Di samping itu, ketidakpuasan terhadap sistem feodalisme juga sangat mempengaruhi suasana hati rakyat. Sistem ini memaksa para petani dan buruh untuk menanggung beban pajak dan kerja yang tidak adil, sementara kaum borjuis, yang mulai merasakan peningkatan kekayaan dan kekuasaan, merasa terpinggirkan oleh struktur sosial yang ketinggalan zaman.
Kebangkitan gagasan-gagasan dari kaum pencerahan, yang menekankan pada rasionalitas dan hak asasi manusia, semakin memperkuat tuntutan untuk reformasi dan melawan ketidakadilan feodal yang meluas. Gagasan-gagasan ini memberi inspirasi kepada banyak orang untuk menuntut perubahan radikal dalam struktur pemerintahan dan masyarakat.
Faktor-faktor tersebut kemudian membuat masyarakat akhirnya melakukan revolusi, yang diawali dengan penyerbuan Penjara Bastille pada tanggal 14 Juli 1789 yang terletak di jantung kota Paris. Bastille bukan hanya sebuah penjara, tetapi juga simbol kekuasaan tirani absolut yang dipegang oleh Raja Louis XVI. Penyerbuan ini tidak hanya menandai awal dari Revolusi Prancis, tetapi juga menggambarkan suasana ketegangan dan kemarahan yang melanda masyarakat Prancis pada saat itu.
Rakyat Prancis, yang telah lama menderita akibat ketidakadilan sosial dan ekonomi, krisis ekonomi, dan ketidakpercayaan kepada pemerintah, merasa semakin frustasi dengan pemerintahan absolut. Para pemberontak, yang sebagian besar adalah buruh, petani, dan kaum borjuis yang tidak puas, berkumpul dengan senjata seadanya, seperti senapan, sabit, dan alat-alat pertanian. Mereka merasa bahwa Bastille, sebagai simbol kekuasaan dan penindasan, harus dihancurkan untuk mencapai kebebasan dan keadilan.
Para pemberontak berhasil mengelilingi dan mengepung penjara. Setelah itu, terjadi pertempuran sengit di sekitar penjara. Penjaga Bastille akhirnya menyerah setelah perlawanan yang intens, dan para pemberontak berhasil memasuki penjara. Dalam pertempuran ini, beberapa pemberontak dan penjaga Bastille menjadi korban. Salah satu nama penting yang terbunuh dalam pertempuran ini adalah Marquis de Launay, komandan Bastille, yang terbunuh oleh massa yang marah setelah penjara jatuh ke tangan mereka.
Adanya revolusi yang dilakukan masyarakat juga turut menyeret beberapa tokoh penting seperti raja Louis XVI dan istrinya Marie Antoinette. Akibat kemarahan rakyat yang berkepanjangan, dua tokoh itu akhirnya dieksekusi mati dengan guillotine, sebagai simbol atas kefrustasian masyarakat Prancis pada keadaan saat itu.
Secara keseluruhan, revolusi ini merupakan peristiwa yang sangat penting dalam sejarah Prancis. Tidak hanya menggambarkan kemarahan rakyat terhadap penindasan, tetapi juga membuka jalan bagi perubahan besar yang akan membentuk masa depan Prancis dan memberi inspirasi bagi perjuangan kebebasan di seluruh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H