Manduduik makan tambakau (menghisap makan tembakau)
Tiuik tambakau lai sapinang (tiup tembakau iya sepinang)
Antaro ikuik kan dikusau (antara ikut kan dikacau)
Sabalun nyawo badan hilang. (sebelum nyawa badan hilang)
Manduo kudo diracak (mendua kuda direcak)
Bari batali palanonyo;Â (beri bertali pelananya)
Maso mudo dunia dikacak (masa muda dunia dikacak)
Malah tuo apo gunonyo? (malah tua apa gunanya?)
Maksud dari pantun diatas yaitu seorang pemuda itu harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang sangat luas dan mencari sampai jauh agar dapat memilikinya. Ketika sudah tua nanti apa gunanya, badan yang bakal tidak kuat dan lemah. Jadi, masa muda ini harus dinikmati dan ketika sudah tua nanti tidak bakal terpenuhi apa yang diinginkan.
Namun, dalam perkembangannya tokoh Rancak di Labuah mulai tersadar akan peran nya dalam keluarga yaitu menjadi sosok yang berbeda menjadi pekerja keras, taat beragama dan suka membantu sesama. Hal itu dapat dilihat dalam pantun yang diungkapkan oleh ibu Rancak di Labuah yang dapat membuat sang anak menjadi sadar akan pahitnya kehidupan. Sosok ibu, sangat berpengaruh dalam perjalanan karir Rancak di Labuah, karena ia memberikan nasihat yang membangun dan membuat sang anak dapat berpikir dan merenungi apa tindakan yang salah dan benar. Pantun yang tersirat saat Ibu Rancak di Labuah memberi nasehat agar jangan berleha-leha mencari kesenangan dunia. Sebagai berikut,
"Indaklah buliah dirabahkan (tidaklah boleh direbahkan)
Batang padi di subarang;Â (batang padi di seberang)
Indaklah buliah ditagahkan (tidaklah boleh dihentikan)
Kahandak hati surang-surang (kehendak hati sendiri-sendiri)
Manyahuik Siti Juhari, (menyahut Siti Juhari),
Dangakan bana di buyuang, (dengarkan baik oleh Buyung)
Ijuak samo dihampaikan (Ijuk sama dihempaskan)
Babanda ka limau puruik (berbanda ke limau purut)
Isuak kan samo dirasai (esokkan sama dirasa)
Pangaja mandeh tak dituruik. (pengajar Mandeh tak diturut)
Siriah naiak junjuangan naiak (sirih naik junjungan naik)
Bari bajunjuang kayu balam;Â (beri berjunjung kayu balam)
Sansai baiak binaso baiak (sengsara baik binasa baik)
Badan anak juo nan ka karam."Â (badan anak juga yang kan tenggelam)"
Setelah mendengar nasihat yang diberikan oleh Ibunya, Rancak di Labuah pun mencoba peruntungan dengan berjualan, namun apa yang diterima ia mendapat kesukaran dalam menjalankan usaha yang tengah dilakukan.
Akhirnya, ia mencoba terus dan terus berusaha dengan memperbaiki kesalahan yang pernah ia buat. Usaha yang dilakukan membuahkan hasil yang sangat memuaskan, bisa membeli segala kebutuhan pokok yang sebelumnya belum terpenuhi. Kini, Rancak di Labuah pun bisa menikmati hasil yang telah ia peroleh.
Dalam masyarakat Minangkabau sangat menjunjung tinggi peran seorang laki-laki, karena ia dapat menggunakan tenaga dan akal pikirnya untuk dapat mengolah sumber daya yang ada. Seorang laki-laki mempunyai peran yaitu mengurus harta (bendi, pedati serta ternak), memakai atau memelihara sebagai sumber nafkahnya.
Sedangkan perempuan mengelola, mengolah dan memelihara segala sesuatu yang berada di dalam rumah gadang. Diibaratkan seperti ini, rumah gadang yang mengelola perempuan dan laki-laki mengelola atau mengurus bagian laman rumah gadang, seperti rangkiang (sebagai tempat menyimpan hasil pangan, misalnya beras).