Mohon tunggu...
Muhammad Rezki Atthani
Muhammad Rezki Atthani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Institut Agama Islam Tazkia

Mahasiswa prodi Manajemen Bisnis Syariah yang sedang mengejar akhirat dan berharap dapat dunia dan akhirat

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kiat-kiat Menyikapi Keuangan yang Sesuai Syari'ah

19 Mei 2023   22:36 Diperbarui: 19 Mei 2023   22:37 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Berbicara mengenai uang, maka uang bisa membuat bahagia bisa juga menghancurkan kita. Membahagiakan jikalau kita memandang uang tersebut dengan pola pikir yang baik dan sesuai tuntunan syari’ah. Namun uang juga bisa menghancurkan kita karena cara pandang dan sikap kita terhadap uang itu salah, yang justru melahirkan masalah-masalah lain yang tentu hal ini tidak ingin kita harapkan.

Tidak menutup kemungkinan bahwa karena menjadikan uang sebagai prioritas, hubungan keluarga renggang akibat suami istri masing-masing sibuk mencari uang dan mengabaikan waktu bersama. Kasus lain seperti kebutuhan akan uang lalu mengutang melalui pinjol atau memakai kartu kredit yang berakibat utang semakin berbunga dan sampai diteror oleh debt collector. Karena uang juga bahkan dapat menutup akal sehat manusia, terbukti banyaknya kasus manusia yang melakukan kejahatan demi mendapatkan uang seperti kasus pencurian, perampokan bahkan sampai terjadi pembunuhan.

Model kasus yang terjadi di atas terjadi akibat cara pandang kita terhadap uang tidak didasari oleh keimanan yang kuat dan tidak berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadist. Oleh karenanya, sebagai seorang muslim kita perlu mengambil nilai-nilai berkehidupan yang telah Allah atur sempurna melalui Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah SAW. Termasuk juga tentang cara pandang dan sikap kita dalam memanajemen keuangan agar tidak menjerumuskan kita ke dalam masalah-masalah.

Lantas bagaimana cara kita bersikap dan memanajemen uang yang sesuai syari’ah tersebut? Yuk, kita pelajari dan aplikasikan poin-poin yang telah penulis rangkum mengenai hal tersebut sebagai berikut:

  • Meminimalisir keinginan untuk mengutang

Di dalam islam, seorang muslim memang diperbolehkan untuk mengajukan pinjaman dan dianjurkan untuk menuliskannya.

Seperti yang tertulis dalam Al-Qur’an, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian melakukan muamalah (kegiatan transaksi) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan maka hendaklah kalian menuliskannya…” (QS. Al-Baqarah ayat 282)

Tidak dapat dipungkiri, dengan mengutang kerap kali dapat menyelamatkan kita dari masalah keuangan. Meskipun begitu, Islam tidak menganjurkan kita untuk berutang kecuali hal tersebut mendesak dan darurat. Banyak hadist yang menjelaskan tentang bahaya hutang.

Salah satunya hadist, Dari Uqbah bin Amir RA, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian meneror diri kalian sendiri, padahal sebelumnya kalian dalam keadaan aman.” Para sahabat bertanya, “Apakah itu wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Itulah hutang!” (HR.Ahmad)

Adapun dalam hadist yang lain, “Jiwa seorang mukmin itu terkatung-katung dengan sebab hutangnya sampai hutangnya dilunasi.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)

Jadi apabila kita ingin berhutang maka berfikirlah lebih matang, sanggupkah kita melunasinya dengan penghasilan yang kita punya. Janganlah sampai memaksakan diri membeli barang mewah dengan cara mengutang yang pada akhirnya menjeratkan kita pada masalah lain. Bagi kita yang sudah terlanjur, maka mintalah pertolongan kepada Allah dan berusahalah untuk melunasinya karena hukumnya wajib dan tentu akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak apabila selama di dunia utang tersebut tidak dilunasi.

