Pembangunan ekonomi harus mengutamakan peningkatan produktivitas sektor-sektor yang berpotensi menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dan berkelanjutan seperti sektor teknologi, agribisnis, dan energi terbarukan.
Peningkatan sektor manufaktur juga perlu didorong, tetapi harus disertai dengan kebijakan yang meminimalisir ketergantungan terhadap impor barang modal dan bahan baku.
Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah mendorong riset dan pengembangan (R&D) untuk menciptakan inovasi dalam teknologi dan produk domestik yang lebih efisien, serta mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor.
Ini penting, karena sektor manufaktur yang kuat akan menciptakan produk yang tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga mampu bersaing di pasar global.
Selain itu, sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia harus mendapatkan perhatian lebih.
Penguatan sektor UMKM akan membuka peluang besar untuk menciptakan lapangan kerja yang merata, dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri.
Kebijakan yang lebih berpihak pada UMKM seperti kemudahan akses pembiayaan, insentif pajak, dan dukungan pemasaran digital sangat penting untuk meningkatkan kualitas produk dan daya saingnya di pasar global.
Mengatasi Ketergantungan terhadap Impor dan Meningkatkan Daya Tawar Rupiah
Salah satu aspek yang sangat memengaruhi daya tawar rupiah di pasar valas adalah ketergantungan Indonesia terhadap impor, terutama untuk bahan baku dan barang modal.
Defisit transaksi berjalan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir mencerminkan bahwa Indonesia masih mengimpor lebih banyak barang daripada yang diekspor.