Mohon tunggu...
muhammad nurriyanto
muhammad nurriyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Seorang mahasiswa kura-kura, 19 tahun, suka berimajinasi

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Menjadi Pribadi Efektif ala Stephen R Covey

24 Februari 2023   13:26 Diperbarui: 24 Februari 2023   13:27 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Buku 7 habits of highly effective people merupakan salah satu buku yang banyak menjadi pedoman dalam pengembangan habits. Buku ini ditulis oleh Stephen R Covey dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1989. Ia bercerita tentang bagaimana orang bisa dikatakan efektif. Tidak hanya efektif, bahkan highly efektif. Seseorang yang memiliki kebiasaan tertentu ia harus memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kemauan untuk melakukannya. Jadi, sesuatu baru akan dikatakan habits jika hal tersebut dilakukan berulang-ulang secara konsisten sehingga menjadi kebiasaan. Covey menjelaskan mengapa disebut efektif? Jawabannya adalah karena seseorang yang efektif adalah seseorang yang melakukan tindakan tertentu dengan karakternya dan dengan kebiasaannya mampu menghasilkan hal-hal yang tepat sasaran. 

Pertama, Jadilah Proaktif

Proaktif adalah lawan dari orang yang reaktif. Orang reaktif jika dihadapkan dengan stimulus sebuah situasi atau keadaan ia akan merespon tanpa memikirkan dampak dari reaksinya.  Berbeda dengan proaktif yakni seseorang yang ketika dihadapkan dengan stimulus, ia akan secara sadar memikirkan, mempertimbangkan, kemudian memilih sikap  atau tindakan yang ingin diambil. Maka respon yang diambil adalah respon yang sudah dipertimbangkan sesuai self awarenessnya.

Jadi, orang yg proaktif adalah orang yang mampu berfokus pada apa yang bisa dikelola dalam hidupnya. Misalnya saya naik taksi namun keadaan sedang macet. Daripada saya capek karena macet, toh saya juga nggak bisa atur lalu lintas menjadi lancar lagi. Lebih baik saya menghabiskan waktu dengan  beristirahat, membaca buku, atau mungkin mendengarkan musik yang saya sukai. Saya mencoba menikmati momen-momen ketika menghadapi kemacetan itu. 

Begitulah orang proaktif, ia memilih tindakan terbaik yang dapat dilakukan dalam setiap keadaan. Orang yang proaktif selalu berfokus terhadap apa yang bisa ia kerjakan, lakukan, perbaiki sehingga pelan-pelan apa yang dia pengaruhi bisa meluas.

Itulah langkah pertama untuk menjadi orang yang efektif.

Kedua, Mulai Segala Sesuatu dari Hasil Akhirnya

Kali ini Covey mengajak kita untuk membayangkan ketika kita telah tiada, apa yang dikenang orang lain terhadap diri kita.  Sehingga setiap kali kita mengerjakan sesuatu jangan pernah lupa apa hasil akhir yang ingin kita capai. Supaya kita bisa melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan akhir yang ingin kita capai maka kita harus jujur kepada diri sendiri. Covey menyebut hal ini dengan prinsip hidup. Yaitu gabungan dari segala hal yg menjadi perhatian kita sehingga akan membantu kita untuk menentukan sikap yang perlu dilakukan. 

Ketiga, Dahulukan yang Utama 

Terkadang dalam hidup kita seringkali melakukan banyak hal dan belum tentu itu adalah sesuatu yang benar-benar prioritas. Covey memberikan kuadran manajemen waktu yang disebut time management matrix. Ia membagi segala sesuatu sesuai kepentingan dan mana yang mendesak. Ketika hal ini beres, maka kita akan sibuk menghabiskan hal-hal penting yang jika dilakukan akan menciptakan perbedaan pada hidup kita dan orang lain di sekitar kita meskipun belum terasa mendesak di waktu sekarang. 

3 habit yang pertama ini, menurut Covey adalah private victory yaitu jika kita berhasil memiliki ketiga habidt tersebut maka sebagai individu yang sebelumnya menjadi orang yg dependen ( yg bergantung peran dan keadaan orang lain) maka akan naik setingkat lebih tinggi yakni menjadi pribadi yg independen. 

Setelah menjadi pribadi yang independen kita akan masuk ke habit selanjutnya. Jika 3 habit sebelumnya berurusan dengan diri sendiri, maka 3 habit setelanya berkaitan dengan orang lain. 

