Mohon tunggu...
Muhammad Raja Pandiangan
Muhammad Raja Pandiangan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Negeri Jakarta

Saya Merupakan Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Ekonomi, Program Studi Sarjana Terapan Akuntansi Sektor Publik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Moderasi Beragama: Tantangan dan Peluang!

31 Desember 2023   18:55 Diperbarui: 31 Desember 2023   18:59 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disusun Oleh :

Muhammad Raja Pandiangan 

Nadia Nur Fazira

Juwita Hafsah Alifia

  • Pendahuluan

Secara etimologis, istilah moderasi berasal dari kata latin modereio yang berarti moderasi, artinya tidak berlebihan dan tidak  kekurangan. Istilah moderasi juga dapat dipahami sebagai “pengendalian diri” atas kelebihan dan  kekurangan. Menurut KBBI, kata “moderat” mempunyai dua arti, yaitu: (1) selalu menghindari perilaku atau ungkapan yang ekstrim; dan (2) cenderung menuju arah  atau jalur perantara. Sedangkan Kementerian Agama RI mengartikan moderasi beragama sebagai “pandangan, sikap, perilaku, selalu berada pada posisi tengah, selalu bertindak adil dan tidak ekstrim dalam permasalahan agama.”

Moderasi beragama merupakan sikap atau perilaku yang menekan toleransi, penghargaan, dan kerja sama antar umat beragama. Ini berarti seseorang yang menanamkan moderasi beragama akan menghormati keyakinan dan mempraktikkan beragam orang lain, serta berpikiran terbuka dan inklusif terhadap perbedaan.

Kesimpulannya, moderasi beragama dapat menciptakan lingkungan yang damai dan harmonis di masyarakat, mengurangi konflik antar agama, serta memperkuat persatuan dan kerukunan umat beragama. Dengan menerapkan moderasi beragama, kita dapat membangun hubungan yang baik dengan sesama, memperkuat toleransi, dan bekerja sama dalam memecahkan masalah-masalah sosial bersama-sama.

Pendidikan adalah proses pembelajaran dan pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi manusia secara optimal melalui berbagai aktivitas belajar-mengajar. (Suyuti, 2023)

Fakta bahwa Indonesia adalah negara yang sangat majemuk dengan berbagai suku, bahasa, budaya, dan agama, menjadikannya penting untuk memperkuat moderasi beragama. Walaupun tidak terdiri dari agama tertentu, Indonesia juga merupakan negara yang agamis. Ini jelas dan dapat dilihat sendiri karena hampir tidak ada aspek keseharian kehidupan rakyat Indonesia yang menyimpang dari prinsip agama. Agama sangat penting di Indonesia sehingga harus terintegrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, moderasi beragama sangat penting untuk dipromosikan di seluruh dunia, di mana agama memainkan peran penting dalam pembentukan peradaban dunia yang berharga.

Pasal 29 Undang-Undang Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara berlandaskan keimanan kepada Tuhan Yang  Maha Esa dan Negara menjamin kebebasan setiap warga negaranya untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya. Pasal  ini memberikan dasar dan kewajiban bagi Negara untuk menjamin kemerdekaannya dalam dua hal: kebebasan menganut suatu agama dan kebebasan berdoa menurut keyakinannya. Indonesia sendiri  mempunyai hubungan yang unik antara agama dan negara.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)  Kementerian Agama 2020-2024 memasukkan moderasi beragama sebagai salah satu program prioritas pemerintah Indonesia.Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menyadari pentingnya moderasi beragama dalam menjaga dan melestarikan kebhinekaan tanah air.

Indonesia bukanlah negara sekuler dan bukan pula negara agama yang menganut agama tertentu. Oleh karena itu, negara memposisikan dirinya dalam kaitannya dengan agama dalam tiga bidang: pertama, dengan menjamin  dua kebebasan: kebebasan memeluk agama dan kebebasan beribadah menurut keyakinannya. Kedua, negara menjunjung tinggi agama dan tidak bisa mengabaikan urusan agama masyarakatnya. Negara juga tidak bisa ``memaksa'' warganya untuk melakukan perilaku keagamaan tertentu. Ketiga, memberikan pedoman dalam kehidupan beragama, seperti menyelenggarakan pertemuan Isbat, penyelenggaraan haji, pendirian tempat ibadah, dan lain-lain. Meski pedoman ini  tidak bisa ditegakkan, agama itu sendiri selalu bisa  dilihat  dari dua sudut pandang yang berbeda. Pertama, cara pandang kelembagaan formal  yang  menyebabkan pendekatannya selalu bersifat disjungtif, termasuk perbedaan paham yang ada dalam agama-agama itu sendiri, seperti Islam, Kristen, hingga memandang agama-agama seperti Hindu sebagai institusi formal. Kedua, perspektif esensial atau substantif, yang  menitikberatkan pada pengajaran nilai-nilai  yang cenderung sama dan tidak membanding-bandingkan keberagaman agama yang satu dengan agama yang lain. Sebab, inti fundamental ajaran agama pada  dasarnya sama: kemanusiaan, keadilan, persamaan di depan hukum, penghormatan terhadap hak  asasi manusia, dan nilai-nilai universal lainnya

