Mohon tunggu...
Muhammad Reza Santirta
Muhammad Reza Santirta Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis adalah seni

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kisah Asmara Pria Pemalu

12 Desember 2019   23:57 Diperbarui: 12 Desember 2019   23:55 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pria pemalu (Dok. www.pexels.com)

Sejak kelas satu, ia dan gadis itu sempat membisu gara-gara sepedanya ia bawa lari. Maksud hati hanya ingin bercanda dengannya. Namun, ia malah kesal.

Hal itu membuatnya sesenggukan hingga hampir seminggu lamanya. Ia mencoba meminta maaf namun rasa malu itu menghalanginya. Seminggu kemudian, ia menjadi ceria kembali pada dirinya entah apa yang merasukinya tiba-tiba.

Kebersamaan gadis itu pada Hito berlangsung hingga SMA. Namun, mereka berpisah pada tahun 2010. Tentu menjadi kabar bahagia bagi Rizal.

Pada September 2011, Indah menjadi teman Facebook-nya. Sapaan 'Hai Rizal' saja sudah membuat hatinya bahagia. Kini, gadis itu tinggal di Bandung.

Rizal ingin mengungkapkan kekaguman pada Indah namun dengan gaya kocak.

"Halo Indah, kamu begitu misterius bagiku karena kehadiranmu yang begitu asing." Kalimat itu langsung dikirim tanpa peduli jika itu menyakitinya. Apalagi, ia sudah punya pacar baru yang kuliah di Kota Priangan, Bandung.

Keesokannya, Rizal mengirim pesan kembali. Sebelum memulai sapaan, ia terlebih dahulu membuka wall Facebook Indah yang kemarin ia kirimkan. Saat melihat kolom status di akunnya, tiba-tiba postingan darinya tidak ada.

Rizal menjadi gelagapan dibuatnya. Ia mencari terus kalimat itu di postingan Indah. Hasilnya tetap nihil. Alih-alih terdengar lucu, malah membuat dirinya semakin menjaga jarak.

"Apa dihapus ya?" Batin Rizal.

Ia tak kehabisan akal. Kolom chat media sosial bewarna biru itu ia buka. Kata 'Hai Indah' menyapa dibalik jari-jari yang diketik kencang.

Semenit, dua menit, 3 menit, tidak ada jawaban. Bahkan, hingga sehari menunggu, tak ada satupun jawaban terlontar. Ucapan hai dan segala bentuk sapaan tidak dibalas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun