Mohon tunggu...
Muhammad Reza Santirta
Muhammad Reza Santirta Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis adalah seni

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Mengapa Desain Konsep Mobil Belum Ada di Indonesia?

3 Desember 2019   23:33 Diperbarui: 4 Desember 2019   23:56 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi desain konsep mobil [sumber: miroslavdimitrov.com]

Oktober 2019 lalu, warga +62 dihebohkan dengan berita peresmian pabrik mobil nasional yang dibuka di Boyolali. Sebab, salah satu produknya yaitu Esemka Rajawali pernah dipakai oleh orang nomor satu (kini presiden) di Surakarta sebagai mobil dinas.

Mobil ini dimunculkan pertama kali oleh SMK 2 Surakarta dan beberapa SMK lainnya pada tahun 2007. Mereka memproduksi komponen mesin 1500 cc.

Mobil ini mulai diproduksi secara gencar di bawah naungan PT. Solo Manufaktur Kreasi pada 2011. Terdapat beberapa produk yang dihasilkan oleh pabrikan Esemka seperti Rajawali R2 dan Bima 1.1 (2012), varian Minibus dan Minitruk (2014), Digdaya 2.7D, Bima 1.3, Bima 1.8D, dan Esemka Niaga 1.0 (2015). pada tahun 2016, Esemka membangun pabrik perakitan pertama di Desa Demangan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Kemudian, pada Jumat, 6 Oktober 2019, pabrik Esemka telah rampung. Pihak perusahaan mengundang Presiden RI Joko Widodo dan beberapa menteri untuk meresmikan pabrik tersebut. 

Di tahun tersebut, Esemka berencana meluncurkan 2 varian mobil yaitu Bima 1.2 dan Bima 1.3 untuk dijual di pasar dalam negeri. Mereka berencana akan fokus memproduksi mobil kendaraan niaga ringan.

Kemunculan mobil nasional tersebut mengundang kontroversi. Ada yang beranggapan bahwa mobil Esemka hanya sebagai kendaraan politik untuk mengukuhkan kekuasaan presiden. 

Hal itu dapat dibuktikan dari adanya publikasi secara besar-besaran ketika salah satu mobil hasil produksinya dijadikan sebagai mobil dinas. Namun, sejak 2 hari kemudian tidak terdengar lagi kabarnya.

Selain itu, ada yang menganggap mobil itu sebagai rebatch atau produksi ulang dengan mengubah emblem. Banyak yang menilai mobil produksi Esemka, terutama varian seri Bima, memiliki kemiripan dengan Changan Star Truck. Sehingga, masyarakat mengasumsikan mobil ini sebagai bagian dari agenda politik karena melibatkan peran politik Tiongkok terhadap Indonesia.

Untuk menepis hal tersebut, pabrikan Esemka mengadakan sayembara untuk membuat konsep mobil yang akan diproduksi oleh pabrik tersebut. 

Bahkan, pada 9 Oktober itu juga, Esemka menerima konsep desain dari salah satu akun Instagram @ganesagegen. Di sana, terdapat ilustrasi mobil konsep model coupe saloon (sedan) yang diberi nama Esemka Friska G7 (F37) dan kemudian diposting ulang Instagtram Esemka @esemka_official.

Hasil ilustrasi desain mobil karya @ganesagegen (sumber: gridoto.com)
Hasil ilustrasi desain mobil karya @ganesagegen (sumber: gridoto.com)

Bantahan itu juga diperkuat oleh Presiden Direktur PT. Solo Manufaktur Kreasi (SMK) Eddy Wiradjaya. Pihaknya mengatakan, mereka telah mengadakan kerjasama dengan beberapa pabrikan otomotif seperti pembuatan ban, velg, knalpot, dan sasis kargo. 

Bahkan, ia juga menegaskan tidak ada manfaatnya jika membangun pabrik ini hanya sekedar untuk mengganti emblem.

Pabriknya sudah memiliki tempat pengujian seperti tempat uji break, suspensi, struktur bodi, dan headlamp. Selain itu, pabriknya juga mempunyai tempat test drive, jalan berlubang, dan lain-lain. Menurut Direktur Esemka, semuanya sesuai dengan ketentuan dari Kemenperin No. 34/2017.

Antara Desain Mobil di Indonesia dengan Luar Negeri

Kemunculan Esemka tentu menimbulkan kontroversi karena dianggap sebagai proyek pencitraan politik presidennya. Namun, penulis tidak akan lebih jauh membahas politik dibalik kemunculan mobil Esemka. Desain konsep otomotif sangat berhubungan erat dengan adanya industri pembuatan mobil.

Pabrik otomotif di Indonesia masih berada pada sektor perakitan. Mulai dari eksterior seperti bodi, pengembangan komponen mesin hingga finishing. Selebihnya adalah pembuatan interior, mulai dari pembuatan kursi, dashboard, langit-langit, hingga beberapa komponen lainnya. Hal ini dilakukan untuk menekan angka biaya produksi yang nilainya sangat besar. 

Clay Modelling pada mobil Land Rover Devender generasi terbaru. [sumber: carbodydesign.com]
Clay Modelling pada mobil Land Rover Devender generasi terbaru. [sumber: carbodydesign.com]
Berbeda dengan yang ada di luar negeri, desain mobil sudah sangat inovatif. Mulai dari pembuatan konsep eksterior, konsep interior, sketsa mobil, clay modelling, 3D Modelling, prototyping, hingga perakitan mesin. 

Semuanya melibatkan seni yang dicampur dengan ilmu teknik. Namun, porsi seni sangatlah besar karena menakankan pada prestige atau gaya hidup. Hal itu tentu tidak menyulitkan bagi industri otomotif luar negeri karena mereka memiliki banyak dukungan serta pelanggan setia dari seluruh dunia.

Namun, apakah itu berarti tidak menyurutkan semangat anak bangsa untuk berkarir sebagai desainer mobil? Tentu tidak. 

Sebab, masih ada beberapa produk hasil buatan anak bangsa yang hasil desain produk mobilnya dikenal bahkan di kancah internasional. Tentu, semua itu berangkat dari passion dan tekad yang sangat sangat besar terhadap desain otomotif.

Tahun 2011 lalu, kita mengenal Christian Lesmana yang berhasil membuat desain mobil Volkswagen Bettle Generasi ke-3. 

Selain itu, desainer asal Bandung ini juga mendesain mobil Volkswagen Up! bersama Klau Bischoff dan Marco Antonio Pavone untuk mengembangkan konsep mobil ramah lingkungan. Mobil itu dikenalkan publik pada Desember 2011 di Bratislava, Slovakia dengan dibekali mesin 1000cc hingga 1200cc.

Chris Lesmana, desainer VW Bettle generasi ker-3 dan VW Up! [sumber: oto.detik.com]
Chris Lesmana, desainer VW Bettle generasi ker-3 dan VW Up! [sumber: oto.detik.com]
Mobil VW Up! diselesaikan Chris dan dua kolaboratornya selama 4 tahun. Rancangannya terpilih menjadi 2012 Word Car of The Year melalui seleksi ketat dari 64 juri yang merupakan jurnalis otomotif dari seluruh dunia. Desain patennya ini sebelumnya terdaftar di Amerika Serikat pada tahun 2008.

Kemudian, kita mengenal Wahyu Kusuma Danny yang mendesain mobil Toyota New Yaris versi TRD. Pria lulusan Institut Sepuluh November (ITS) ini juga mendesain Avanza Luxury dan Veloz Luxury. 

Toyota Yaris versi TRD merupakan modifikasi dari New Yaris. Ia menambahkan bodykit pada New Yaris karena terinspirasi dari model pesawat jet tempur yang memiliki karakter agresif dan tajam. Konsep itu yang kemudian diterapkan menjadi mobil yang berdesain dinamis dan sporty.

Wahyu Kusuma Dany, Desainer Toyota New Yaris TRD dan Avanza Veloz [sumber: fastnlow.net]
Wahyu Kusuma Dany, Desainer Toyota New Yaris TRD dan Avanza Veloz [sumber: fastnlow.net]
Untuk membuat rancangan konsep mobil, pihak perusahaan harus menggelontorkan biaya yang sangat besar. Bahkan, biayanya bisa lebih besar daripada produksi mobil itu sendiri. Mereka harus bisa menawarkan hasil prototype-nya kepada beberapa klien untuk bisa dinikmati oleh konsumen nantinya.

Sebelum membuat prototype, mereka harus membuat bentuk model desainnya seperti clay modelling dan desain berbasis 3 dimensi yang dinilai dari segi estetika, fungsi, dan ergonomi. Tentu biaya bahan dan pengolahannya sangat besar.

Setelah itu, bentuk model yang lulus penilaian akan diuji ketahanan desainnya. Seberapa jauh kekuatan desain yang dihasilkan sehingga tahan terhadap berbagai faktor seperti angin, cuaca panas, dan berbagai faktor lingkungan lainnya. 

Belum lagi, mereka harus menguji ulang untuk memastikan berbagai hal sebelum dinilai oleh juri. Tentu saja, semua proses tersebut menelan biaya yang sangat besar juga.

Untuk menjadi desainer konsep mobil, kita harus mengambil kuliah jurusan desain yang basisnya adalah otomotif. Kita bisa memilih jurusan seperti Desain Produk, Desain Industri, Teknik Industri, Teknik Otomotif, dan Teknik Mesin. 

Hal ini diperlukan agar mereka bisa berinovasi untuk menghasilkan karya desain yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Jarangnya Desain Mobil di Indonesia

Berbicara tentang desain otomotif, tentu tidak lepas dari adanya industri berupa pabrik otomotif. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Tiongkok, India, dan Australia sudah lebih dahulu memiliki pabrik otomotif yang jumlah produksinya bisa mencapai jutaan dalam setahun. 

Bahkan, untuk bisa menjadi desainer otomotif, beberapa negara tersebut memberi fasilitas kepada siapa saja berupa universitas atau akademi jurusan desain otomotif.

Ilustrasi pembuatan sketsa mobil. [sumber: carbodydesign.com]
Ilustrasi pembuatan sketsa mobil. [sumber: carbodydesign.com]
Berbeda dengan pabrik otomotif di Indonesia yang kebanyakan merupakan pabrik perakitan milik dari suatu negara lain. Kalaupun dikatakan memiliki jurusan desain produk, lapangan kerja yang dibutuhkan hanya sebatas pada pembuatan perabot dan furniture.

Namun, sejak munculnya pabrik mobil Esemka, keberadaan industri otomotif di Indonesia mulai diperhitungkan. Pabrik desain mobil di Indonesia nantinya tentu lebih berkembang menjadi penciptaan dan perancangan. Tentu saja, hal itu akan memberi peluang kerja baru bagi para pecinta seni dan desain konsep otomotif.

Namun, kita kembali lagi pada satu permasalahan, mengapa negeri ini belum memiliki studio atau wadah untuk membuat desain mobil padahal sudah ada jurusan desain produk? 

Padahal kalau kita amati, desain yang dibuat lebih pada pembuatan shaping (bentuk), contour (garis), shadowing (efek bayangan), hingga prototype (hasil visualisasi produk) dimana semuanya lebih banyak mengandung aspek seni. Pembelajarannya juga lebih diterapkan pada pembuatan gambar.

Tentu, desain produk di negara kita masih sebatas pada kerajinan tangan. Biayanya lebih murah karena produksinya  tidak membutuhkan banyak aspek. Hanya diperlukan biaya pembelian bahan mentah seperti kayu dan logam kemudian perakitan, dan finishing.

Visualisasi konsep mobil BMW seri 3 terbaru dengan teknik Vclay modelling. [sumber: carbodydesign.com]
Visualisasi konsep mobil BMW seri 3 terbaru dengan teknik Vclay modelling. [sumber: carbodydesign.com]
Untuk desain konsep mobil, hal itu tentunya berangkat dari pembiayaan desain mobil yang sangat besar dimulai dari uji teknis, uji ketahanan desain, dan lain-lain. 

Padahal, minat masyarakat untuk bisa menikmati mobil buatan dalam negeri sangat besar. Apalagi, dengan adanya mobil buatan dalam negeri, harganya relatif lebih murah daripada harus membeli mobil buatan luar negeri.

Biaya yang dikeluarkan untuk perakitan mobil tidak banyak sehingga bisa dipakai untuk membeli sasis dan mesin. Sementara bodi, mereka mengirimkan ahli dari luar negeri untuk merancang serta melakukan tes. Begitu juga dengan komponen lainnya seperti interior. 

Tentu saja, kita butuh seorang desainer dari Indonesia yang bisa membuat konsep mobil sesuai dengan karakter dan kearifan lokal dalam negeri. Biayanya bisa jauh lebih ditekan dalam melakukan segala proses dari pembuatan konsep hingga visualisasinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun