Mohon tunggu...
Muhammad Nauval
Muhammad Nauval Mohon Tunggu... Perawat - Perawat | Aceh Tulen

Pecinta Kopi Hitam Tanpa Gula

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengenal Eccedentesiast, Senyuman Palsu untuk Menutupi Kesedihan

27 Oktober 2023   19:31 Diperbarui: 28 Oktober 2023   11:41 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menutupi kesedihan dengan senyuman, sumber [Hipwee]

"Tersenyumlah dan tidak ada yang akan melihat betapa hancurnya dirimu di dalam."

Pernahkah kalian melihat orang yang tampak selalu bahagia? Orang yang selalu menghiasi diri dengan senyuman setiap harinya. Saya kira pasti ada orang-orang seperti ini di sekeliling kita, atau mungkin kalian sendiri pernah mengalaminya?

Apakah kalian pernah penasaran pada orang-orang yang selalu tampak bahagia dan tersenyum ceria setiap harinya? Pernah tidak kalian curiga, mungkinkah apa yang dia perlihatkan jauh berbeda dengan fakta sebenarnya?

Normalnya adalah apa yang kita perlihatkan setiap harinya adalah cerminan dari apa yang sedang kita rasakan. Misalnya ketika ada perasaan sedih, kecewa dan marah, pasti ada perubahan pada sikap kita. Karena hal itu akan mempengaruhi mood dan membuat sikap kita berbeda. Hal semacam ini memang wajar dan sangat normal.

Namun, apakah ada orang yang melakukan hal sebaliknya? Ketika sedang sedih, kecewa atau sedang marah malah masih terlihat bahagia dan tersenyum ceria? jawabannya ada. Hal ini dinamakan dengan istilah eccedentesiast. 

Senyuman Palsu, Sumber [BERNAS.id]
Senyuman Palsu, Sumber [BERNAS.id]

Mengenal Eccedentesiast

Eccedentesiast adalah istilah yang mempunyai arti senyum palsu. Ketika seseorang gemar menutupi kesedihannya dengan senyuman. Apa yang sedang dia rasakan, sedih dan kecewa dia tidak biarkan hal itu jadi konsumsi orang-orang di sekitarnya. Dia simpan dan kunci rapat-rapat dalam relung hatinya yang paling dalam.

Fenomena ini relate kan dengan keadaan kalian? Rasanya pasti setiap dari kita pernah mengalami dan melakukan hal ini. Ingin semuanya baik-baik saja. Padahal hati dan perasaan kita sedang remuk oleh berbagai keadaan.

Dengan menyembunyikan perasaan sedih, orang-orang banyak yang tidak menyadari kalau kita sebenarnya sedang tidak baik-baik saja. Namun, jika teman-teman kalian jeli, ada beberapa karakteristik yang bisa menandakan kalau kalian ini sedang tidak baik-baik saja.

Pertama, Perubahan Pola Makan

cnn-indonesia-653ba6c3110fce7ec432afd2.jpeg
cnn-indonesia-653ba6c3110fce7ec432afd2.jpeg
Perubahan pola makan, Sumber [CNN Indonesia]Karakteristik atau ciri yang pertama adalah kehilangan atau perubahan pola makan. Seseorang yang biasanya makan sehari tiga kali, ketika sedang mengalami perasaan sedih pola makannya juga akan ikut terganggu.

Ada juga yang malah kehilangan nafsu makan. Banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur dan melamun tidak jelas. Namun, ketika dia berada dalam lingkungan teman-temannya, dia tetap berusaha untuk ceria.

Kedua, Perubahan Kebiasaan Tidur

alodokter1-653ba74684a6cc18ac684a22.jpg
alodokter1-653ba74684a6cc18ac684a22.jpg
Pola tidur terganggu, Sumber [Alodokter]Karakteristik selanjutnya adalah perubahan pada kebiasaan tidur. Orang dengan perasaan sedih akan cenderung lebih sering begadang. Bukan tidak mau tidur, namun justru tidak bisa tidur. Orang tersebut biasanya overthinking memikirkan sesuatu hal yang justru semakin memperburuk keadaannya.

Ketiga, Terlihat ada Perasaan Tidak Berguna

Maksud perasaan tidak berguna di sini adalah, orang dengan perasaan sedih, kecewa dan sebagainya itu sering memiliki perasaan yang seharusnya tidak ia pikirkan. 

Misalnya overthinking pada sesuatu hal yang tidak jelas. Takut pada hal yang belum pasti terjadi. Perasaan-perasaan tidak berguna ini kemudian menjadi penguat sedih pada dirinya.

Keempat, Kehilangan Minat dalam Aktivitas yang Disenangi

Kemudian yang terakhir adalah kehilangan minat pada beberapa aktivitas yang ia senangi. Misal jika ia dulunya suka olahraga, karena kesedihan ini, minatnya untuk berolahraga jadi berkurang. Kalau diajak pasti selalu ada alasan untuk tidak ikut.

Meskipun dengan ciri atau karakteristik di atas, orang dengan eccedentesiast selalu berusaha untuk tampak ceria di hadapan banyak orang. Dia berusaha menutupi perasaan sedih itu semaksimal mungkin. Hingga tidak ada satupun orang yang menyadari jika ia sebenarnya sedang tidak baik-baik saja.

Menjadi seorang eccedentesiast sebenarnya itu adalah pilihan hidup. Kita bisa memilih mau menjadi seorang eccedentesiast atau tidak. Kenapa saya katakan pilihan? Karena eccedentesiast itu kita yang ciptakan sendiri. Itu tidak lahir secara tiba-tiba. Ada beragam alasan bagi seseorang memilih menjadi eccedentesiast.

Pertama, Takut Terlihat Lemah

Alasan pertama adalah takut terlihat lemah. Kalian pasti pernah sok kuat padahal nyatanya tidak seperti itu. Belum lagi ketika menceritakan hal yang kita alami, tanggapan orang itu berbeda-beda. Ada yang menyepelekan, "ah, itu aja pun, lemah kali kok."

Tanggapan seperti inilah yang kemudian membuat kita tidak mau terlihat lemah. Dan karena itu pula akhirnya kita menampakkan sikap yang jauh berbalik dengan keadaan kita sebenarnya.

Kedua, Menjaga Profesionalisme

pngtree-653ba79884a6cc280e0aa4f2.jpg
pngtree-653ba79884a6cc280e0aa4f2.jpg
Menjaga Profesionalisme, Sumber [Pngtree]Alasan kedua adalah menjaga profesionalisme. Ini biasanya dilakukan oleh orang yang bekerja di bidang pelayanan. Pekerjaan yang berhadapan dan berinteraksi langsung dengan orang-orang.

Pekerjaan lah yang memaksa kita untuk terus terlihat bahagia. Bisa Anda bayangkan bagaimana ada seorang resepsionis hotel terlihat murung ketika sedang menyambut tamu. 

Pasti hal itu akan berdampak buruk pada hotel tempat kita bekerja. Akan membuat tamu menjadi tidak nyaman. Meski memang berat, namun nyatanya alasan menjaga profesionalisme bisa menjadikan seseorang eccedentesiast. Terpaksa tersenyum meski tidak mau tersenyum.

Ketiga, Takut Membebankan Orang Lain

Takut membebani orang lain, Sumber [Beuatynesia]
Takut membebani orang lain, Sumber [Beuatynesia]

Kita terkadang merasa kalau masalah kita ya cukup kita saja yang tahu. Orang lain tidak perlu ikut campur. Yang ada malah membuat mereka ikut terbebani dengan masalah kita. Hal itu tentu membuat perasaan kita menjadi semakin tidak tenang.

Takut membebani orang lain merupakan salah satu alasan kenapa orang mau memilih menjadi eccedentesiast. Cukup aku, cukup hati ini saja yang sedih. Masalahku, biarkan aku yang tanggung sendiri.

Keempat, Adanya Perasaan Malu

Kemudian alasan lainnya adalah merasa malu. Stigma ini masih melekat pada diri lelaki hingga sekarang. Menangis karena permasalahan atau menunjukkan rasa sedih bagi seorang lelaki itu adalah sebuah aib.

Tidak laki, jadi lelaki kok cengeng. Ungkapan seperti ini membuat lelaki jarang menampakkan perasaan sesungguhnya. Padahal lelaki boleh kok sedih, dibolehkan juga untuk menangis. Justru anggapan bahwa lelaki lemah kalau menangis itu yang salah.

Hal ini jika terus dipendam bahkan bisa membuat kesehatan mental seseorang menjadi memburuk. Tidak ada salahnya jika ingin menangis, justru hal itu setidaknya bisa membuat perasaan kita menjadi lebih baik.

Menjadi Eccedentesiast Apakah Baik?

Menutupi kesedihan dengan senyuman, sumber [Hipwee]
Menutupi kesedihan dengan senyuman, sumber [Hipwee]
Seperti yang telah kita uraikan diatas, eccedentesiast merupakan senyum palsu. Tentu saja senyuman adalah hal bagus. Senyum bisa membuat perasaan kita menjadi lebih baik. 

Bisa menebarkan hal-hal positif untuk lingkungan sekitar kita. Namun, kata "palsu" inilah yang menjadi masalahnya. Sesuatu yang palsu itu banyak tidak bagusnya. Ada hal negatif di dalam kata tersebut.

Menjadi eccedentesiast karena alasan profesionalisme bisa jadi itu sebuah hal yang bagus. Namun terus-menerus menampakkan senyum palsu rasanya kita juga sedang membohongi diri kita sendiri.

Terus-menerus menjadi eccedentesiast akan membuat kita terbiasa untuk menghindar, semakin merasa sedih, perasaan kita tertekan dan parahnya adalah masalah kita tidak pernah selesai. Malah makin panjang dan sialnya kita terlarut di dalam kesedihan tersebut.

Bagi kalian yang sedang dalam fase ini, berani dan jujurlah pada perasaan kalian sendiri. Harus biasakan jujur pada perasaan sendiri. Apa yang sedang kita alami, jangan terus dipendam dan memperlihatkan kepalsuan kepada orang lain.

Sesungguhnya eccedentesiast itu hanyalah kesedihan yang kita balut dengan senyuman. Hal itu tidak sepenuhnya salah jika kita lakukan. Namun, kamu juga tidak bisa selamanya menjadi eccedentesiast. Itu akan merusak kesehatan mentalmu dan kamu akan hidup dalam kepalsuan.

Semoga Bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun