Di tengah gelombang perubahan sosial dan politik di Indonesia, Gen Z (yang lahir antara 1997-2012) dihadapkan pada tantangan besar. Tidak hanya berkaitan dengan dunia pekerjaan, tetapi juga dengan peran mereka dalam kancah politik nasional dan lokal.
Pilkada serentak 2024 akan dilaksanakan pada 27 November 2024. Pemilihan ini menjadi momen penting dalam menentukan arah politik lokal yang berdampak langsung pada lapangan pekerjaan dan kesejahteraan generasi muda, terutama Gen Z.
Penulis akan mencoba mengkaji hubungan antara tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan Gen Z, tantangan ekonomi yang akan mereka hadapi, dan bagaimana Pilkada serentak 2024 berpotensi menjadi ajang untuk menentukan masa depan Gen Z. Mari kita kaji bersama.
Realitas yang Menghantui
Gen Z memiliki optimisme tinggi terhadap masa depan. Gen Z dikenal sebagai generasi yang lebih berpendidikan, melek teknologi, dan lebih terhubung secara global. Namun kenyataannya, di dunia kerja justru tidak seindah dengan ekspektasi Gen Z.
Pengangguran terbuka di Indonesia, terutama di kalangan lulusan baru terus meningkat. Dan Gen Z merupakan kelompok yang paling merasakan tingkat pengangguran tersebut, yang telah lulus dari tingkat pendidikan tinggi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2023 tercatat mencapai 5,86%, dengan persentase pengangguran terbanyak adalah mereka yang baru lulus pendidikan tinggi (BPS, 2023).
Kondisi ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki oleh lulusan Gen Z dan kebutuhan pasar kerja yang semakin kompleks. Banyak perusahaan yang lebih memilih faktor jam terbang, sementara lulusan baru (sebagian besar dari Gen Z) seringkali tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang cukup.
Selain itu, meskipun kemajuan teknologi dan digitalisasi membuka peluang di sektor baru seperti e-commerce, teknologi informasi, dan media sosial, banyak dari mereka yang masih kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan dunia kerja yang bergerak sangat cepat dan kerap tidak stabil.
Sektor pekerjaan seperti gig economy (pekerjaan lepas), walaupun menawarkan kebebasan, namun seringkali tidak memberikan kestabilan finansial dan perlindungan sosial yang memadai (McKinsey & Company, 2022). Hal ini menjadi dilema besar bagi Gen Z yang memiliki tekad kemandirian secara finansial, tapi tetap berjuang untuk menemukan pilihan yang kuat dalam dunia kerja.
Dimensi Politik yang Menentukan Masa Depan Ekonomi
Pilkada serentak 2024 yang tinggal menghitung hari dilaksanakan di Indonesia, menjadi momentum krusial dalam menentukan arah kebijakan politik lokal. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota tidak hanya menentukan siapa yang akan memimpin suatu daerah tetapi juga bagaimana kebijakan-kebijakan yang akan diambil mempengaruhi kesejahteraan ekonomi, termasuk dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan.
Sebagai generasi yang tengah memasuki dunia kerja, Gen Z perlu memperhatikan bagaimana Pilkada ini dapat mempengaruhi masa depan ekonomi mereka. Di satu sisi, Pilkada serentak 2024 menjadi medium bagi Gen Z untuk mengekspresikan aspirasinya dalam memilih pemimpin yang dapat menawarkan kebijakan yang berpihak pada sektor-sektor relevan dengan minat dan kemampuan mereka seperti teknologi, industri kreatif dan kewirausahaan.
Namun kenyataannya, tingkat partisipasi politik di kalangan pemilih muda termasuk Gen Z masih tergolong rendah. Hasil penelitian dari Pew Research Center menunjukkan bahwa hanya 52% dari pemilih muda di Indonesia merasa terlibat dalam politik dan mereka cenderung lebih fokus pada isu-isu sosial dan ekonomi yang lebih berdampak langsung mempengaruhi kehidupan mereka seperti kesempatan kerja dan pendidikan (Paw Reseacrh Center, 2022).