  • Menghindari riba dan praktik haram lainnya

Sebagai muslim, kita perlu menjauhi praktik-praktik yang diharamkan dalam islam sehingga penghasilan yang kita peroleh itu diberkahi oleh Allah. Praktik haram itu mulai dari riba, korupsi, sogok, berjualan dengan menipu, dll. Namun disini penulis lebih menitikberatkan kepada riba.

Di dalam Al-Qur’an, “Wahai orang-orang yang beriman tinggalkanlah apa yang tersisa dari riba, jika kalian orang yang beriman. Maka jika kalian tidak meninggalkannya maka umumkanlah perang kepada Allah dan Rasulnya.” (QS. Al-Baqarah ayat 278-279)

Di suatu hadist dikatakan, “Rasulullah SAW mengutuk orang yang makan harta riba, yang memberikan riba, penulis transaksi riba dan kedua saksi transaksi riba. Mereka semuanya sama (berdosa).” (HR. Muslim)

Dalam hadist yang lain, “Dosa riba terdiri dari 72 pintu. Dosa riba yang paling ringan adalah bagaikan seorang laki-laki yang menzinai ibu kandungnya.” (HR. Thabrani)

Maka dari itu, penulis berpesan sebaiknya hindari berhutang kepada bank konvensional, pinjaman online atau melalui kartu kredit yang memberikan bunga pada pinjamannya. Selain agama melarang dan termasuk dalam dosa besar, ketahuilah dengan kita melakukan peminjaman berbunga, itu akan lebih memberatkan kita ke depannya karena kita harus melunasi lebih banyak dari jumlah uang yang dipinjam.

Bagaimana kalau kita lupa bahkan sampai tidak melunasinya? Utang tersebut akan berbunga terus, lalu akan diteror oleh debt collector. Itu masalah di dunia. Adapun di akhirat, amalan kita akan diberikan kepada orang yang kita pinjami untuk menutupi sejumlah utang yang kita pinjam. Dan juga dosa riba yang kita tanggung itu bukanlah dosa yang kecil. Tentu hal ini sangat menakutkan.  

Jika sangat mendesak membutuhkan uang, maka ajukanlah pembiayaan kepada bank syari’ah atau minta tolonglah kepada keluarga atau teman terdekat yang punya kelebihan dalam finansial mereka. Bagi kita yang sudah terlanjur, maka berusahalah melunasi hutang riba tersebut. Lalu berdoalah dan minta ampun kepada Allah, karena Allah pasti akan menolong seseorang yang punya niatan kuat dalam melunasi hutang riba tersebut. Semoga kita selalu terhindar dari dosa riba ini. Aamiin.

  • Hiduplah sederhana dan jangan berlebih-lebihan

Teladan kita dalam perihal hidup sederhana (zuhud) ialah Rasulullah SAW. Meskipun beliau sukses dalam berbisnis dan hidup dengan bergelimang harta, namun harta tersebut selalu beliau habiskan untuk kepentingan berjuang di jalan Allah. Maka sebagai seseorang yang mengaku umat Rasulullah, sudah seharusnya kita meneladani perilaku Rasulullah SAW.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman, “Wahai anak cucu adam! Pakailah pakaianmu yang bagus di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf ayat 31)

Lalu di ayat yang lain, “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqan ayat 67)

Untuk itu, mulailah hidup sederhana dari sekarang. Jadilah yang di tengah-tengah, tidak kikir namun juga tidak boros. Jangan terlalu memprioritaskan dan bersemangat dalam mengejar dunia. Karena kehidupan sejati hanyalah akhirat semata. Pergunakanlah uang kita dengan sebaik-baiknya dan sewajarnya. Belilah hanya terhadap barang-barang yang dibutuhkan saja.

Adapun barang-barang mewah yang hanya dibeli karena gengsi atau ingin pamer saja maka ini sudah keluar dari konteks ayat di atas dan sebagai umat muslim sudah seharusnya untuk menjauhinya. Hiduplah sederhana sebagaimana Rasulullah SAW, dengan begitu semoga bisa meringankan hisab kita di akhirat kelak.

