Pendahuluan
      Pandemi Covid-19 telah membawa perubahan besar bagi seluruh lapisan masyarakat diberbagai aspek, termasuk di dalamnya aspek sosial budaya. Dampak yang cukup mendasar yang sangat dirasakan akibat pandemi Covid-19 ini yaitu pada kehidupan sehari-hari. Salah satu perubahan gaya hidup setelah pandemi yang paling umum yaitu munculnya gaya kerja hybrid. Hybrid working menjadi populer setelah pandemi Covid-19 melanda dunia, yang mendorong perusahaan untuk melakukan perubahan pada cara kerja mereka. Salah satu perubahan tersebut termasuk bekerja secara jarak jauh atau menggunakan pola kerja hybrid.
Hybrid Working adalah kombinasi bekerjadari rumah (Work From Home) dan bekerja dari kantor (work from office). Work From Home (WFH) dapat diartikan sebagai pengaturan kerja alternatif di mana karyawan melakuka ntugas di tempat lain yang biasanya dilakukan di tempat kerja utama atau pusat, untuk setidaknyabeberapa bagian dari jadwal kerja mereka, menggunakan media elektronik untuk berinteraksi dilakukan antar individu lain, baik didalam dan diluar organisasi (GajendrandanHarrison, 2007). Model kerja hybrid adalah penggabungan antara bekerja dari rumah atau remote dengan kemampuan perusahaan untuk menyeimbangkan kebutuhan karyawan mulai dari alur kerja, komunikasi, alat, hingga software yang mampu memenuhi dan mengoptimalkan pekerjaan. Kerja remote sepenuhnya berpangku pada teknologi yang memadai, sedangkan gaya kerja hybrid adalah gabungan antara tenaga kerja dan teknologi yang saling bersinergi menciptakan model kerja yang produktif.
Dengan penerapan hybrid working ini tentu berdampak pada budaya organisiasi para perusahaan. Serta perubahan ini juga tidak hanya sekedar perubahan dalam pola kerja, tetapi juga membawa dampak yang cukup signifikan terhadap budaya kerja dalam masyarakat. Hybrid working memperkenalkan perubahan dalam cara kerja dan pola interaksi yang berbeda dari cara kerja tradisional yang diterapkan sebelumnya. Hal ini dapat mempengaruhi nilai-nilai, norma-norma, dan praktik kerja yang ada dalam budaya organisasi perusahaan. Dalam tulisan ini penulis ingin menggambarkan perubahan gaya hidup yang terjadi setelah pandemi Covid-19, yaitu munculnya hybrid sebagai pola kerja dan gaya hidup baru. Serta penulis mencoba untuk menganalisis fenomena tersebut menggunakan prespektif Bourdieu.
Isi
Hybrid working muncul selama pandemi Covid-19, ketika banyak perusahaan melakukan perubahan cara kerja mereka. Hybrid working memiliki kelebihan, seperti menghemat biaya perjalanan. Dengan hybrid working, biaya perjalanan ke kantor dapat dihemat karena tidak perlu pergi ke kantor setiap hari. Selain itu, perusahaan yang menggunakan model kerja hybrid akan terlihat lebih maju dan fleksibel, meningkatkan citra perusahaan. Karyawan juga merasa lebih sejahtera secara fisik dan mental dengan model kerja ini.
Terdapat beberapa dampak budaya kerja yang terjadi akibat perubahan ke arah hybrid working diantaranya adalah adanya perubahan dalam pola interaksi dan hubungan antar karyawan, perubahan dalam budaya kerja yang diterapkan oleh perusahaan, serta perubahan dalam pola konsumsi dan perilaku masyarakat dalam lingkup kerja. Budaya memiliki peran penting dalam membentuk dan memperkuat gaya hidup baru hybrid working pada era new normal. Hybrid working memperkenalkan perubahan dalam cara kerja yang dapat memiliki dampak pada nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam budaya kerja perusahaan. Dalam hal ini budaya kerja yang kuat dan positif dapat memperkuat keberhasilan hybrid working. Budaya yang mempromosikan kemampuan belajar dan pengembangan diri juga dapat membantu karyawan dalam menghadapi tantangan baru yang muncul dalam gaya hidup kerja hybrid. Dalam konteks yang lebih luas, budaya juga dapat mempengaruhi cara perusahaan memperkenalkan dan mempromosikan hybrid working. Perusahaan yang memiliki budaya yang inklusif dan menghargai keberagaman akan lebih mampu memanfaatkan potensi hybrid working untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan beragam.
Penerapan hybrid working dianggap sebagai gaya hidup baru pada era new normal karena gaya hidup kerja ini memperkenalkan perubahan yang signifikan dalam cara kerja tradisional yang telah diterapkan sebelumnya. Era new normal sendiri adalah era pasca pandemi Covid-19, di mana masyarakat dan perusahaan harus beradaptasi dengan kondisi baru yang diakibatkan oleh pandemi ini. Hybrid working memungkinkan karyawan untuk bekerja dari mana saja, baik dari kantor maupun dari rumah. Hal ini memperkenalkan fleksibilitas dalam cara kerja dan memberikan karyawan kesempatan untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Selain itu, hybrid working juga mempromosikan teknologi dan inovasi dalam cara kerja. Penggunaan teknologi dan alat kolaborasi online memungkinkan karyawan untuk tetap terhubung dan bekerja sama dengan rekan kerja mereka, bahkan ketika mereka tidak berada di kantor. Hal ini meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja, serta membantu perusahaan untuk memperkenalkan praktik kerja yang lebih berkelanjutan.
Analisis Prespektif Bourdieu
      Hybrid working menjadi gaya hidup baru yang muncul di era new normal setelah pandemi Covid-19. Pola kerja baru ini memperkenalkan kefleksibelan dan kombinasi antara bekerja dari rumah dan kantor. Meskipun memiliki keuntungan seperti menghemat biaya dan meningkatkan produktivitas, hybrid working juga menghadirkan tantangan tersendiri. Perubahan ini berdampak pada habitus atau kebiasaan kerja dan interaksi sosial karyawan. Dalam hal ini orang mulai terbiasa bekerja dari berbagai tempat dan menggabungkan tempat kerja dan rumah. Dalam melihat fenomena ini saya mencoba melihat hal tersebut menggunakan prespektif bourdieu mengenai habitus dan modal. Habitus, adalah struktur kognitif yang memperantarai individu dan realitas sosial. Individu menggunakan habitus dalam berurusan dengan realitas sosial. Habitus merupakan struktur subjektif yang terbentuk dari pengalaman individu berhubungan dengan individu lain dalam jaringan struktur objektif yang ada dalam ruang sosial. Bourdieu juga menyatakan bahwa habitus secara erat berhubungan dengan modal (kapital), karena sebagian habitus tersebut berperan sebagai pengganda berbagai jenis modal yakni modal ekonomi, modal sosial, modal budaya dan modal simbolik.
Dalam fenomena ini, Habitus dapat terbentuk melalui lingkungan dan menyesuaikan kondisi yang ada yaitu keadaan setelah pandemi, selain itu habitus dapat terbentuk ketika mengamati dan meniru perilaku serta pola kerja rekan mereka yang sudah lebih dulu beradaptasi dengan hybrid working. Proses observasi dan imitasi ini membentuk kebiasaan dan cara kerja baru. Dan semakin sering karyawan melakukan hybrid working, semakin terbentuk habitus baru tersebut. Pengalaman berulang kali menerapkan pola kerja baru inilah yang secara bertahap membentuk habitus baru secara alami. Hal-hal tersebut secraa bersama-sama akan membentuk habitus atau kebiasaan kerja baru dalam model hybrid working. Selain itu Hybrid working juga mengubah kapital sosial dan ekonomi seseorang. Kapital sosial dapat berkurang karena interaksi sehari-hari berkurang. Dengan hybrid working, karyawan tidak selalu berada di kantor sehingga kesempatan berinteraksi secara langsung dengan rekan kerja menjadi lebih terbatas. Hal ini dapat mengurangi koneksi dan jaringan sosial seseorang. Kapital ekonomi dapat berubah karena adanya penghematan biaya. Dengan tidak perlu datang ke kantor setiap hari, karyawan dapat menghemat biaya transportasi, makan siang, dan lainnya. Penghematan ini dapat meningkatkan daya beli dan kekayaan seseorang.
Penutup
Hybrid working menjadi gaya hidup baru yang muncul di era new normal setelah pandemi Covid-19. Pola kerja baru ini memperkenalkan keleluasaan dan kombinasi antara bekerja dari rumah dan kantor. Meskipun memiliki keuntungan seperti menghemat biaya dan meningkatkan produktivitas, hybrid working juga menghadirkan tantangan tersendiri. Perubahan ini berdampak pada habitus atau kebiasaan kerja dan interaksi sosial karyawan. Orang mulai terbiasa bekerja dari berbagai tempat dan menggabungkan tempat kerja dan rumah. Ini menjadi habitus baru dalam berinteraksi dengan rekan kerja. Hybrid working juga mengubah kapital sosial dan ekonomi seseorang. Kapital sosial dapat berkurang karena interaksi sehari-hari berkurang. Ini dapat mengurangi jaringan sosial. Kapital ekonomi dapat berubah karena adanya penghematan biaya dengan tidak perlu datang ke kantor setiap hari. Secara keseluruhan, meskipun memiliki manfaatnya, hybrid working juga memerlukan penyesuaian besar dalam pola kerja, interaksi sosial, dan budaya kerja perusahaan agar dapat berjalan dengan efektif di era new normal. Budaya perusahaan yang fleksibel dan mendukung mampu memaksimalkan potensi hybrid working.
Daftar Pustaka
Ainurrofiq Ihsan, dkk. 2022. Penerapan hybrid working model terhadap perubahan budaya kerja dan nilai organisasi. Fair Value: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan, 4(8), hlm. 3335-3368
Dapind, dkk. 2023. Analisis Penerapan hybrid Working Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja Pegawai Pada Dinas Koperasi & UMKM Provinsi Sulawesi Tenggara. Journal Publicho, 5(4), hlm. 1415-1426.
Harker Richard, Harker Cheelen, dan Wilkes Chris. 2009. (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik. Yogyakarta: Jalasutra
Wheatley, D. 2021. Hybrid working: how to make it a success. Retrieved from theconversation.com: https://theconversation.com/hybrid- working-how-to-make-it-a-success165189. Diakses pada 11 Juni 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H