Ketika hasil Quick Count Pilkada 2024 di Provinsi Sulawesi Selatan diberitakan, ada dua reaksi yang mungkin langsung muncul di benak banyak orang, "tentu saja Andi Sudirman menang", dan "apakah ini sudah bisa kita prediksi sejak awal?".
Kemenangan Andi Sudirman Sulaiman ini bisa dikatakan sebuah perayaan rutin dalam politik Indonesia, terutama di daerah yang sudah "penuh warna" seperti di Sulawesi Selatan.
Bukan karena dia seorang yang tanpa prestasi, tetapi lebih pada politik di Sulawesi Selatan merupakan semacam mesin yang terus berputar dengan aturan yang sangat jelas, yaitu apabila Anda sudah berada di dalam, maka akan sulit untuk keluar. Dalam hal ini, pemerintahan dan kekuasaan. Mengingat, Andi Sudirman Sulaiman merupakan petahana dalam Pilkada Sulsel.
Kemenangan petahana adalah hal yang biasa, tetapi jangan khawatir, kita tetap bisa membahasnya dengan penuh kekaguman, atau lebih tepatnya sarkasme. Dalam konteks Pilkada di Sulsel, kali ini benar-benar menunjukkan kepada kita bahwa politik tentang koneksi, bukan tentang inovasi atau ide-ide segar.
Apabila Anda kebetulan merasa heran dengan hasil quick count tersebut, maka jangan khawatir karena dalam dunia politik di Sulsel, ini lebih pada skenario yang sudah dirancang dengan sempurna.
Kemenangan Andi Sudirman Sulaiman bukanlah kejutan, melainkan episode berikutnya dalam drama politik yang tak pernah selesai.
Petahana itu sudah jadi Tradisi
Andi Sudirman Sulaiman yang saat ini sudah duduk di kursi Gubernur Sulawesi Selatan menggantikan Nurdin Abdullah, tampaknya sudah menjadi bagian tradisi politik di Provinsi ini.
Kemenangan petahana memang menjadi hal yang sangat biasa di Indonesia, apalagi jika kandidat tersebut memiliki jaringan yang kuat, dukungan dari partai besar, dan tentu dengan capital yang cukup.
Menurut analisis Riswanto (2023), Sulsel adalah provinsi dimana politik dinasti sangat mendominasi, dan di dalam sistem ini, petahana hampir selalu unggul karena mereka sudah menguasai jaringan politik dan sumber daya yang dibutuhkan untuk meraih kemenangan.
Sederhananya, Pilkada di Sulsel sering kali lebih seperti ajang "persaingan internal" antara mereka yang sudah ada di dalam lingkaran kekuasaan.
Bukan lagi tentang siapa yang punya program yang paling inovatif, tetapi soal siapa yang paling bisa menjaga stabilitas sistem yang sudah berjalan. Dan tentu, Andi Sudirman Sulaiman adalah pemenang yang sangat layak dan pantas untuk sistem seperti ini.
Oleh karena itu, mari kita beri tepuk tangan untuknya karena berhasil mempertahankan status quo meski dengan mengandalkan kartu "petahana" yang sudah berkilau sejak awal. Mari kita ulas bersama.
Kunci Sukses yang tak pernah Tertandingi
Apa yang membuat kemenangan Andi Sudirman Sulaiman semakin tidak mengejutkan adalah fakta bahwa dia berasal dari keluarga besar yang memiliki akar politik yang dalam.
Apabila Anda belum tahu, kita beritahu sedikit rahasia kecil ini. Dalam politik Sulsel, nama besar keluarga bisa menjadi golden ticket untuk memenangkan Pilkada.
Apakah Andi Sudirman Sulaiman seorang jenius politik dengan visi segar dan inovatif? Mungkin, tapi yang lebih memungkinkan adalah dia hasil dari kombinasi "darah biru" politik dan koneksi yang luas.
Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad (2023), bahwa pemilih di Sulsel sering kali lebih memilih calon yang berasal dari keluarga politik yang sudah teruji.
Nama besar yang terkait dengan kekuasaan, baik itu di tingkat lokal maupun nasional, memberikan kepercayaan tambahan kepada pemilih untuk merasa bahwa calon tersebut pasti bisa diandalkan, meski banyak pihak yang meragukan perubahan nyata yang bisa dihasilkan. Dalam hal ini, kemenangan Andi Sudirman Sulaiman lebih menyerupai proses pewarisan, bukan pemilihan.
Mungkin yang menarik adalah kenyataan bahwa Andi Sudirman Sulaiman juga berhasil merangkul partai besar yang selalu siap mendukung siapa saja yang mampu menjaga kestabilan politik di Sulsel.
Tidak ada yang lebih menggembirakan dalam politik Indonesia selain melihat bagaimana partai-partai besar dapat menyatukan kepentingan mereka untuk memastikan kemenangan yang akan "terjamin".
Dan seperti biasa, kemenangan itu datang dengan sedikit drama, intrik politik, dan kekuatan politik yang tidak bisa dipertanyakan lagi. Ibaratnya seperti menonton pertandingan sepak bola antara Manchester United vs Everton baru-baru ini dengan kemenangan telak 4-0.
Narasi Perubahan adalah Slogan yang terlalu sering digunakan
Salah satu aspek yang selalu menarik setiap perhelatan Pilkada adalah penggunaan kata kunci perubahan. Dalam Pilkada 2024 di Sulsel, Andi Sudirman Sudirman dengan tagline Andalan-Hati juga mungkin mengusung perubahan untuk dikehendaki dalam merespon tantangan zaman yang begitu cepat dan penuh ketidakpastian.