Keempat, Berpikir Menang-Menang

Terkadang ketika berhadapan dengan orang lain kita selalu ingin di pihak yang menang sedangkan kita tidak peduli apakah orang lain menang atau kalah. Yang terjadi adalah satu pihak menang dan pihak lain kalah. Masalah yang akan terjadi dalam hal ini adalah tentu tidak nyaman buat orang yang merasa kalah dan ia akan berusaha mendapatkan haknya untuk menang dari kita. Maka Covey mengajarkan hampir dalam setiap situasi jika kita sungguh-sungguh memiliki keberanian untuk melakukan hal tersebut maka kita akan bisa mencoba mencari titik win-win dalam segala situasi. 

Contoh sederhananya, saya sebagai seorang karyawan kemudian pimpinan meminta saya untuk mengerjakan suatu tugas sehingga saya harus lembur malam ini. Tapi saya mempunyai janji dengan keluarga saya bahwa saya akan mengajak jalan-jalan istri dan anak saya sepulang kerja. Tentu kita berada di posisi yang sulit. Jika saya menuruti keinginan dari atasan saya tentu akan tercipta ketidaknyamanan pada keluarga saya, begitupun sebaliknya. 

Sehingga dengan cara berpikir menang-menang sebagai seorang yang bekerja saya harus bekerja yang terbaik tapi saya juga punya keluarga yang saya sudah punya komitmen dengan mereka. Lalu kenapa tidak, kita bisa melakukan lobbying kepada atasan untuk mengerjakan tugas di rumah karena sudah ada janji dengan keluarga. Namun, kita harus komitmen untuk menuntaskan tugas sebelum keesokan harinya. Jadi usahakan selalu  berpikir win win dalam setiap situasi maka kita akan bisa terus bekerja sama dengan setiap orang dan memberikan hasil yang terbaik. 

Kelima, Mengerti Terlebih Dahulu tentang Orang Lain Sebelum Kita Dimengerti oleh Mereka

Dalam berhadapan dengan orang sering kita jumpai perbedaan pendapat, visi, pemikiran, dst. Disini Covey mengajarkan bahwa seorang yang efektif akan selalu berusaha untuk mencoba untuk memahami orang lain terlebih dahulu. Bagaimana kita bisa memahami? Kita akan bisa memahami kalau kita mau menjadi pendengar yang baik dalam setiap keadaan. Ketika kita berhadapan dengan situasi yang rumit, Kita perlu fahami dulu

Apa sih dasarnya kok orang tersebut berperilaku seperti itu? 

Apa dasarnya dia mengerjakan seperti yang dia lakukan?

Apa alasan dibalik sikapnya?

dll.

Dengan berusaha memahami orang lain maka nanti  orang lain pun akan lebih bisa memahami kita. Dengan begitu kita akan menjadi pribadi yang mampu berempati terhadap orang lain, memahami situasi mereka dan akibatnya orang lain pun akan bisa memahami kita. Sehingga kita bisa berjalan beriringan dengan mereka.

Keenam, Sinergi

Sebagai seorang manusia tentu kita membutuhkan orang lain. Jika kita sendiri mengerjakan tugas A maka akan selesai dalam 3 hari, lalu jika dikerjakan berdua dengan orang lain bisa selesai dalam 1,5 hari, sedangkan jika dikerjakan bertiga dengan orang lain maka akan selesai dengan 1 hari. 

Itulah yang disebut sinergi. Kita menggabungkan kekuatan dan menggabungkan kemampuan. Ketika kita keluar bertemu dengan orang lain baik dengan teman atau kolega termasuk orang lain yang baru kita kenal, kita bisa pikirkan dalam situasi seperti apa saya bisa bersinergi dengan mereka. Menyatukan kekuatan sehingga yang tadinya masing-masing kita tidak bisa melakukan yang terbaik karena ada hal-hal yang tidak kita miliki namun sekarang dengan sinergi kita bisa melakukanya. 

Jadi ketika kita berhasil membereskan urusan individual, kita berubah dari pribadi yang dependen ke independen. Nah sekarang setelah kita mengerjakan 3 habit berikutnya maka kita akan menang secara publik. Kita akan bergeser dari yang sudah independen menjadi interdependen. Yaitu saling ketergantungan dengan orang lain dan saling menguatkan. Sehingga kita tidak hanya mengandalkan kemampuan kita sebagai individu namun kita juga memanfaatkan dan menyatukan dengan kemampuan orang lain sebagai individu supaya dampak yang diberikan lebih besar lagi. 

Ketujuh, Asah Gergaji 

Ini adalah habit yang merangkum dan menyatukan semuanya. Sebagai seorang individu yang mencoba menjadi seorang yang lebih efektif dalam hidup kita tetap harus mengasah pribadi kita. Baik aspek fisik, mental maupun spiritual.  Habit ini menjadi pengasah semua habit yang sudah kita bangun. Dengan menerapkan ketujuh habit ini semoga pondasi diri kita dalam menjadi pribadi yang efektif dapat terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun