Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menyambut Tahun Baru di Tanah Rantau Jakarta

31 Desember 2024   19:28 Diperbarui: 1 Januari 2025   01:31 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Kendati demikian, menjelang tahun baru dan di tengah hiruk-pikuk Jakarta yang tak pernah tidur, ada rasa senang sekaligus cemas yang menghinggapi banyak orang.

Tahun baru adalah waktu untuk memulai lembaran baru, tetapi bagi mereka yang merantau, ada rasa kehilangan yang tak bisa dihindari. Ada jarak antara impian yang dikejar dan kenyataan yang diterima.

Sebagian besar dari kita mungkin datang dengan ekspektasi besar dan begitu tinggi, tetapi realita yang dihadapi sering kali lebih keras dan tak sesuai dengan bayangan yang kerap dipikirkan.

Namun di tengah-tengah keramaian dan kegelisahan itu, ada sesuatu yang tetap memberikan harapan. Harapan akan perubahan dan kesempatan baru yang datang dengan pergantian tahun.

Tahun Baru dan Refleksi Diri di Tanah Rantau

Bagi perantau seperti saya, yang jauh dari keluarga dan kampung halaman, pergantian tahun adalah waktu yang penuh refleksi.

Di satu sisi, kita merayakan kebebasan yang datang dengan hidup di kota besar seperti Jakarta dengan kebebasan untuk menentukan arah hidup, kebebasan untuk membuat pilihan, dan kebebasan untuk mengejar impian tanpa batasan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Namun di sisi lain, ada rasa sunyi yang tak bisa dihindari saat menyaksikan keluarga dan teman-teman merayakan tahun baru bersama di kampung halaman dan bersama orang yang dicintainya.

Jakarta sebagai kota tanpa sekat, menyambut tahun baru dengan gemerlap cahaya dan pesta yang berlangsung sepanjang malam. Jalanan yang biasanya dipenuhi dengan kesibukan, berubah menjadi panggung perayaan.

Namun bagi seorang perantau, ada ironi dalam kegembiraan itu. Meskipun kita dikelilingi oleh keramaian, kadang terasa lebih kesepian dari sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun