Lalu bagaimana cara ia melarikan diri? kali ini trik dan strategi yang digunakannya sangat mengagumkan, trik ini juga yang menjadikannya sebagai the king of escape dari Jepang.
Untuk kabur dari penjara Abashiri, Yoshie membutuhkan waktu 8 bulan. Selama kurun waktu tersebut ia menyiramkan sup miso dari jatah makanannya untuk melapukkan borgol dan besi ventilasi. Siapa sangka ternyata caranya berhasil. Setelah berbulan-bulan besi itu mengarat dan akhirnya lapuk.
Berhasil membebaskan diri dari borgol, ia kemudian menggunakan tubuhnya yang lentur untuk keluar dari ventilasi penjara yang sangat kecil, yang bahkan tidak mungkin bisa dilakukan oleh kebanyakan orang.
Kemudian ia pergi ke daerah Hokkaido Utara. Cuaca dingin pada saat itu tidak memungkinkan para sipir penjara untuk mengejarnya. Pelarian tersebut bertahan selama 2 tahun.
Pada tahun 1947 ia kembali ditangkap oleh polisi Jepang. Penyebab jadi kejadian tersebut adalah akibat dari pertengkarannya dengan seorang pemiliki ladang. Secara tidak sengaja ia tertangkap basah pada saat memakan tomat di ladangnya, perkelahian pun tak terelakkan. Sayangnya orang tersebut mati akibat mengalami luka di perut.
Dengan beberapa riwayat kriminal yang ia lakukan, pengadilan Jepang akhirnya memvonis hukuman mati untuk Yoshie dan memasukannya ke penjara Sapporo.
Pemerintah memutuskan untuk memberikan penjagaan ekstra pada Yoshie dengan memperkuat keamanan, lebih kuat dari penjara sebelumnya Abashiri. Dia ditahan di sebuah ruangan khusus yang terbuat dari dinding anti karat dan memiliki ventilasi yang bahkan lebih kecil dari kepalanya.
Tak disangka, dengan trik hebatnya, lagi-lagi ia dapat lolos dari penjara. Selama di penjara ia selalu berakting depresi dan suka melihat atap-atap langit. Hal ini membuat penjaga berpikiran bahwa dirinya sedang mencari cara melarikan diri lewat atap, padahal itu hanyalah pengalih perhatian. Ide yang sangat brilian.
Diam-diam ia selalu menggali lubang di bawah tempat tidurnya. Setiap malam, ketika para penjaga lengah, ia menggali jalur bawah tanah dengan menggunakan mangkuk miso. Upaya yang dilakukannya berhasil, ia menjadikan jalur tersebut sebagai rute pelariannya, dan berhasil kabur tanpa diketahui.
Setelah melarikan diri selama setahun, Yoshie akhirnya menyerahkan diri. Kali ini berbeda, pengadilan ternyata mengganti hukuman matinya dengan penjara seumur hidup, ia pun ditempatkan di penjara Tokyo.
Selama disana ia diperlakukan dengan baik, sehingga tidak merasa perlu melarikan diri lagi. Akhirnya pada tahun 1961, Yoshie dibebaskan setelah menjalani hukuman selama 14 tahun. Ia kemudian meninggal pada tahun 1979 di usianya yang ke-72 tahun karena serangan jantung.