Kopi dan Demokrasi tidak bisa dipisahkan tetapi harus diseimbangkan
Pada akhirnya, ngopi memang bagian dari gaya hidup banyak anak muda Indonesia dan itu sah-sah saja. Namun, kita perlu ingat bahwa demokrasi bukan hanya tentang berbicara atau berdebat dengan teman di kafe.
Demokrasi memerlukan partisipasi aktif, pemahaman yang mendalam, dan komitmen jangka panjang untuk melakukan perubahan. Kopi bisa menjadi teman diskusi yang baik, tetapi juga tidak akan pernah bisa menggantikan pentingnya pendidikan politik dan tindakan nyata dalam memperkuat demokrasi.
Oleh sebab itu, apabila kita ingin Indonesia menjadi negara demokratis yang lebih baik, mungkin sudah saatnya kita mengubah perspektif kita. Mulailah dengan secangkir kopi, tetapi setelah itu mari kita bergerak keluar dari kafe dan benar-benar berpartisipasi dalam dunia nyata, baik itu melalui pemilu, organisasi sosial, atau aktivitas yang lebih berarti. Karena pada akhirnya, demokrasi bukan hanya tentang apa yang kita bicarakan, namun juga tentang apa yang kita lakukan.
Untuk itu, keseimbangan penting bagi generasi muda dalam upaya penguatan demokrasi. Sungguh paradoks yang menyenangkan bukan? Bergerak dan bersatu, menuju Indonesia maju!
Referensi
Journal of Youth and Politics. (2023). Trends in Political Participation Among Youth in Indonesia. Hal. 102-114.
Indonesian Journal of Political Studies. (2022). Political Discourse in Youth: A Study on Coffee Shop Conversations. Hal. 67-80.
Democracy Index Indonesia. (2023). Political Engagement and Youth Participation in Indonesian Democracy. Hal. 25-30.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H