Manchester United, meskipun terus dipandang sebagai salah satu klub terbesar di dunia, tampaknya lebih sering menjadi 'pesaing jarak jauh' yang jatuh bangun untuk merangsek masuk di top 3Â Premier League.Â
Setiap kali mereka hampir mencapai puncak, mereka tersandung oleh klub yang tidak terlalu diunggulkan seperti Nottingham Forest, walhasil terjatuh lagi.
Ini adalah siklus yang begitu dikenal oleh penggemar, seolah-olah ada hukum tidak tertulis yang menyatakan bahwa Manchester United tidak boleh memenangkan laga dan meraih tiga poin.
Bahkan di bawah kepemimpinan pelatih muda ini, Ruben Amorim, kesalahan-kesalahan mendasar tetap muncul dan konsistensi tetap menjadi masalah besar.
Di tengah ketidakpastian ini, Amorim perlu mengubah taktik dan melakukan adaptasi yang lebih cepat dalam sengitnya atmosfer Premier League. Apakah dia nantinya cukup untuk membuat 'Setan Merah' menjadi penantang gelar utama yang telah lama hilang selama satu dekade ini?
Apabila kita realistis, Premier League bukan tempat untuk bereksperimen jangka panjang jika ingin segera meraih hasil. Khusus Amorim, perlu waktu untuk membangun skuad yang kuat, sementara waktu tidak selalu dimiliki oleh pelatih di klub sebesar Manchester United.
Di United, ekspektasi besar setiap saat (bahkan datang dari fans rival yang selalu mengharapkan 'Setan Merah' kalah), dan tidak ada ruang untuk kekalahan beruntun, apalagi penampilan yang kurang meyakinkan.
Oleh karena itu, kendati harapan ada tetapi kenyataan sering kali berkata lain, mungkin bukan sekarang dan mungkin juga tidak dalam waktu dekat.
Mimpi yang terus Menghantui
Pertanyaannya, apakah Manchester United akan kembali ke puncak Premier League dalam waktu dekat? Mungkin. Tetapi itu membutuhkan lebih dari sekedar pelatih yang penuh harapan seperti Ruben Amorim.
Dibutuhkan sebuah revolusi menyeluruh seperti sistem yang jelas, kepemimpinan yang kuat, dan yang terpenting adalah pemain yang siap untuk mengorbankan egonya demi kesuksesan tim.