Mohon tunggu...
Muhammad Rich
Muhammad Rich Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Bebas, Assistant Vice President

Penulis Bebas dalam Bidang Manajemen Stratejik, Keuangan dan sedang menyelesaikan program pendidikan Doktor pada Bidang Ilmu Manajemen (Stratejik)

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kepemimpinan Strategi: Menciptakan Learning dan Ethical Organization

28 Mei 2024   16:21 Diperbarui: 28 Mei 2024   16:26 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam era persaingan yang semakin ketat, kemajuan teknologi, dan perubahan preferensi pelanggan, penting bagi perusahaan untuk menjadi organisasi pembelajar. Organisasi pembelajar adalah tempat di mana karyawan secara terus-menerus menciptakan, memperoleh, dan mentransfer pengetahuan, membantu perusahaan mereka beradaptasi dengan perubahan yang tidak terduga lebih cepat daripada pesaing mereka(Garvin & Gino, 2008). Dampak menciptakan leadership organization terhadap sebuah organisasi telah diteliti secara luas dan memiliki beragam hasil. Dalam konteks kepemimpinan, organisasi pembelajar mempunyai dampak yang signifikan dengan menciptakan lingkungan di mana individu dapat mengembangkan kapasitas psikologis yang positif. Dengan menyediakan konteks organisasi yang mendukung pertumbuhan individu, perusahaan pembelajaran menawarkan kesempatan bagi karyawan untuk belajar, mengembangkan, dan meningkatkan keterampilan mereka. Hal ini membantu pengembangan sumber daya psikologis positif, termasuk peningkatan kesadaran diri, peningkatan regulasi emosional, dan perilaku positif lainnya. Oleh karena itu, melalui praktik pembelajaran yang berkelanjutan, perusahaan pembelajar membantu individu untuk tumbuh dan berkembang secara positif dalam konteks pekerjaan mereka (Avolio et al., 2009).

Selanjutnya (Garvin & Gino, 2008) menyampaikan tiga landasan kuat yang saling berhubungan dalam organisasi pembelajar. Yang pertama, adalah lingkungan belajar yang mendukung. Faktor ini menyoroti perlunya menciptakan budaya di mana karyawan merasa aman untuk berbagi pengetahuan, mengambil risiko, dan belajar dari kesalahan tanpa takut akan hukuman. Lingkungan belajar yang kondusif memberikan peluang bagi karyawan untuk berkembang dan berinovasi tanpa takut akan konsekuensi negatif. Dengan memupuk budaya suportif, organisasi membuka pintu bagi kreativitas dan eksperimen, yang merupakan landasan penting bagi pertumbuhan dan kemajuan.

Yang kedua adalah proses dan praktik pembelajaran konkrit. Faktor ini melibatkan penerapan proses dan praktik pembelajaran yang jelas yang memungkinkan pengetahuan diperoleh, disimpan, dan ditransfer secara efektif ke seluruh organisasi. Ini melibatkan pengembangan sistem pembelajaran yang terorganisir dan dapat diukur, seperti program pelatihan, sesi evaluasi, dan mekanisme umpan balik yang teratur. Dengan menerapkan proses pembelajaran yang jelas dan nyata, organisasi dapat memastikan bahwa pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh secara alami termasuk dalam praktik kerja sehari-hari.

Terakhir, Perilaku Kepemimpinan yang Mendorong Pembelajaran memainkan peran kunci dalam memperkuat budaya belajar dalam suatu organisasi. Pemimpin harus memberikan dukungan tegas terhadap inisiatif pembelajaran, memberikan contoh langsung tentang pentingnya pembelajaran, dan menawarkan insentif untuk mendorong karyawan agar terus meningkatkan keterampilan mereka. Di bawah kepemimpinan yang suportif dan memberi semangat, karyawan merasa terdorong untuk secara aktif mencari peluang untuk belajar dan pengembangan diri.

Ketiga faktor ini, yang disebut sebagai "building block" atau "blok bangunan" organisasi pembelajar, saling berhubungan dan penting dalam menciptakan lingkungan di mana pembelajaran dan adaptasi berkelanjutan terjadi. Tanpa lingkungan yang mendukung, proses pembelajaran terstruktur, dan kepemimpinan yang mendorong pembelajaran, organisasi akan kesulitan mempertahankan daya saing dan relevansinya dalam lingkungan yang selalu berubah. Oleh karena itu, penguatan dan penyelarasan ketiga faktor tersebut merupakan langkah krusi

Sebagai salah satu contoh bentuk organisasi pembelajar yang saat ini banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi baik pemerintah maupun swasta adalah Corporate University. Salah satu lembaga pemerintah yang sudah menerapkan Corporate University adalah Kementerian Keungan dengan merumuskan 10 komponen kunci dari organisasi pembelajar. Sedangkan contoh Perusahaan yang telah menerapkan organisasi pembelajar adalah maskapai Citilink Indonesia yang bergerak dalam bidang layanan angkutan udara komersial. Beberapa aspek yang mendukung penerapan Learning Organization di Citilink termasuk proses dan praktik belajar konkret, kepemimpinan yang memperkuat pembelajaran, serta lingkungan pembelajaran yang suportif. Para karyawan diberikan kesempatan untuk berdialog, menyatakan pendapat, dan berbagi wawasan dalam tim, yang merupakan elemen penting dalam organisasi pembelajar (Sakinah et al., 2022)

Kesimpulannya, pembentukan organisasi pembelajar mempunyai dampak yang signifikan terhadap efektivitas dan kemampuan adaptasi organisasi dalam menghadapi perubahan. Organisasi yang mendukung pembelajaran berkelanjutan menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa aman untuk berbagi pengetahuan, mengambil risiko, dan belajar dari kesalahan. 

Hal ini memungkinkan individu untuk berkembang dan berinovasi, yang pada akhirnya meningkatkan kapasitas psikologis positif mereka seperti kesadaran diri, regulasi emosional, dan perilaku positif. Dengan menerapkan proses pembelajaran yang terstruktur dan konkrit, didukung oleh kepemimpinan yang mendorong pembelajaran, organisasi dapat memastikan bahwa pengetahuan dan pengalaman diintegrasikan secara efektif ke dalam praktik kerja sehari-hari. 

Selain itu, organisasi pembelajaran yang dipimpin secara etis dapat menghasilkan peningkatan perilaku kewarganegaraan organisasi (OCB) di antara karyawan, meningkatkan kepuasan kerja, dan mendorong keterlibatan emosional. Dengan memberikan rasa aman dan memupuk ikatan antarpribadi yang kuat, kepemimpinan etis membantu mengurangi kecemasan terkait pekerjaan dan memperkuat keterikatan emosional anggota organisasi. Penerapan digitalisasi dalam proses kerja juga mendukung terciptanya organisasi yang beretika dan berkelanjutan.

Refferensi :

Avolio, B. J., Walumbwa, F. O., & Weber, T. J. (2009). Leadership: Current theories, research, and future directions. In Annual Review of Psychology (Vol. 60, pp. 421--449). https://doi.org/10.1146/annurev.psych.60.110707.163621

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun