E-mail adalah barang mahal dan berharga. Saking berharganya, e-mail disimpan rapi di tempat yang tak terlihat oleh siapa pun. Ibarat cincin emas, kalung, atau perhiasan mahal lainnya. Selalu disimpan rapat-rapat biar tak terlihat. Toh, perhiasan mahal itu tidak setiap hari dipakai. Berbeda dengan baju, yang setiap saat dipakai kemana pun dan di manapun kita berada.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Hingga berbulan-bulan. Suatu ketika, ada SMS dari saudara di luar kota. Bunyinya begini: "Ibu, saya mau mengirim dokumen, minta alamat e-mailnya ibu"
Gubrak... whaduh, e-mailnya di mana ya. Sang e-mail yang dulu disimpan rapat-rapat dicari kembali. Karena mahalnya harga e-mail, lupa di mana naruh e-mail tersebut. Jalan terakhir adalah bertanya ke sana kemari. Sang operator komputer di sekolah jadi sasaran pertanyaan, "Mas, saya mau tanya, e-mail saya dulu ada di mana ya. .. "
"Ckx$7888&&2@@" Bingung sang operator mendapat pertanyaan seperti ini. "Lha ada apa to bu?
"Ini lho anak saya di luar kota mau mengirim dokumen. Katanya mau dikirim lewat e-mail. Padahal saya lupa alamat e-mail saya. Minta tolong dibantu ya, mas"
"Lha alamat e-mailnya apa bu?"
"Saya juga lupa, dulu saya catat di buku. Lha buku catatan saya itu hilang"
"Ya, sudah ibu buat e-mail lagi saja."
"Oh, gitu ya, caranya gimana mas?" Si ibu itu benar-benar tidak tahu cara membuat e-mail. Sehingga meminta bantuan sang operator untuk membuat e-mail.
"Begini bu, ibu pilih pakai Yahoo apa Gmail?"
"Wah, saya ndak mudeng mas. Terserah mas saja deh."
"Ya, sudah saya buatkan pake Yahoo ya bu."
Sang operator ini memang memiliki e-mail dari Yahoo. Jadi dia lebih familiar dengan Yahoomail. Mulailah si Mas ini membuka laptop dan menekan keyboard wewewe dot ye a ha o o dot com.
"Ini, bu, sudah saya buka Yahoo nya. Silakan dibuat e-mailnya. Ikuti saja petunjuknya."
"Terus ini gimana caranya?"
"Klik saja Mail"
"Yang mana mas"
"Itu di pojok, bu."
"Terus kalau sudah begini diisi apa mas"
"Ya, silakan diisi alamat e-mail yang ibu inginkan."
-============-
Sepuluh menit kemudian.
-============-
"Nah, bu, alamat e-mailnya sudah jadi. Alamatnya ini blablablabla @yahoo.com. Silakan dicatat"
"Ya, terima kasih mas. Semoga tidak hilang. Lha terus biar e-mail tidak hilang caranya gimana."
"Ya, harus selalu dibuka, bu. Biar e-mailnya aktif terus. Biasanya kalau untuk Yahoo itu jika lebih dari 6 bulan tidak aktif. Ya, sering-sering saja dibuka e-mailnya."
"Oh begitu ya."
============
Mendengar pembicaraan itu dari kejauhan, tiba-tiba saya ingat sesuatu. Si Ibu ini kan punya WhatsApp. Berarti dia punya Smartphone. Lalu, saya menghampiri ibu dan bertanya. "Lho, panjenengan kan punya HP Android to bu?"
"Lho, saya ndak tau, pak."
"Lha, ibu kan punya Whatsapp. Itu pakai HP apa? Android kan. Bukankah di situ ada Gmail? Kan bisa setiap hari aktif e-mailnya lewat HP itu. Kalau panjenengan pakai gmail lebih enak, karena sudah terintegrasi langsung dengan HP njenengan."
"Lho, HP saya kan jelek pak. Apa bisa buat e-mail"
"Coba saya lihat HP nya."
"Ini, pak HP saya."
Saya lihat Smartphone nya bermerk S**s*n* dengan Android Jelly Bean. Hmm, saya hanya mbatin, HP kayak gini dibilang jelek. Katanya tidak bisa dibuat e-mail. Dibanding HP punyaku saja, ini jauh lebih canggih.
"Lho, ini kan bisa bu, buat aktifkan e-mail terus. Ibu, tidak harus buka e-mail di laptop. HP ini kan selalu di tangan. Lha, njenengan kan punya WA pakai HP ini. Sudah gabung ke grup WA sekolah kita juga. Masak HP nya tidak bisa buat mbuka email. Ini sangat bisa bu. Ini lho ada aplikasi Gmail." Kata saya sambil menunjukkan Gmail di layar HP Androidnya. "Sebentar saya cek, alamat e-mailnya."
Setelah saya buka, ternyata memang sudah ada alamat e-mail. "Ini lho, bu. Kan sudah ada e-mailnya. Itu e-mail siapa?"
"Oh, lha itu nama anak saya. Lha dulu itu yang mbenerin kan anak saya. Lha terus, saya harus gimana ini."
Tanpa pikir panjang, saya bertanya pada ibu. "Lha ibu sudah punya e-mail di Gmail belum?"
"Belum, pak. Saya baru saja tadi dibuatkan pakai Yahoo"
"Kalau begitu, ibu buat saja e-mail di Google, nanti biar bisa dimasukkan di aplikasi Gmail di Android ibu ini. Biar setiap hari selalu aktif. Jadi kalau ada apa-apa, e-mail tetap aktif. Bisa langsung dilihat lewat HP Android ini."
"Lha terus gimana caranya, pak."
"Baiklah, sekarang ibu buka saja laptop ibu. Lalu tekan google [dot] com. Nanti saya pandu buat e-mailnya."
Si Ibu mulai membuka browser di laptopnya. Browser berlogo hijau kuning merah menjadi pilihannya. Setelah browser tertampil di layar laptopnya. Si ibu bertanya. "Terus gimana, pak?"
"Ibu tekah saja Gmail. Di sebelah sini bu." Kata saya sambil menunjukkan layar laptop.
==========
Sepuluh menit kemudian
==========
"Nah, bu. Sekarang e-mailnya sudah jadi. sekarang bisa dimasukkan di HP." Begitu kata saya.
"Caranya gimana, pak?"
"Bentar, bu. Ini saya masukkan."
Saya pun menge-cek kembali aplikasi Gmail-nya, bermaksud ingin menambahkan e-mail yang baru saja dibuat. Betapa terkejutnya saya, ternyata di situ sudah ada 2 akun e-mail. Satu akun atas nama anaknya yang menjadi akun utama. Sementara, ada akun lain atas nama si ibu tersebut. Padahal, baru saja e-mailnya dibuat. Eh, ternyata di HP nya sudah ada e-mail lain atas nama ibu tersebut.
"Lho, bu. Ini kan sudah ada e-mail ibu di sini."
"Lho, apa iya, pak?"
"Ini, lho bu."
"Oh, itu dulu yang buatkan anak saya. Saya malah tidak tahu caranya."
"Ya, sudah, kalau begitu e-mail ini saja yang dipakai bu. Ini kan sudah aktif di HP. Tinggal disinkronisasi saja. Jadi, selama HP nya masih digunakan. Insya Allah e-mailnya selalu aktif. Kalau suatu saat diminta untuk menuliskan alamat e-mail. Ibu tinggal menuliskan email yang ada di HP ini. Jadi tidak perlu repot-repot buat email lagi."
Masak iya, setiap hari harus buat e-mail baru.
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H