Dalam catatan sejarah, Aceh merupakan daerah pertama masuknya islam di Nusantara. Maka tidak heran banyak sekali adat istiadat Aceh hingga sekarang masih cukup kental dengan islam. Adat Aceh menyatu dengan syariat islam dan menjadi sebuah hal yang masih dijaga sampai sekarang.
Banyak sekali adat Aceh yang terkesan unik dan cukup bagus jika terus dipertahankan. Misalnya adat memasak ie bu kanji  saat Ramadan. Nah jika bicara soal adat yang satu ini, maka sudah semestinya kita jelaskan secara lebih rinci dan lengkap, mari langsung saja kita bahas.
Ini merupakan bagian dari nostalgia saya saat masih kecil ketika Ramadan. Momen masa kecil memang sangat dirindukan oleh banyak orang. Banyak sekali kenangan yang dirindukan. Jika ditanya, saya pribadi juga ada kenangan masa kecil yang cukup saya rindukan hingga saat ini yaitu antri untuk mengambil ie bu kanji saat Ramadan di Masjid.
Ie bu kanji atau kanji rumbi merupakan masakan yang dimasak khusus pada bulan Ramadan di setiap Masjid maupun Meunasah di Aceh. Ini merupakan bagian dari adat Aceh ketika datangnya bulan Ramadan. Aceh dikenal dengan berbagai perayaan kendurinya hampir setiap bulan di tengah masyarakat.Â
Dalam Almanak Aceh (Kalender) nama setiap bulan semuanya diubah ke dalam Bahasa Aceh. Penamaan setiap bulan itu ditandai dengan adanya kenduri, termasuk kenduri ie bu kanji pada bulan Ramadan.
Saya akan menceritakan sedikit mengenai adat memasak kanji rumbi saat Ramadan di kampung halaman saya yaitu Kabupaten Pidie. Karena adat di Aceh cukup beragam, setiap Kabupaten yang ada di Aceh punya adat sendiri termasuk dalam memasak ie bu kanji saat Ramadan.
Sedekah untuk Sedekah
Kenapa disebut sedekah untuk sedekah ? biasanya biaya memasak kanji rumbi ini disedekahkan oleh masyarakat kepada panitia Masjid maupun Meunasah. Kemudian ada juga masyarakat yang memberikan sedekah berupa ayam atau udang untuk dijadikan bahan tambahan memasak kanji rumbi.
Biaya memasak ini juga di ambil dari uang sewa tanah sawah Masjid yang disewa oleh masyarakat. Tidak ada yang perlu ditakutkan terkait soal biaya memasak ini, karena pada bulan yang istimewa ini banyak sekali orang yang gemar bersedekah.
Proses memasak kanji rumbi tidak memakan waktu yang lama. Namun berbeda jika dimasak ketika bulan Ramadan. Karena ini dimasak dalam jumlah yang besar, biasanya akan dimasak satu atau dua "beulangoeng tanoh" atau wajan berukuran besar.
Maka proses memasaknya pun membutuhkan waktu yang lama. Mulai dari persiapan hingga proses pembagian nantinya. Persiapan dimulai pada pukul 15.00 WIB, memotong bawang merah, membersihkan ayam atau udang, menyalakan api karena biasanya tidak dimasak memakai kompor gas melainkan dengan kayu bakar.
Setelah semua persiapan selesai. Proses memasak kanji pun dimulai. Memasak kanji ini dilakukan secara gotong royong. Pemuda kampung baik yang terlibat dalam kegiatan Masjid atau tidak, semuanya ikut membantu.
Nostalgia Masa Ramadan
Setelah kanji selesai dimasak, kemudian oleh panitia Masjid memberi pengumuman untuk masyarakat agar datang untuk mengambil kanji yang telah dimasak. Inilah salah satu momen yang sangat saya rindukan. Ketika saya kecil, di awal tahun 2000-an saya sering datang ke Masjid untuk antri mengambil kanji rumbi.
Karena memang biasanya yang mengantri ini adalah anak-anak. Datang dengan membawa satu gayung besar yang kemudian nanti akan di isi penuh dengan kanji rumbi oleh panitia. Menariknya, memasak kanji rumbi bukan hanya dilakukan satu hari saja melainkan setiap harinya selama bulan Ramadan.
Kanji rumbi ini juga disajikan di dalam masjid diperuntukkan untuk masyarakat yang berbuka puasa disana. Momen-momen ini sekarang sudah sangat jarang saya temui di perantauan. Tradisi seperti ini sudah mulai tergerus dan mulai sedikit memudar mengikuti zaman yang modern ini.
Maka sudah semestinya kita sebagai generasi muda mulai menggerakkan kembali adat-adat yang seperti ini. Karena ini merupakan adat yang baik dan tidak merugikan orang lain. Besar harapan jika adat ini terus dijaga, bukan hanya adat memasak ie bu kanji selama Ramadan, melainkan termasuk semua adat lainnya.
Muhammad Nauval
Aceh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H