Menjaga Spirit PMII: Dari Ngopi ke Program-Program Kemanusiaan
Akhirnya, bagaimana PMII menjaga semangat kemanusiaan dan semangat dakwah di kalangan anggotanya? Terutama di tengah-tengah maraknya kegiatan yang cenderung lebih ringan seperti ngopi yang seringkali diselingi dengan diskusi santai namun minim substansi.
Tentu saja, PMII harus mampu mengubah kebiasaan tersebut menjadi kesempatan untuk pengembangan diri yang lebih bermakna. Bahkan dalam bentuk yang lebih menyenangkan tetapi kaya akan substansi.
Dari ngopi dengan selingan diskusi, PMII dapat mengoptimalkan program-program kemanusiaan yang tidak hanya memberikan dampak langsung kepada masyarakat, tetapi juga memperkuat kesadaran sosial bagi anggotanya. Mengadakan kajian ilmiah yang dikemas dengan cara yang menarik seperti menggunakan platform digital atau podcast, dapat menjadi pilihan yang menarik untuk menyampaikan dakwah yang lebih dekat dengan realitas mahasiswa masa kini.
Dari Membangun Kesadaran ke Membangun Aksi
Tantangan masa depan PMII memang tidak mudah. Mulai dari globalisasi, media sosial, pemikiran radikal maupun gaya hidup mahasiswa yang semakin sibuk dengan aktivitas di dunia maya. PMII harus mampu beradaptasi dengan cara yang cerdas dan dinamis.
Ini bukan hanya soal mempertahankan ideologi dan nilai-nilai luhur, tetapi juga tentang bagaimana mengemas PMII agar tetap relevan dan menarik bagi generasi muda tanpa harus mengorbankan substansi perjuangan organisasi.
Jadi, apakah PMII akan tetap bertahan di masa depan? Tentu saja. Dengan memanfaatkan teknologi dan menjaga kekayaan tradisi intelektualnya, PMII akan terus menjadi pilar penting dalam pergerakan mahasiswa di Indonesia.
Referensi
Cohen, J. (2018). Social Media and Its Role in Modern Activisme. Journal of Social Media Studies, 4(2), 21-35.
Hadi, M. (2017). Globalisasi dan Dampaknya terhadap Perubahan Sosial dan Budaya di Indonesia. Jurnal Sosial Budaya, 15(2), 118-134.