Kendati demikian, seperti kebanyakan hal dalam hidup, tidak ada yang sempurna. Kapurung juga memiliki kekurangan, terutama jika Anda terbiasa dengan makanan "sejuta umat" seperti nasi goreng atau ayam penyet. Kapurung ini sangat terbuka dalam segala hal.
Sebagai contoh, kuahnya bisa sangat cair (atau sangat kental tergantung seberapa banyak sagu yang digunakan) sehingga kadang-kadang terasa seperti menyantap sup yang agak kelam, namun seiring waktu Anda akan mulai memahami bahwa itu semua bagian dari pesonanya.
Mengapa Kapurung itu Spesial?
Kapurung bukan hanya makanan. Ia adalah simbol dari kehidupan masyarakat Palopo yang sederhana namun penuh makna. Menyantap sepiring kapurung tidak hanya soal memuaskan rasa lapar, tetapi juga soal menikmati pengalaman budaya yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata biasa.
Jika makanan adalah representasi dari budaya, maka kapurung adalah pengingat bahwa hidup itu tak selalu mulus dan indah, tetapi sering kali penuh dengan ketidakpastian. Persis seperti sensasi pertama kali Anda mencoba makanan ini.
Kapurung tidak dirancang untuk menarik perhatian dengan penampilannya. Tidak ada saus berwarna-warni yang melimpah atau potongan daging besar yang menggoda selera.
Yang ada adalah campuran sayuran hijau yang terendam dalam kuah bening dengan sedikit ikan atau daging di dalamnya yang membuatnya terlihat seperti sup biasa yang Anda temui di rumah makan sederhana.
Namun demikian, ini adalah makanan yang punya kekuatan tersendiri untuk menarik siapa pun yang punya keberanian untuk mencobanya.
Saat pertama kali mencoba kapurung, Anda mungkin akan terkejut dengan tekstur sagu yang lengket dan hampir gelap seperti menyantap makanan yang penuh dengan rasa nostalgia yang belum pernah Anda rasakan. Terlebih lagi, sering kali Anda akan ditanya oleh penjual, "Mau yang kuah kental atau cair?"
Bagi orang luar, ini mungkin tampak seperti pilihan yang sangat sepele. Tapi percayalah, itu adalah keputusan penting yang bisa memengaruhi seluruh pengalaman kuliner Anda.
Kuah kental akan memberikan sensasi yang lebih padat dan berat, sementara kuah cair memberi kelembutan dan kesegaran. Pilih dengan bijak, karena keduanya memiliki keindahan dan tantangannya masing-masing.
Makanan Sejati, bukan Makanan Instagram