Mohon tunggu...
Muhammad Nur Hasan
Muhammad Nur Hasan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Muhammad Nur Hasan Mahasiswa Hukum Tata Negara Fakultas Syariah di Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Menulis bagiku suatu kebutuhan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran. Filsafat dan hukum menjadi genre keilmuan yang saya minati. Diskusi dan kajian adalah kegiatan yang menarik untuk mempertajam pola pikir kritis dan harus dilestarikan di lingkungan akademisi. Terus berproses dan mengembangkan kualitas intelektual menjadi fokus utama yang harus saya lakukan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Kasultanan Sambaliung

13 Juli 2024   22:35 Diperbarui: 13 Juli 2024   22:45 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Sultan Gunung Tabur tidak bisa berbuat apa-apa walaupun Raja Alam menolak untuk menjadi bawahannya karena ia sadar bahwa ini semua adalah strategi adu domba Belanda. Sultan Aji Kuning juga menyadari adat istiadat yang berlaku disana, dimana jika seseorang berani menyakiti saudara tuanya maka akan mendapat karma. Raja Alam adalah keturunan ke-13 dari Aji Raden Suryanata Kesuma, pendiri dari Kerajaan Berau , sedangkan Sultan Aji Kuning II adalah keturunan ke-14.

            Pada akhirnya, pada 1844 Belanda menyerah dan mengakui keberadaan Kasultanan Sambaliung, namun Raja Alam tetap tidak bisa menerima pengakuan ini, karena menurutnya dengan menerima pengakuan itu dirinya dibawah kendali oleh pemerintah Belanda. Pada 7 Juli 1848, Raja Alam wafat dan dimakamkan di Sungai Rindang, dekat Batu Putih.

  • Masa Penjajahan Jepang dan Pasca Proklamasi Kemerdekaan 

            Pada Januari 1942, jepang mulai menempati daerah tambang minyak di Tarakan yang sebelumnya Jepang juga menghancurkan lapangan terbang milik Belanda di Tarakan dan Samarinda. Satu per satu bekas wilayah kekuasaan Belanda dapat dikuasai oleh Jepang . Pada akhirnya, kolonial Belanda menyerah kepada Jepang pada 8 Maret 1942. Pada mulanya, Jepang dianggap sebagai pembebas oleh rakyat Indonesia dari penjajahan Belanda, tapi kenyataannya rakyat justru semakin menderita.

            Ketike Jepang sudah menempati Sambaliung dan Gunung Tabur , Jepang membuat sistem pemerintahan yang hampir sama dengan Belanda. Untuk mengontrol daerah jajahannya, Jepang mengutus seorang bunkenkarikan untuk mengurus pemerintahan sipil di daerah yang dijajah. Sultan Muhammad Aminuddin sebagai penguasa Kasultanan Sambaliung tidak bisa melakukan apa-apa terhadap perlakuan Jepang terhadap rakyatnya. Pada masa Jepang ini, Sultan Muhammad Aminuddin dibantu oleh dua orang asisten wedana dalam menjalankan roda pemerintahan, yaitu Asisten Wedana Sambaliung dan Asisten Wedana Talisayan.

            Jepang menindas rakyat Sambaliung , dimana rakyat dipaksa untuk menyerahkan bahan pangan dan pakaian demi kepentingan jepang. Selain itu, para pemuda diwajibkan untuk ikut dalam pelatihan organisasi semi-militer untuk membela Jepang dalam peperangan yang bernama seinendan. Hal itu menyebabkan rakyat Sambaliung mengalami krisis kelaparan dan kekurangan bahan pangan . Para anggota kenpetai (dinas rahasia jepang) yang didukung oleh junpo (polisi rahasia) selalu mengawasi rakyat yang hendak membangkang, dan polisi rahasia ini merekrut rakyat untuk menjadi anteknya jepang.

            Pada suatu hari, kaum nasionalis terpelajar atau kaum akademisi mulai melakukan perlawanan terhadap Jepang yang mengakibatkan 500-600 orang ditangkap oleh jepang dan ada juga kaum nasionalis yang menjadi korban kekejaman Jepang. Saat Jepang menyerah kepada sekutu, Jepang mulai meninggalkan daerah jajahannya itu. Para antek Jepang yang direkrut mengalami pembalasan. Dimana anggota junpo yang merupakan rakyat sendiri yang bernama Garuda, ditangkap dan dibunuh oleh rakyat pada  waktu itu. Anggota junpo yang lainnya seperti Raden Sukarna terpaksa melarikan diri.

            Pada akhirnya, Kasultanan Sambaliung berakhir pada 1960 dan wilayahnya digabung dengan Gunung Tabur menjadi Kabupaten Berau. Muhammad Aminuddin sebagai Sultan Sambaliung yang terakhir, kemudian dilantik mennjadi Bupati yang pertama. Sejak saat itu, Sambaliung menjadi nama kecamatan di Provinsi Kalimantan Timur.

B. Nama Raja Kasultanan Sambaliung

  • Berikut adalah nama raja-raja dari Kasultanan Sambaliung, yaitu :
  • Sultan Alimuddin/Raja Alam (1810-1844)
  • Sultan Kaharuddin/Raja Bungkoh (1844-1848)
  • Sultan Hadi Jalaluddin (1848-1850)
  • Sultan Asyik Syarifuddin (1850-1863)
  • Sultan Salehuddin (1863-1869)
  • Sultan Adil Jalaluddin (1869-1881)
  • Sultan Bayanuddin (1881-1902)
  • Sultan Muhammad Aminuddin (1902-1960)

C. Ekonomi dan Sosial Kemasyarakatan

            Sumber daya alam di kawasan Sambaliung sangat melimpah terutama pada sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan. Pada zaman Raja Alam, Sambaliung ini menarik para pendatang dan mayoritas masyarakat pada waktu itu bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Dibidang sosial, Sambaliung terdiri dari berbagai macam suku diantaranya adalah Bugis, Dayak, Berau dan Bajau.  

D. Peninggalan Sejarah 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun