Sintesis nanomaterial berbasis nabati menggunakan bahan baku seperti ekstrak tumbuhan, minyak esensial, dan polisakarida. Bahan baku ini mengandung berbagai senyawa aktif yang dapat bertindak sebagai agen reduktor, penstabil, dan pembentuk nanomaterial. Metode sintesis ini dilakukan dengan cara mencampurkan bahan baku nabati dengan larutan logam dan kemudian memanaskannya atau menambahkan reduktor.
Berikut adalah beberapa contoh penerapan green nanotechnology-based solution dalam membersihkan udara:
- Nanoadsorbents berbasis tanaman seperti nano-zeolit dan nano-karbon
- Nanoadsorbents berbasis tanaman telah dikembangkan untuk menyerap polutan udara, seperti asap, debu, dan gas buang. Nanoadsorbents berbasis tanaman ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan nanoadsorbents konvensional, yaitu tidak beracun bagi lingkungan dan kesehatan manusia, lebih ramah lingkungan, dan lebih murah.
Katalis nano berbasis tanaman seperti nano-TiO2 dan nano-ZnO
- Katalis nano berbasis tanaman telah dikembangkan untuk mengurai polutan udara, seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, dan sulfur dioksida. Katalis nano berbasis tanaman ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan katalis nano konvensional, yaitu tidak beracun bagi lingkungan dan kesehatan manusia, lebih ramah lingkungan, dan lebih efisien.
Â
Nanopartikel logam berbasis tanaman seperti nano-emas dan nano-perak
Nanopartikel logam berbasis tanaman telah dikembangkan untuk mendeteksi polutan udara, seperti asap, debu, dan gas buang. Nanopartikel logam berbasis tanaman ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode deteksi konvensional, yaitu lebih sensitif dan lebih akurat.
- Tantangan dalam Penerapan Green Nanotechnology di Jakarta
Penerapan green nanotechnology di Jakarta masih menghadapi beberapa tantangan, antara lain:
- Kesiapan Ekosistem: Diperlukan kerja sama antara pemerintah, industri, dan lembaga riset untuk menciptakan ekosistem yang mendukung penerapan green nanotechnology.
- Kesadaran dan Pendidikan: Dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pendidikan tentang manfaat dan implikasi green nanotechnology dalam penanggulangan polusi.
- Ketersediaan bahan baku nabati: Bahan baku nabati merupakan salah satu komponen penting dalam green nanotechnology. Ketersediaan bahan baku nabati yang cukup dan berkelanjutan menjadi salah satu tantangan utama dalam penerapan green nanotechnology di Jakarta.
- Kemampuan produksi: Proses produksi green nanotechnology masih belum efisien dan efektif. Hal ini menyebabkan biaya produksi green nanotechnology masih relatif tinggi.
- Regulasi dan Standarisasi: Diperlukan regulasi yang jelas dan standarisasi untuk memastikan penggunaan green nanotechnology yang aman dan berkualitas di Jakarta.
Rekomendasi untuk Mengimplementasikan Green Nanotechnology di Jakarta
Untuk berhasil menerapkan green nanotechnology di Jakarta, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, lembaga riset, dan industri. Pemerintah harus memberikan insentif dan kebijakan yang mendukung pengembangan dan penerapan green nanotechnology. Industri harus berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi yang ramah lingkungan, sementara lembaga riset harus terus menghasilkan pengetahuan baru dan berbagi temuan mereka dengan masyarakat sehingga bisa digunakan secara luas.
KesimpulanÂ
Kesimpulannya, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk mengurangi polusi udara di Jakarta. Nanoteknologi memiliki potensi untuk memainkan peran penting dalam remediasi polusi udara, tetapi keamanan nanomaterial harus dievaluasi dengan hati-hati.
ReferensiÂ
- Khan, S. H. (2020). Green Nanotechnology for the Environment and Sustainable Development.
- Mammadova, S., & Rostamnia, S. (2022). The Ecogeographical Impact of Air Pollution in the Azerbaijan Cities: Possible Plant/Synthetic-Based Nanomaterial Solutions. In Journal of Nanomaterials (Vol. 2022).
- Saleem, H., Zaidi, S. J., Ismail, A. F., & Goh, P. S. (2022). Advances of nanomaterials for air pollution remediation and their impacts on the environment. Chemosphere 278.