  • Menabung dan berinvestasi

Bagi sebagian orang, menabung mungkin merupakan hal yang menyulitkan. Kerap kali orang-orang menarik kembali tabungannya karena nafsu ingin membeli sesuatu. Padahal jika ia menahan nafsunya, uang yang ia tabung bisa terkumpul banyak dan digunakan untuk menyiapkan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Di dalam hadist, “Rasulullah SAW sendiri pernah menyimpan harta untuk keluarganya. Saat kaum muslimin mendapat harta dari peperangan, Rasulullah SAW menyimpan harta yang menjadi hak beliau untuk nafkah keluarganya selama satu tahun, baru menginfakkan sisanya untuk kebutuhan jihad.” (HR. Muslim)

Dalam hadist yang lain, “Meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin, dan meminta-minta kepada orang lain.”(HR. Bukhari)

Menabung di bank syariah menjadi salah satu cara paling aman untuk menyimpan uang dan terhindar dari unsur riba. Melalui produk tabungan, giro maupun deposito syari’ah.

Penulis menyarankan pembaca, jika punya harta berlebih dan ingin menabung sekaligus untung maka pilihlah deposito melalui akad mudharabah, dengan begitu kita akan memperoleh bagi hasil kurang lebih 3% setiap bulannya sampai jangka waktu deposito habis.

Adapun menabung sekaligus berinvestasi yang menguntungkan lainnya yaitu membuka usaha bisnis, membeli surat-surat berharga berupa saham dan obligasi yang tentu harus berprinsip syariah. Bisa juga dengan kita menabung dalam bentuk emas, karena nilai emas itu selalu tetap bahkan akan naik terus setiap tahun. Namun kita harus tetap berhati-hati agar tidak jatuh ke dalam praktik yang diharamkan.

  • Jangan lupa zakat, infaq dan sedekah

Salah satu rukun islam yang wajib dilaksanakan oleh seorang muslim yaitu membayar zakat. Adapun tujuannya yaitu untuk menyucikan harta tersebut karena di dalam harta yang kita miliki tersebut, ada bagian hak untuk orang lain.

Adapun infaq dan sedekah itu dianjurkan untuk dilaksanakan karena hukumnya sunnah. Tidak ada ruginya kita berinfaq, karena harta yang kita infaqkan tersebut akan diganti bahkan dilipatgandakan oleh Allah. Mungkin Allah membalasnya bukan melalui uang juga, bisa jadi melalui diberi tubuh yang sehat, segala urusan dimudahkan, diijabah segala doa kita, atau pahala besar yang disiapkan Allah sehingga mudah masuk ke dalam surga-Nya.

Allah berfirman, “Perumpamaan orang-orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah SWT adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah SWT melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah ayat 261)

Dalam ayat yang lain, “Wahai orang-orang yang beriman! Infaqkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik… (QS Al-Baqarah ayat 267)

Di dalam hadist dari Abu Hurairah RA, ia berkata Rasulullah SAW bersabda dengan menyampaikan firman Allah yaitu “berinfaqlah, niscaya Aku akan menafkahimu.” (HR. Bukhari, Ahmad & Ibnu Majah)

Jadi dengan mengeluarkan zakat, infaq dan sedekah, kita tentunya telah membantu orang  yang betul-betul membutuhkan bantuan. Oleh karenanya, pastikan kita untuk selalu menyisihkan sebagian penghasilan untuk zakat, infaq dan sedekah.

Nahh, demikian tadi 5 cara kita menyikapi dan mengatur keuangan yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist. Jika setiap muslim melaksanakan poin-poin diatas tadi dengan sebenar-benarnya maka tentu hidup akan lebih sejahtera dan memperoleh keberkahan serta pahala dari Allah SWT.

Semoga tips yang penulis sampaikan di atas bermanfaat bagi para pembaca. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rezeki bagi kita semua. Dan semoga kita dijauhkan dari sikap yang salah dalam mengatur keuangan. Aamiin yaa rabbal ‘alamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun