Jarangnya Desain Mobil di Indonesia
Berbicara tentang desain otomotif, tentu tidak lepas dari adanya industri berupa pabrik otomotif. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Tiongkok, India, dan Australia sudah lebih dahulu memiliki pabrik otomotif yang jumlah produksinya bisa mencapai jutaan dalam setahun.Â
Bahkan, untuk bisa menjadi desainer otomotif, beberapa negara tersebut memberi fasilitas kepada siapa saja berupa universitas atau akademi jurusan desain otomotif.
Namun, sejak munculnya pabrik mobil Esemka, keberadaan industri otomotif di Indonesia mulai diperhitungkan. Pabrik desain mobil di Indonesia nantinya tentu lebih berkembang menjadi penciptaan dan perancangan. Tentu saja, hal itu akan memberi peluang kerja baru bagi para pecinta seni dan desain konsep otomotif.
Namun, kita kembali lagi pada satu permasalahan, mengapa negeri ini belum memiliki studio atau wadah untuk membuat desain mobil padahal sudah ada jurusan desain produk?Â
Padahal kalau kita amati, desain yang dibuat lebih pada pembuatan shaping (bentuk), contour (garis), shadowing (efek bayangan), hingga prototype (hasil visualisasi produk) dimana semuanya lebih banyak mengandung aspek seni. Pembelajarannya juga lebih diterapkan pada pembuatan gambar.
Tentu, desain produk di negara kita masih sebatas pada kerajinan tangan. Biayanya lebih murah karena produksinya  tidak membutuhkan banyak aspek. Hanya diperlukan biaya pembelian bahan mentah seperti kayu dan logam kemudian perakitan, dan finishing.
Padahal, minat masyarakat untuk bisa menikmati mobil buatan dalam negeri sangat besar. Apalagi, dengan adanya mobil buatan dalam negeri, harganya relatif lebih murah daripada harus membeli mobil buatan luar negeri.
Biaya yang dikeluarkan untuk perakitan mobil tidak banyak sehingga bisa dipakai untuk membeli sasis dan mesin. Sementara bodi, mereka mengirimkan ahli dari luar negeri untuk merancang serta melakukan tes. Begitu juga dengan komponen lainnya seperti interior.Â