintai pemuda itu danmerasa kasihan kepadanya. Suatu ketika, Nabi Daud as bertanya," Apakah engkau sudah menikah?" Pemuda itu menjawab, "Belum."
Nabi Daud as membayangkan pemuda itu akan meninggal seminggu lagi dan belum jua menikah. Nabi Daud as berfikir untuk menikahkan pemuda itu dengan seorang wanita baik-baik. Setidaknya pemuda itu merasakan kenikmatan dunia sebelum ajal menjemputnya.
Beliau pun meminang seorang putri bani Israil untuk pemuda itu. Orang tua gadis itu menyetujui permintaan Nabi Daud as untuk menikahkannya dengan pemuda itu. Acara pernikahan pun dipersiapkan.. Acara diadakan malam hari. Setiap hari, pemuda itu tetap datang kepada Nabi Daud as hingga hari ketujuh. Di hari itu, Nabi Daud as menantikan kedatangan ajal yang akan menjemput pemuda itu. Namun, setelah lama menunggu, kematiannya tidak kunjung tiba.
Di hari yang telah ditetapkan tersebut, pemuda itu menemui Nabi Daud as. Namun, beliau tidak mengucapkan sepatah katapun pada pemuda itu. Singkat cerita, setelah berlalu satu minggu, Nabi Daud as bertemu malaikat pencabut nyawa Izrail. Beliau bertanya, "Apa sebenarnya yang telah terjadi? Mengapa pemuda itu tidak meniggal dunia?"
Malaikat Izrail berkata, "Semestinya ajalnya sudah tiba. Namun, engkau, mertua dan istrinya melakukan sesuatu yang perbuatan yang memancing rahmat Allah SWT. Kalian mencintai pemuda itu, sehingga Allah melimpahkan cinta-Nya pula kepadanya. Lantaran apa yang kalian perbuat, maka Allah berfirman:
"Aku lebih utama(dalam) mencintai dan menyayangi pemuda ini daripada kalian. Karena itu, Aku memanjangkan umurnya."
Subhanallah, Maha Suci Allah yang maha Kuasa.
Nabi Muhammad SAW
Rasulullah saw bersabda:
"Ketika aku diperjalankan di malam hari untuk mi'raj ke langit, aku melihat malaikat yang mempunyai seribu tangan, dan di setiap tangannya seribu jari-jemari. Ketika ia sedang menghitung dengan jari-jarinya, aku bertanya kepada Jibril: Siapakah malaikat itu dan apa yang sedang ia hitung?
Jibril menjawab: ia adalah malaikat yang ditugaskan untuk menghitung setiap tetesan hujan, ia menghafal setiap tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi.
Aku bertanya kepada malaikat itu: Apakah kamu mengetahui jumlah tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi sejak Allah menciptakan dunia? Ia menjawab: Ya Rasulallah, demi Allah yang mengutusmu membawa kebenaran kepada makhluk-Nya, aku tidak hanya mengetahui setiap tetesan hujan yang turun dari langit ke bumi, tetapi aku juga mengetahui secara rinci berapa jumlah tetesan hujan yang jatuh di lautan, di daratan, di bangunan, di perkebunan, di daratan yang bergaram, dan di pekuburan.
Rasulullah saw bersabda: Aku kagum terhadap kemampuan hafalan dan ingatanmu dalam perhitungan. Ia berkata: Ya Rasulallah, ada yang tak sanggup aku menghafal dan mengingatnya dengan perhitungan tangan dan jari-jemariku.
Rasulullah saw bertanya: Perhitungan apakah itu? Ia menjawab: Aku tidak sanggup menghitung pahala shalawat yang disampaikan oleh sekelompok ummatmu ketika namamu
 disebut di suatu majlis." (Al-Mustadrah, Syeikh An-Nuri, 5: 355, hadis ke 72)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI