Karena ada saatnya untuk menjauh sejenak, dan ada saatnya juga untuk benar-benar menghilang.
Kadangkala kita merasa bahagia dalam hidup, terkadang  juga lelah. Banyaknya tuntutan hidup, ekspetasi yang terlalu tinggi pada sebuah hal serta tekanan dari  banyak hal. Mulai dari pekerjaan, gaya hidup serta orang-orang terdekat membuat kita berpikir untuk menjauh untuk sejenak saja. Terkadang kita juga ingin pergi menghilang untuk selamanya.
Saya yakin, hampir semua orang pasti pernah berada di fase ini. Ingin menghilang serta menjauh. Berharap adanya fase jeda atau bahkan berharap adanya mesin waktu agar bisa kembali ke masa dimana semuanya masih baik-baik saja.
"Andai saja ada mesin waktu, aku ingin kembali dan memulainya kembali, andai saja ".
Banyak hal terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Pekerjaan, kehidupan rumah tangga, atau bahkan kehidupan sosial. Semua terjadi di luar kendali kita. Ingin memperbaiki semuanya, namun kita terlalu lelah untuk itu.
"Tuhan, tolong bawa aku kemana saja. Aku tidak ingin berada disini, aku ingin menjauh dan menghilang Tuhan".
Fenomena seperti ini sering kita lihat. Banyak orang mengeluh karena lelahnya kehidupan. Namun, nyatanya semua hal tersebut tetap harus dijalani dan dihadapi.
Meski sebenarnya fenomena seperti ini sudah mulai ada solusinya, misalnya di Jepang. Ada istilah Jouhatsu, mempunyai arti penguapan atau kelenyapan. Istilah ini merujuk pada orang-orang di Jepang yang menghilang tanpa jejak dari kehidupan mapan mereka dengan sengaja.
Jouhatsu, Menghilang Tanpa Jejak
Istilah ini mulai muncul pada tahun1960-an. Saat itu, konteks ini digunakan pada orang-orang yang melarikan diri dari pernikahan yang tidak bahagia ketimbang menjalani perceraian secara formal.
Ketika kejatuhan ekonomi Jepang pada tahun 1990-an. Fenomena jouhatsu semakin banyak bersamaan dengan peningkatan jumlah kasus bunuh diri.
Beberapa alasan terjadinya peningkatan jouhatsu dan bunuh diri adalah karena saat itu banyaknya karyawan yang dipecat dan tidak mendapatkan pekerjaan. Karena memang Jepang sangat dikenal dengan budaya kerja kerasnya. Terlebih kurangnya dukungan dari keluarga serta aib bagi masyarakat Jepang jika dipecat dari Perusahaan membuat angka Jouhatsu semakin meningkat.
Alasan lainnya adalah karena sudah terlilit hutang. Depresi dan juga kecanduan serta rasa ingin terisolasi adalah alasan lainnya masyarakat Jepang memutuskan untuk menjadi Jouhatsu.
Yonige-ya, Jasa untuk Melakukan Jouhatsu
Untuk menjadi Jouhatsu, ada bisnis yang menawarkan jasa untuk membantu orang-orang Jouhatsu. Sebutannya adalah Yonige-ya yang mempunyai arti toko pelarian di malam hari.
Tempat-tempat ini mudah di akses karena mempunyai situs web sendiri. Ada juga yang melakukan jouhatsu tanpa menggunakan yonige-ya. Itu semua tergantung pada  pilihan masing-masing. Karena jasa yonige-ya juga mempunyai tarif yang harus dibayarkan setiap kali membantu mereka Jouhatsu.
Menjadi jouhatsu berarti meninggalkan semua hal di masa lalu. Mulai dari pekerjaan, tempat tinggal, bahkan identitas. Tak sedikit pula yang melakukan operasi wajah karena ingin menghilang tanpa jejak. Jouhatsu merupakan cara untuk orang-orang memulai kehidupan barunya.
Orang-orang yang melakukan jouhatsu bisa menghilang bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun lamanya. Jouhatsu merupakan definisi menghilang dari bumi tanpa harus mati.
Para Jouhatsu akan hidup dengan identitas baru, lingkungan baru serta pekerjaan baru. Mereka tidak enggan hidup dan melupakan semua masa lalu dan cenderung merasa bahagia dengan pilihan mereka.
Dewasa ini mengajarkan bahwa bunuh diri bukanlah pilihan untuk mengakhiri semua persoalan hidup. Adakalanya kamu hanya perlu menepi sejenak dari hiruk pikuk pekerjaan yang toxic, atau bahkan hubungan yang tidak sehat. Lalu kembalilah dengan awal yang baru.
Meski begitu, menjadi jouhatsu juga bukan pilihan yang baik. Ada masanya kamu memang harus mengatasi semua persoalan hidupmu dengan tegak, bertanggungjawab atas diri sendiri, dan menyelesaikan semuanya secara pelan-pelan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H