Kendati demikian, ada indikasi bahwa Gen Z semakin menyadari pentingnya politik lokal dalam membentuk masa depan mereka. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tahun 2023, sekitar 30% pemilih muda merasa bahwa kebijakan lokal yang ditawarkan oleh calon kepala daerah akan berdampak langsung pada lapangan pekerjaan dan kualitas hidup mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa kendati Gen Z tidak selalu terlibat aktif dalam politik, namun mereka tetap peduli dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah yang dapat membuka peluang baru di sektor-sektor pekerjaan yang relevan bagi mereka serta perhatian lebih terhadap pengangguran.
Keterkaitan Pengangguran dengan Kebijakan Lokal
Dalam konteks Pilkada serentak 2024, pengangguran menjadi isu yang vital karena kebijakan yang diambil oleh kepala daerah akan berpengaruh langsung pada penciptaan lapangan kerja.
Beberapa calon kepala daerah (yang mungkin sadar akan kebutuhan masa kini) harus memberikan perhatian akan pentingnya sektor teknologi dan ekonomi digital. Oleh sebab itu, penting buat calon kepala daerah untuk menyusun program-program yang mendukung pengembangan wirausaha muda dan pemanfaatan teknologi untuk membuka peluang kerja baru.
Sebagai contoh, dengan memperkenalkan kebijakan yang mendukung start-up digital, memperluas akses pelatihan dalam keterampilan, akses permodalan bagi Gen Z, dan menciptakan iklim investasi yang kondusif, calon kepala daerah dapat membantu mengurangi pengangguran di kalangan Gen Z.
Namun demikian, untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan gelombang kesadaran politik yang lebih besar dari Gen Z itu sendiri. Meski mereka lebih banyak terlibat di dunia digital, partisipasi mereka dalam Pemilihan Umum dan Pilkada lokal tetap krusial.
Dengan memilih pemimpin yang memahami tantangan yang Gen Z hadapi di masa depan, mereka dapat berperan dalam menciptakan perubahan yang lebih baik seperti penciptaan lapangan pekerjaan maupun kebijakan sosial-ekonomi yang lebih inklusif.
Menyongsong Masa Depan dengan Harapan dan Realitas
Tantangan besar yang dihadapi oleh Gen Z dalam beberapa tahun ke depan adalah menemukan keseimbangan antara harapan dan kenyataan, utamanya dalam dunia kerja. Pengangguran yang tinggi di kalangan lulusan baru, menggambarkan adanya kesenjangan antara keterampilan dan kebutuhan pasar yang harus segera diatasi dengan kebijakan yang lebih berpihak pada penciptaan peluang kerja.
Pilkada serentak 2024 menjadi kesempatan bagi Gen Z untuk memilih pemimpin daerah yang dapat memberikan solusi terhadap masalah ini. Kendati partisipasi politik Gen Z cenderung rendah, tetapi semakin banyak dari mereka menyadari pentingnya politik lokal dalam menentukan masa depannya, termasuk kesejahteraan ekonomi.
Untuk itu, selain fokus pada kewirausahaan dan pekerjaan digital, Gen Z perlu memanfaatkan hak pilih mereka dalam Pilkada serentak 2024 untuk memilih pemimpin yang berkualitas dalam membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah dan inklusif. Di mana pengangguran dapat ditekan dan peluang baru dapat tercipta.
Mari kita rayakan Pilkada serentak 2024 ini dengan aktif terlibat mengawal transisi kekuasaan lokal agar lebih berintegritas, adil, transparan dan akuntabel. Berbahagialah Gen Z!
Referensi
Badan Pusat Statistik (BPS). (2023). Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia Agustus 2023. Diakses dari https://www.bps.go.idÂ
Komisi Pemilihan Umum (KPU). (2023). Survei Partisipasi Politik Pemilih Muda dalam Pilkada 2024. Diakses dari https://www.kpu.go.idÂ
McKinsey & Company. (2022). The Future of Work: Insights of Indonesian Freelancers and Gig Workers. Diakses dari https://www.mckinsey.comÂ
Pew Research Center. (2022). The Political Engagement of Gen Z in Indonesia: Trends in Voting Behavior. Diakses dari https://www.pewresearch.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H