  • Tantangan Moderasi Beragama

Moderasi dalam beragama menghadapi beberapa tantangan, antara lain ekstremisme, intoleransi, dan perlunya menjaga keseimbangan antara nilai-nilai agama dan sekuler. Di era teknologi digital, tantangan moderasi beragama menjadi semakin kompleks, dengan internet menjadi faktor penting dalam penyebaran pandangan ekstremis. Tantangan lainnya adalah berkembangnya praktik keagamaan yang berlebihan dan ekstrem, klaim kebenaran mutlak, dan kurang harmonisnya nilai-nilai agama dan kebangsaan. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, penting untuk mendorong dialog, pendidikan, dan pemahaman antaragama, serta memperkuat landasan budaya dan struktural untuk moderasi beragama. Beberapa tantangan dalam menerapkan moderasi beragama di Indonesia meliputi:

 - Pemahaman dan pengamalan keagamaan yang berlebihan: Sebagian masyarakat merasa paham tafsir keagamaannya sajalah yang paling benar dan memaksa orang lain untuk mengikuti pahamnya, termasuk menggunakan cara paksaan dan kekerasan.

- Dampak buruk penggunaan internet: Penggunaan internet menjadi tantangan tersendiri untuk penguatan moderasi beragama. Sebagian masyarakat merasa bahwa informasi yang diperoleh dari sumber internet, terutama dari sosial media, tidak selalu akurat dan menciptakan kerentanan di antara Masyarakat.

- Tantangan kemanusiaan: Tindakan ekstrem bisa mengarah ke kemanusiaan dan mempengaruhi hubungan antara masyarakat dan pemerintah.

- Penguatan moderasi beragama melalui program Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB): Program pengenalan LKLB bagi guru madrasah/pesantren/penyuluh agama diharapkan dapat membantu mengatasi tantangan dalam penerapkan moderasi beragama, namun ada peluang untuk peningkatan pemahaman dan penerapan moderasi beragama yang benar di seluruh lapisan Masyarakat.

- Kebijakan penguatan moderasi beragama: Pemerintah tengah mengarusutamakan penguatan moderasi beragama, yang diarahkan pada upaya membentuk SDM Indonesia yang berorientasi menciptakan kemaslahatan umum dan menjunjung tinggi komitmen kebangsaan. 

  • Peluang Moderasi Beragama

Pada zaman sekarang memang semakin banyak tantangan dalam moderasi beragama, namun dibalik itu terdapat pula peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menguatkan moderasi beragama, khususnya pada era digital saat ini dimana kita sebagai generasi muda akrab dengan gadget dan internet. Keakraban generasi muda dengan gadget dan internet membuka peluang  besar bagi para dai untuk berdakwah dan mengembangkan konten dakwah yang relevan saat ini. Dimana dahulu dakwah yang hanya bisa dilakukan secara langsung, sekarang juga bisa dilakukan secara digital.

Sebagai contoh mengenai pemahaman  moderasi beragama di kalangan generasi muda yang merupakan hakikat agama Islam. Moderasi beragama sendiri dianggap sebagai sikap yang moderat, adil dan tidak ekstrim. Untuk memenuhi pentingnya pemahaman moderasi beragama, maka generasi muda sebagai generasi penerus harus memahami moderasi beragama, kemudian belajar bagaimana menyebarkannya dan memberikan pendidikan kepada generasi muda lainnya dan masyarakat luas.

Salah satu bentuk upaya tersebut adalah dengan mengadakan pelatihan cara membuat konten dakwah berbasis digital. Kemudahan akses dan transmisi informasi dan komunikasi tentunya  menjadi alasan untuk memilih berdakwah secara digital, namun  tetap perlu memperhatikan rambu-rambu dakwah di dunia digital.

Uraian tersebut menjadi dasar bahwa pelatihan dakwah digital bagi generasi muda merupakan hal yang penting.Oleh karena itu diharapkan generasi muda dapat menjadi pionir sejak dini dan kedepannya, menghasilkan peserta didik yang terampil, mewujudkan ajaran Islam dalam kehidupannya dan memahami komunikasi dakwah sehingga dapat berlangsung secara efektif. Dengan memanfaatkan peluang-peluang ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan mengurangi perbedaan antar umat beragama.

  • Kesimpulan

Pemahaman akan pentingnya moderasi beragama akan mendorong sikap saling menghormati dan menghormati dalam masyarakat dengan memegang teguh prinsip bahwa meskipun kita berbeda agama, budaya, ras, dan suku, kita tetap bisa hidup damai dan hidup berdampingan secara harmonis.Slogan nasional Indonesia adalah “Binneka Tungal Ika”, walaupun mempunyai arti yang bermacam-macam, namun pada hakikatnya Indonesia tetap satu bangsa, yaitu negara kesatuan Republik Indonesia.           

Moderasi beragama penting karena apa pun masalah agama yang kita hadapi bersama, akan lebih efektif jika kita menemukan kompromi yang memberikan solusi yang saling menguntungkan. Dalam konteks pluralitas agama di Indonesia, moderasi beragama menjadi penting dan berkaitan dengan penghormatan terhadap nilai-nilai Pancasila dan hukum yang menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Sebuah perspektif yang disebut moderasi agama mengacu pada cara memahami dan mengamalkan ajaran agama sehingga selalu berada dalam jalur yang moderat. Di sini, "moderat" berarti tidak berlebihan atau terlalu ekstrim. Oleh karena itu, cara beragama yang dimoderasi di sini bukanlah agama itu sendiri. Karena agama berasal dari Tuhan yang Maha Sempurna, agama itu sendiri sempurna. Namun, pemahaman dan penerapan ajaran agama setiap orang berbeda. Keragaman muncul sebagai hasil dari kemampuan manusia untuk menafsirkan pesan agama. Jika pemahaman dan penafsiran yang muncul tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, tentu akan terjebak pada pemahaman yang mengarah pada tindakan yang berlebihan.

Moderasi beragama adalah upaya terus menerus untuk memastikan bahwa tafsir dan pemahaman agama apapun tetap berada dalam batas-batas yang aman sehingga tidak muncul gaya beragama yang ekstrem. Karena inti ajaran agama sama, yaitu kemanusiaan, keadilan, persamaan di depan hukum, penghormatan hak asasi manusia, dan nilai-nilai universal lainnya. Saat ini, keberagamaan di Indonesia tidak terganggu. Hal ini disebabkan oleh semangat bineka tunggal ika masyarakat Indonesia, yang membuat orang-orang dari berbagai suku, ras, dan agama merasa seperjuangan.

  • Daftar Pustaka 

Suyuti, S., Wahyuningrum, P. M. E., Jamil, M. A., Nawawi, M. L., Aditia, D., & Rusmayani, N. G. A. L. (2023). Analisis Efektivitas        Penggunaan Teknologi dalam Pendidikan Terhadap Peningkatan Hasil Belajar. Journal on Education, 6(1), 1-11.

Syamsuriah, S., & Ardi, A. (2022). Urgensi Pemahaman Moderasi Beragama Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Islamic Resources, 19(2), 192-199.

Samho, B. (2022). Urgensi “Moderasi Beragama” Untuk Mencegah Radikalisme di Indonesia. Sapientia Humana: Jurnal Sosial Humaniora, 2(01), 90-111.

Chudzaifah, I., & Hikmah, A. N. (2022). MODERASI BERAGAMA: Urgensi dan Kondisi Keberagamaan di Indonesia. Al-Fikr: Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 49-56.

Huda, M. T. (2021). Pengarusutamaan Moderasi Beragama; Strategi Tantangan dan Peluang FKUB Jawa Timur. Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman, 32(2), 283-300.

Rumata, F., Iqbal, M., & Asman, A. (2021). Dakwah digital sebagai sarana peningkatan pemahaman moderasi beragama dikalangan pemuda. Jurnal Ilmu Dakwah, 41 (2), 172-183.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun