Manchester United merupakan klub dengan sejarah yang tak tertandingi. Sejumlah piala yang membuat rival mereka tercengang, dan sebuah kapasitas luar biasa untuk menumbuhkan harapan hanya untuk menghancurkannya dalam sekejap.
Saat ini, jika kita mendengar nama Manchester United, apa yang terlintas dalam pikiran Anda? Sebuah tim yang sedang berjuang melawan dirinya sendiri untuk kembali ke puncak Premier League?
Atau sebuah proyek jangka panjang yang lebih mirip eksperimen sosial, dimana kegagalan adalah bagian dari proses dan kesuksesan hanyalah ilusi yang terus digantungkan? Entahlah, satu hal yang pasti bahwa Manchester United selalu berhasil menarik perhatian penggemar sepak bola, baik itu dalam arti positif maupun negatif.
Di tengah hiruk-pikuk tersebut, muncul sebuah nama yang mulai sering dibicarakan, siapa lagi kalau bukan Ruben Amorim. Pelatih muda asal Portugal yang berhasil membangkitkan Sporting CP dari tidur panjang dan membawa klub tersebut meraih kejayaan domestik.
Amorim, dengan segala pesonanya adalah figur yang dirindukan banyak pihak termasuk penggemar United yang dengan setia menunggu saat dimana mereka bisa kembali memanaskan persaingan juara Premier League.
Namun pertanyaannya adalah, apakah Ruben Amorim merupakan jawaban dari segala masalah yang menghantui 'Setan Metah'? Atau hanya pelatih lain yang terjebak dalam lingkaran kegagalan seperti kebanyakan pelatih anyar sebelumnya? Mari kita ulas bersama.
Menunggu Keajaiban atau Pencarian yang tidak pernah Berakhir
Sejak Sir Alex Ferguson pensiun pada 2013, Manchester United telah melaju bak pesawat tanpa pilot. Mulai dari David Moyes yang diangkat sebagai penerus Ferguson, hingga pergantian pelatih yang nyaris tak berujung.
United seolah-olah sedang menjalani film drama panjang yang penuh dengan plot twist, dan sebagian besar plot twist tersebut hanya membuat penonton semakin frustrasi. Dan memancing reaksi fans rival mengolok-olok klub United sebelum dan sesudah berlaga sebagai tim yang bapuk.
Di tengah segala pergantian taktik, filosofi, dan wajah-wajah pelatih, satu hal yang tetap konstan adalah Manchester United selalu merasa bahwa mereka hanya butuh sedikit sentuhan untuk kembali merangsek masuk ke tangga juara. Tetapi masalahnya adalah setiap sentuhan yang dicoba kadang lebih banyak berakhir dengan luka dan drama pemecatan pelatih.