Ketergantungan terhadap impor ini memperburuk posisi rupiah, karena kebutuhan untuk membayar impor dilakukan dengan menggunakan dolar AS, dan sementara rupiah terus tertekan oleh permintaan dolar yang tinggi.
Untuk mengatasi hal ini, Indonesia perlu fokus pada strategi untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Salah satu langkah penting yang bisa diambil adalah memperkuat sektor industri dalam negeri agar lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan bahan baku dan barang modal.
Hal ini juga berkaitan dengan upaya untuk mendorong pengembangan industri 'hulu' seperti sektor pertambangan, energi, dan agroindustri yang dapat menghasilkan produk olahan yang lebih bernilai tinggi.
Apabila Indonesia mampu memproduksi barang-barang yang sebelumnya diimpor, maka permintaan terhadap dolar akan berkurang dan pada gilirannya dapat memperkuat daya tawar rupiah.
Namun untuk mencapai ini, pemerintah perlu menciptakan iklim investasi yang sehat dan kondusif, mempermudah proses izin usaha, serta meningkatkan infrastruktur yang mendukung proses produksi dalam negeri.
Selain itu, kebijakan yang mendukung pengembangan sumber daya manusia yang terampil dan berdaya saing juga sangat krusial, karena sektor industri yang berkembang pesat memerlukan tenaga kerja yang terampil dan memiliki keahlian khusus.
Diversifikasi Sumber Daya Ekonomi dan Pengelolaan Keuangan Negara yang Cermat
Salah satu kunci penting lainnya untuk meningkatkan daya tawar rupiah dan mendorong pertumbuhan ekonomi adalah dengan melakukan diversifikasi sumber daya ekonomi.
Ketergantungan Indonesia pada sektor ekspor komoditas alam seperti minyak, gas, dan kelapa sawit dapat menjadi risiko tersendiri karena harga komoditas global yang fluktuatif.