Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langkah yang Menyatukan

7 Desember 2024   18:53 Diperbarui: 25 Desember 2024   19:47 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia merasa bahwa ia bisa menjalani hidupnya dengan cara yang lebih seimbang, meskipun harus menempuh jalan yang tidak selalu mudah.

Beberapa minggu setelah percakapan itu, Damar memutuskan untuk kembali ke desa dan berbicara dengan orang tuanya.

Ia tahu, ini adalah langkah besar yang harus ia ambil. Ia ingin menyampaikan perasaan dan keinginannya, meskipun ia takut orang tuanya akan kecewa.

Saat malam tiba, setelah makan malam bersama, Damar memutuskan untuk membuka hati kepada ayah dan ibunya.

"Ayah, Ibu, ada yang ingin aku bicarakan," kata Damar, dengan suara yang agak bergetar.

Ayahnya menatapnya dengan serius. "Ada apa, Nak? Kenapa kamu terlihat cemas?"

Damar menarik napas dalam-dalam. "Aku ingin kalian tahu bahwa aku sangat menghargai segala yang telah kalian ajarkan padaku. Aku ingin membahagiakan kalian, tapi aku merasa bahwa kebahagiaan itu bukan hanya tentang menjadi sukses menurut ukuran orang lain.

Damar melanjutkan, "Aku ingin menjalani hidup dengan cara yang bisa membuatku merasa damai. Aku ingin membantu orang-orang di sekitar kita, meski mungkin itu tidak berarti menjadi kaya atau terkenal."

Ibunya yang mendengar itu, memegang tangan Damar dengan lembut. "Kami hanya ingin yang terbaik untukmu, Damar. Kami ingin kamu hidup lebih baik dari kami. Kami ingin kamu punya masa depan yang cerah."

Damar menatap kedua orang tuanya dengan penuh kasih. "Aku tahu, Bu, Ayah. Tapi aku ingin kalian tahu, aku merasa lebih bahagia ketika aku bisa membuat perbedaan, meskipun itu kecil. Aku tidak ingin menjadi orang lain hanya untuk memenuhi harapan orang lain."

Ayahnya lalu terdiam, merenungkan kata-kata Damar. Beberapa saat kemudian, ia berkata, "Kami selalu berharap yang terbaik untukmu, Nak. Tapi kami juga ingin kamu bahagia. Kalau itu jalan yang kamu pilih, kami akan mendukungmu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun