Mohon tunggu...
Muhammad Nur Hasan
Muhammad Nur Hasan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Muhammad Nur Hasan Mahasiswa Hukum Tata Negara Fakultas Syariah di Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Menulis bagiku suatu kebutuhan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran. Filsafat dan hukum menjadi genre keilmuan yang saya minati. Diskusi dan kajian adalah kegiatan yang menarik untuk mempertajam pola pikir kritis dan harus dilestarikan di lingkungan akademisi. Terus berproses dan mengembangkan kualitas intelektual menjadi fokus utama yang harus saya lakukan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjuangan "Karenanya Aku Menjadi Sadar"

3 Juli 2022   02:05 Diperbarui: 3 Juli 2022   05:59 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perjuangan "Karenanya Aku Menjadi Sadar"

Oleh : Muhammad Nur Hasan

Nursan dikenal anak yang nakal. Ia selalu membantah ketika dinasehati. Ia tinggal bersama nenek nya di sebuah gubuk yang terletak ditengah desa. Nursan ditinggal ibunya merantau jauh ke tanah timur sejak berusia 3 tahun. Ayahnya meninggal sejak ia masih berada dalam kandungan. Ia dibesarkan oleh seorang nenek yang sabar dan ikhlas dalam merawat serta mendidiknya. Neneknya bernama Rumi. Sosok yang penuh cinta dan kasih sayang kepada cucunya. Walaupun Nursan adalah anak yang nakal tapi nenek Rumi sabar dan  kuat dalam mengasuh Nursan.

"Kukuruyuuukk"

Ayam berkokok menandakan pagi akan tiba. Tepat jam 04:00 nenek Rumi membangunkan Nursan untuk shalat subuh berjamaah di Masjid.

"Nak, Nursan ayo bangun sudah subuh, waktunya shalat" Kata Nenek Rumi dengan mengelus kaki Nursan.

"Isshhh". Jawab Nursan sambil tangannya menyingkirkan tangan nenek Rumi yang mengelus tadi.

"Ayo nak shalat, udah waktunya shalat". Bujuk nenek Rumi lagi kepada Nursan.

Karena Nursan merasa terganggu dengan tindakan nenek Rumi yang tak berhenti membangunkannya, akhirnya Nursan pasrah dan bangun dari tidurnya untuk pergi ke masjid melaksanakan shalat subuh.

Setelah shalat subuh, Nursan kembali ke kamar untuk melanjutkan tidurnya lagi. Nenek Rumi mulai mempersiapkan segalanya, seperti menyapu halaman dan memasak untuk sarapan.

Berhubung hari minggu, sekolah Nursan libur. Ia berencana untuk bermain sepeda dengan teman-temannya. Sebelum berangkat bermain Nursan minta uang kepada neneknya.

"Nek, minta uang buat beli jajan". Ujar Nursan didepan neneknya.

"Nenek nggak punya uang san belum bayaran sama juragan Dito". Jawab nenek Rumi sambil menunduk.

"Katanya sayang sama cucunya, minta uang aja nggak dikasih". Jawab Nursan dengan wajah cemberut dan langsung pergi meninggalkan nenek Rumi.

 Oh iya, sebagai informasi nenek Rumi ini bekerja sebagai pencari barang rongsokan. Ia bekerja dari jam 06:00 pagi sampai Jam 17:00 sore.

Next ya.....

Karena Nursan nggak dikasih uang sama nenek Rumi, ia memiliki niatan untuk mencuri uang dari tabungan nenek Rumi yang ingin digunakan untuk pergi Haji. Ketika nenek Rumi pergi bekerja, ia masuk ke dalam kamar neneknya untuk mencari tabungan haji neneknya tersebut. Akhirnya ketemulah tabungannya dan Nursan mengambil semua tabungan tersebut tanpa sisa.

Di lain sisi, nenek Rumi sedang bekerja mengumpulkan barang rongsokan untuk dijual. Berjalan kaki menepaki jalanan yang sangat panas, keringat bercucuran , hal itu ia lakukan hanya untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari bersama cucunya tercinta. Sungguh luarbiasa perjuangan nenek Rumi ini.  Walaupun umur sudah menginjak 70 tahun, ia memiliki semangat untuk bertahan hidup.

Waktu menunjukkan pukul 17:00, nenek Rumi sudah sampai rumah. Ia langsung bergegas membersihkan diri setelah seharian mandi keringat mencari barang rongsokan. Pada waktu itu nenek Rumi belum tau kalau uang tabungan hajinya diambil cucunya.

Singkat cerita, ketika Nursan bermain dengan teman-temannya terjadi peristiwa yang tidak diinginkan. Dimana Nursan mengalami kecelakaan dan harus di rawat di Rumah Sakit. Akibat dari kejadian ini, Nursan harus dioperasi dan pastinya membutuhkan biaya yang banyak. Dari sini nenek Rumi baru tau, kalau uang tabungan hajinya telah hilang dan ia belum tau kalau yang mengambil adalah cucunya sendiri yaitu Nursan.

Karena kondisi yang terdesak demi nyawa sang cucu, nenek Rumi rela menjual satu ginjalnya untuk membiayai operasi cucunya. Setelah Nursan selesai dioperasi, ia kembali sadar dari masa kritisnya. Nursan belum tau kalau biaya operasinya itu dari pengorbanan sang nenek dengan cara menjual ginjal. Setelah beberapa hari dari kesembuhan cucunya, nenek Rumi sakit parah dan pada akhirnya nyawanya tidak bisa tertolong. Tak berselang lama ada seseorang mendatangi Nursan dan berkata

"Nak, kamu cucunya nenek Rumi?". Ujar orang itu.

"Iya betul pak, ada apa ya?". Jawab Nursan dengan muka sedih.

"Kamu ingat ketika kamu di rumah sakit? ketika kamu kritis dan harus dioperasi dengan biaya operasi yang sangat banyak, perjuangan nenekmu sangat luarbiasa, ia rela menjual ginjal demi menyelamatkan nyawamu, sebelum nenek Rumi meninggal, ia memberikan wasiat untuk disampaikan kepadamu sebagai cucu tersayang nenek Rumi. Ingat !!! nenek Rumi sangat sayang kepadamu, ia ingin kamu untuk berubah menjadi lebih baik, ia ingin kamu untuk terus melakukan kebaikan, untuk terus beribadah kepada Allah , dan yang terpenting jangan lupa doakan nenekmu itu."   Ujar orang itu dengan nada yang sedih.

Air mata pun tidak bisa terbendung, Nursan kembali membayangkan perjuangan nenek Rumi. Dari menyiapkan sarapan, bekerja membanting tulang untuk makan dan lain-lain. Namun, apa yang ia berikan ke nenek Rumi sangat jauh berbeda dengan perbuatan nenek Rumi kepadanya. Ia mencuri tabungan nenek Rumi, Ia membantah setiap perkataan nenek Rumi. Dia sungguh menyesal, karena nenek yang sangat berjasa dalam hidupnya telah tiada.  

Hal itu membuat Nursan merasa sangat bersalah, karena perbuatannya nenek Rumi harus menjual ginjal. Karena perbuatannya nenek Rumi harus merasakan pahitnya dunia. Karena perbuatannya nenek Rumi harus pergi untuk selamanya......

Semoga dari cerita di atas kita bisa mengambil hikmahnya. Selagi kita punya orang yang berjasa di hidup kita. Ntah itu orang tua , sahabat, kakek ataupun nenek. Jangan sampai kita melukai hati mereka. Karena do'a mereka, perjuangan mereka, dan hadirnya mereka dalam hidup kita, membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik sampai saat ini.

Sekian dan terimakasih.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun