Bahkan, ia sampai meminta nomor telepon selulernya. Tak juga dijawab oleh Indah.
Hingga tahun 2012, Indah memutuskan hubungan lagi. Antara bahagia ataupun sedih, Rizal tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Masalahnya, pesannya tidak pernah digubris.
"Hai Indah..." Pesan itu yang selalu diketik tanpa pernah absen.
"Hai Indah..." Pesan itu terus dikirim meskipun Indah tidak membalasnya.
Kata hai itu hanya menjadi pemanis sapaan sahaja. Rizal berfikir, apakah karena mengatakan Indah misterius sehingga ia tidak membalasnya. Atau, karena pacarnya di Bandung tahu kalau ucapan itu  membuatnya kalap? Tidak tahu.
Hingga 2014, datang sebuah kabar mengejutkan di Facebook Indah. Foto yang barusan diposting menampilkan kebersamaan dengan cowok baru. Menurut dugaannya, pria itu adalah teman kuliahnya.
Ingin rasanya mengatakan sejujurnya. Lagi-lagi, rasa malu menguasainya. Tak tahu bagaimana caranya mengungkapkan perasaan dengan jujur. Apalagi, sampai harus mengadakan selebrasi dengan makan di restoran ataupun bicara berdua melalui telepon.
Hanya harapan dan keajaiban yang bisa menolongnya. Rizal berharap semoga hubungannya dengan si pacar itu hanya seumur jagung. Namun, kebersamaan mereka tetap terjalin.
"Hai Indah? Gimana kabarnya? Kalau pesanku tidak dibalas tidak apa-apa." Pesan Rizal. Esoknya, ia dicerca oleh temannya.
"Jangan bicara begitulah. Nanti, orang-orang pada su'uzhan." Kata Rima, teman Indah.
"Aku minta maaf pada Indah kalau begitu." Desah Rizal.