Namun mari kita berhenti sejenak dan bertanya, perubahan apa yang sebenarnya terjadi? Apakah pemilih di Sulsel benar-benar menginginkan perubahan besar? Ataukah mereka hanya ingin memastikan bahwa pekerjaan yang sudah dilakukan terus berlanjut tanpa gangguan? Ibarat kata, jauh panggang dari api.
Analisis menarik diungkapkan oleh Sari (2024), bahwa perubahan sering kali lebih tentang menciptakan kesan bahwa ada perbedaan besar, meskipun pada kenyataannya sangat sedikit yang berubah.
Kemenangan Andi Sudirman Sulaiman dalam banyak hal, lebih menunjukkan bahwa pemilih di Sulsel lebih tertarik pada kontinuitas daripada perubahan yang radikal dan holistik.
Apakah ini berarti bahwa mereka tidak menginginkan perubahan sama sekali? Tentu tidak. Namun dalam politik, lebih mengutamakan stabilitas daripada eksperimen. Lantas, siapa yang benar-benar menginginkan perubahan besar yang penuh dengan risiko?
Jadi apabila Andi Sudirman Sulaiman mungkin berbicara tentang perubahan, kita bisa bertepuk tangan. Tetapi mari kita ingat bahwa perubahan dalam dunia politik sering kali datang dalam bentuk janji-janji yang tidak selalu ditepati.
Dan mungkin, itu adalah hal yang menarik pada Pemilihan Umum maupun Pilkada bahwa kita semua tahu perubahan itu datang dengan harga yang sangat mahal, dan tidak semua orang siap untuk membayarnya.
Politik Uang, Apakah ada yang tidak Mengerti?
Tentu kita tidak bisa membicarakan Pilkada di Indonesia tanpa menyebutkan satu elemen penting lainnya, yaitu politik uang atau money politic.
Dalam dunia politik, khususnya Sulsel, uang adalah alat yang sangat kuat dan siapa pun bisa menggunakan capital atau uangnya dengan bijak (dengan pengertian efektif dan efisien) akan mempengaruhi hasil akhir Pemilihan.
Sementara Andi Sudirman Sulaiman mungkin tidak dipandang sebagai tokoh yang terlibat langsung dalam praktik demikian, tetapi kita tidak bisa menutup mata terhadap kenyataan bahwa dalam banyak kasus, capital dan sumber daya adalah faktor penentu kemenangan.
Hal ini senada dengan penelitian Rahman (2023), bahwa politik uang di Sulsel menunjukkan betapa pentingnya faktor ekonomi dalam memikat dan memenangkan hati pemilih.
Kendati KPU dan Bawaslu serta kalangan masyarakat sipil bekerja keras untuk meminimalisasi politik uang. Namun kita semua tahu, bahwa dalam politik lokal, uang dapat menjadi senjata pamungkas.
Dan meskipun Andi Sudirman Sulaiman mungkin tidak secara langsung terlibat dalam praktik tersebut, keberhasilannya untuk tetap bertahan di tengah ketatnya persaingan menunjukkan bahwa dukungan dari berbagai pihak tidak datang begitu saja tanpa adanya pertukaran kepentingan yang menguntungkan satu sama lain.
Oleh karena itu, mari kita anggap kemenangan ini sebagai kemenangan yang sangat sempurna dalam menggunakan "senjata" yang tepat untuk mencapai tujuan. Lagi-lagi ini bukan kejutan, tetapi lebih kepada rutinitas politik yang sudah berulang.
Kemenangan yang tentu saja sudah bisa Diprediksi
Akhirnya, kemenangan Andi Sudirman Sulaiman pada Pilkada 2024 di Sulsel, meski dibungkus mungkin dengan sedikit banyaknya message perubahan, namun pada kenyataannya adalah hasil dari sistem politik yang sangat mapan, dimana petahana, keluarga besar, dan jaringan partai menjadi kekuatan utama.
Ini adalah kemenangan yang sudah bisa kita prediksi sejak awal, kendati terdapat drama dan momen ketegangan yang mewarnai perjalanan kampanye, debat kandidat, dan sampai hari pemungutan suara.
Kita tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa kemenangan ini merupakan kemenangan atas tradisi, bukan inovasi. Dan meskipun sebagian dari kita mengagumi keahliannya dalam mempertahankan status quo, tetapi patut disadari bahwa dalam dunia politik tidak ada yang benar-benar baru.
Untuk itu, seperti biasanya, kita kembali ke titik awal, yaitu kemenangan petahana yang tak terelakkan. Begitulah politik di Sulawesi Selatan!
Referensi
Muhammad, F. (2023). Kekuatan Partai dan Politik Dinasti dalam Pilkada Sulawesi Selatan. Jurnal Demokrasi, 27(1), 10-25.
Rahman, A. (2023). Politik Uang dalam Pilkada 2024: Kasus di Sulawesi Selatan. Jurnal Hukum dan Politik, 16(4), 112-125.
Riswanto, A. (2023). Politik Keluarga dan Dinasti di Sulawesi Selatan: Dinamika Pilkada 2024. Jurnal Politik Lokal, 22(3), 35-50.
Sari, M. (2024). Perubahan atau Stagnasi? Analisis Kampanye Pilkada di Sulsel. Jurnal Politik dan Sosial, 29(2), 90-105.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H