Di kelas, Riyan mencoba fokus pada pelajaran, tapi pikirannya terus kembali pada Kana. Gadis itu punya aura yang sulit dijelaskan---ceria, namun seolah menyimpan sesuatu di balik senyumnya.
Ketika jam istirahat tiba, Riyan memutuskan untuk pergi ke taman belakang sekolah, tempat yang sepi dan jauh dari keramaian kantin. Tapi ternyata, Kana sudah ada di sana, duduk di bawah pohon sambil menatap langit.
"Kamu juga suka tempat sepi?" tanya Kana tanpa menoleh.
"Kebetulan lewat aja," jawab Riyan, sedikit gugup.
Kana tertawa kecil. "Jangan bohong. Tempat ini emang cocok buat mikir atau... kabur dari dunia sebentar."
Riyan mendekat dan duduk di sebelahnya. Mereka terdiam, membiarkan angin menyapu pelan.
"Kamu pernah dengar cerita tentang langit?" tanya Kana tiba-tiba.
"Enggak. Kenapa?"
"Langit itu seperti buku, Riyan. Setiap malam, dia menuliskan cerita baru. Kalau kamu memperhatikannya dengan sungguh-sungguh, kamu bisa mendengar suara-suara dari jauh. Suara yang nggak semua orang bisa dengar," ucap Kana sambil menatap awan yang bergerak lambat.
Riyan memandangnya, bingung sekaligus terpesona. "Cerita macam apa?"
"Itu yang harus kamu cari tahu sendiri. Tapi, nggak semua orang punya keberanian buat membaca ceritanya."