Mohon tunggu...
Muhammad Reza Santirta
Muhammad Reza Santirta Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis adalah seni

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kisah Asmara Pria Pemalu

12 Desember 2019   23:57 Diperbarui: 12 Desember 2019   23:55 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pria itu masih terpekur. Saat melihat layar android, matanya melirik ke samping dan terkejut dibuatnya. Indah yang selama ini ditaksir telah duduk di sampingnya.

"Sendiri aja Jal. Tentu kamu sudah ingat aku kan?" Tatap Indah sambil melirik mata Rizal.

"Kamu, Indah ya. Tentu saja aku ingat siapa kamu. Kenapa kamu ada di sini? Padahal, aku dan kamu terpisah oleh dua kota yang berbeda. Bahkan, berbeda provinsi." Timpal Rizal sekaligus terkejut dengan kedatangan Indah yang tiba-tiba.

Indah menukas dengan senyum khasnya, "Rijal, aku tahu kamu punya rasa suka padaku. Kamu selalu melakukan segala cara untuk menunjukkan perhatian. Tapi, apakah aku berarti tidak mau merespon? Aku tak ingin dibebani oleh pikiran masing-masing. Apalagi, setiap kita punya masalah dan cara pandang yang berbeda. Ada sedih, senang, benci, dan ketidakjelasan. Tapi, apakah aku harus menyalahkan mereka dan segala penyebabnya sehingga lari dari masalah?"

Rizal menatap Indah dengan tatapan terpaku.

"Untuk apa? Sekarang aku sudah berkeluarga dan kini memiliki satu putra. Aku sudah bahagia meskipun kini aku juga berfikir, apakah aku mampu bersyukur atas segala nikmat ini. Mungkin, nikmatku denganmu lebih ringan dirimu. Belum berjodoh dan amsih ada yang sayang.'

"Kalau kata suamiku, segala kebencian dan dendam ini terjadi karena kita kurang sedekah. Senyum dan bicaralah supaya teman-teman tidak membencimu. Itulah sedekah."

"Jadi, kebencian mereka sama saja seperti orang yang tidak diberi sedekah?" Tanya Rizal.

"Exactly." Ucap Indah sambil mengacungkan dua jempol.

Tak jauh dari bangku panjang, datanglah seorang pria jangkung sambil menggandeng tangan anak kecil. Indah langsung beringsut.

Mereka berdua langsung berpelukan. Gadis itu juga mencium kening buah hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun