Kehadiran orang-orang yang kita sayangi tidak bisa digantikan dengan apapun, apalagi oleh kembang api yang meledak di langit malam dengan kebisingan suara yang tiada arti.
Momen ini membuka ruang untuk merenung, bertanya pada diri sendiri tentang apa yang telah kita capai dan apa yang masih belum tercapai.
Setiap orang datang ke Jakarta dengan alasan yang berbeda-beda. Ada yang mengejar karier, pendidikan, atau mungkin sekedar mencari hidup yang lebih baik.
Namun di tengah pencapaian-pencapaian itu, tak jarang kita merasa kehilangan arah, merasa terasing, atau bahkan bertanya, "Apakah ini yang benar-benar saya inginkan?"
Ini adalah pergulatan yang sering dialami oleh mereka yang merantau. Terjebak antara harapan dan kenyataan, serta antara cita-cita dan tantangan hidup.
Kegelisahan Menghadapi Tahun Baru dengan Keputusan Baru
Di Jakarta, menyambut tahun baru tidak hanya berarti membuka lembaran baru, tetapi juga menghadapi berbagai kegelisahan.
Bagi banyak perantau, pergantian tahun adalah saat untuk menyusun resolusi dengan merencanakan hidup yang lebih baik, memperbaiki diri, dan mengatasi segala hal yang belum tercapai.
Namun sering kali, resolusi tersebut datang dengan rasa cemas. Apakah kita akan benar-benar bisa meraihnya? Apakah kita akan terjebak dalam rutinitas yang sama atau berputar-putar tanpa arah yang jelas?
Ada begitu banyak tekanan di kota ini. Tekanan untuk sukses, untuk memiliki lebih, dan untuk selalu bergerak maju.
Jakarta sering kali memberikan gambaran bahwa jika kita tidak cepat-cepat mengejar, kita akan tertinggal. Selain itu, kesuksesan juga diukur oleh apa yang kita miliki dan seberapa cepat kita mencapainya.