Mohon tunggu...
Muhammad Nauval
Muhammad Nauval Mohon Tunggu... Perawat - Perawat | Aceh Tulen

Pecinta Kopi Hitam Tanpa Gula

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengenal PTSD, Gangguan Pasca Trauma yang Mengancam Kesehatan Mental

1 Februari 2023   06:30 Diperbarui: 2 Februari 2023   00:05 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Traumamu bukan salahmu, tetapi penyembuhan adalah tanggung jawabmu.”

Kita tentu sering melihat dan mendengar banyak sekali orang yang mengaku trauma pada sebuah peristiwa. Perasaan trauma ini akan menimbulkan rasa kecemasan yang berlebihan bagi orang tersebut. Namun, seperti kutipan di atas, sebenarnya trauma itu bukanlah salahmu, namun penyembuhan dari rasa trauma adalah tanggungjawabmu. Kamu harus mampu sembuh dari rasa trauma tersebut.

Saya ingat beberapa hari yang lalu pernah mengobrol dengan salah satu teman, dia mengaku pernah trauma tidak berani lagi membawa sepeda motor karena ketika masih duduk di bangku SMP dia pernah mengalami kecelakaan. Hal tersebut membuat dia trauma hampir beberapa tahun lamanya. Namun, beruntungnya dia bisa sembuh dari trauma tersebut, dan sekarang dia sudah mulai terbiasa lagi membawa sepeda motor.

Dari kejadian tersebut saya menyimpulkan, jika trauma ini memang bisa disembuhkan. Seberat apapun itu, jika memang dia menemukan dukungan dan juga lingkungan yang tepat, lambat laun trauma tersebut pasti akan mampu disembuhkan.

Post Traumatic Stress Disorder, Sumber: SehatQ
Post Traumatic Stress Disorder, Sumber: SehatQ

Kita tentu pernah mendengar istilah PTSD, merupakan singkatan dari Post-traumatic stress disorder. Ini adalah gangguan stres pascatrauma yang muncul setelah seseorang mengalami sebuah kejadian yang tidak mengenakkan dan bersifat traumatis.

PTSD adalah sebuah gangguan mental yang disebabkan karena trauma yang dibiarkan terlalu lama. 

Beberapa kasus yang bisa mengakibatkan PTSD misalnya seperti korban perang, kecelakaan, bencana dan juga pelecehan seksual. 

Begitu, tidak semua korban perang ataupun kecelakaan dan sebagainya masuk dalam kategori PTSD, ada beberapa kriteria yang harus ditinjau sebelum memutuskan seseorang masuk PTSD apa tidak.

Penyebab PTSD

PTSD bisa muncul ketika seseorang mengalami sebuah kejadian yang bersifat traumatis. Bullying juga termasuk salah satunya. Kita bisa melihat bagaimana dampaknya ketika seorang anak terus menerus di bulli oleh temannya. Dia menjadi anak yang pendiam, penakut dan parahnya hingga menyebabkan gangguan mental.

Beberapa penyebab lainnya juga seperti kekerasan fisik hingga penyakit yang mengancam nyawa. Namun, seperti yang sudah dijelaskan diatas, tidak semua penyebab tersebut bisa membuat seseorang masuk kriteria PTSD. 

Ada faktor lain yang mempengaruhi seperti riwayat gangguan mental pada keluarga, pengalaman yang tidak mengenakkan, dan kepribadian temperamen bawaan yang mudah tersulut emosi.

Ketiga hal tersebut adalah kondisi pendukung yang membuat seseorang dengan pengalaman masa lalu yang traumatis memasuki kriteria sebagai orang yang mengalami PTSD. Banyak sekali orang abai pada beberapa kondisi tersebut, jika dibiarkan itu akan menjadi sebuah bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

Kemudian selanjutnya yang perlu kita ketahui adalah mengenai faktor resiko PTSD. PTSD akan lebih beresiko pada orang yang mempunyai beberapa hal berikut.

Pertama, Kurang dapat Dukungan dari Keluarga dan Teman

Sumber: Alodokter
Sumber: Alodokter

Ini sering diabaikan oleh banyak orang. Setiap ada masalah semua orang pasti membutuhkan dukungan dari orang terdekat. Baik itu keluarga, teman dan sahabat. Dukungan itu perlu, apalagi dalam kondisi terpuruk karena trauma pada sebuah kejadian.

Kurangnya dukungan oleh keluarga dan orang terdekat akan mengakibatkan rasa trauma menjadi lebih buruk. Kita butuh orang untuk bercerita, meski tidak mendapat solusi setelah itu, namun dengan bercerita itu akan membuat perasaan sedikit lebih lega.

Dukungan yang dibutuhkan oleh orang yang mengalami PTSD adalah salah satunya dengan mendampingi mereka. Dengarkan semua keluh kesahnya, dan biarkan dia merasa nyaman dengan perlakuan dan perhatian kita. Beri dia motivasi dan jangan pernah mengungkit masa lalu yang bisa menimbulkan terbuka kembali kejadian traumanya. Biarkan dia perlahan melupakan dan mulai berdamai dengan dirinya sendiri.

Kedua, Menderita Gangguan Kecemasan

Faktor resiko yang kedua adalah orang yang mengalami ganggguan kecemasan. Orang dengan gangguan kecemasan biasanya akan lebih beresiko untuk mengalami PTSD. Hal ini disebabkan karena ada sebuah hal yang ia cemaskan dan takutkan.

Hal ini akan berpengaruh apabila kemudian ada yang memicu penyebab dari kecemasannya. Makanya orang dengan gangguan kecemasan akan lebih beresiko. Apalagi dia tidak punya cara mengatasi rasa kecemasan yang ia rasakan. Maka tentu hal tersebut akan sangat berbahaya.

Ketiga, Pernah Mendapat Pengalaman Traumatis Sebelumnya

Sumber: IDN TIMES
Sumber: IDN TIMES
Tidak semua orang yang mendapat trauma mengalami PTSD. Namun beberapa pakar menyebutkan, biasanya orang dengan trauma apalagi terkait dengan kasus pelecehan seksual atau kekerasan akan lebih beresiko untuk mengalami PTSD.

Orang dengan mengalami trauma biasanya akan sulit keluar dari rasa traumanya. Namun hal ini bukanlah sebuah hambatan jika ia ingin keluar dari masa sulitnya. Ada terapi yang bisa dipilih untuk mengatasi rasa traumanya. Membutuhkan waktu yang lama, dan besar harapan ada secercah harapan di dalamnya untuk berhasil.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, PTSD berhubungan dengan kejadian trauma pada masa lalu. Trauma ini kemudian menjadi bumerang pada diri mereka dan menjadi sebuah masalah dalam hidupnya.

Maka penting rasanya jika kita mengenal dan paham mengenai gejala apa saja yang terlihat pada penderita PTSD. 

Kita perlu paham, tujuannya adalah untuk mendeteksi sedini mungkin, karena tidak pernah tahu bisa saja ada gejala PTSD yang sedang kita alami saat ini. Lalu apa saja gejalanya?

Pertama, Ingatan pada Peristiwa Traumatis

Gejala pertama adalah ia akan ingat pada kejadian yang membuat trauma. Ingatan tersebut akan muncul apabila ada pemicunya. Misalnya dia pergi ke sebuah tempat pada kejadian yang membuat ia trauma, maka ingatan itu akan muncul kembali. Maka bisa kita lihat dia akan lebih sering menghindari tempat yang membuat ia trauma.

Ingatan itu bisa juga muncul dalam mimpi. Ia akan bermimpi buruk sepanjang tidurnya. Hingga ia mengalami gangguan tidur dan mengganggu kesehatannya.

Kedua, Kecenderungan untuk Mengelak

Gejala lainnya adalah ia akan lebih sering mengelak jika membahas sesuatu yang berkaitan dengan traumanya. Dia belum bisa berdamai dengan lukanya. Dia akan memilih menghindari tempat yang membuatnya trauma.

Ketiga, Pemikiran dan Perasaan Negatif

Penderita PTSD suka berpikir negatif untuk dirinya sendiri. Ia merasa tidak mampu dan ingin menyerah pada keadaan. Perasaan dan pemikiran ini muncul jika traumanya itu kembali hadir di hadapannya. Dia juga lebih senang menyendiri dan tidak terbuka pada orang lain.

Dari tiga gejala diatas, apa kalian pernah mengalaminya? Nah, jika memang ada beberapa gejala yang muncul dan itu sudah mengganggu aktivitas Anda, maka saya sarankan untuk melakukan tiga hal berikut ini.

Pertama, Psikoterapi 

Sumber: Halodoc
Sumber: Halodoc

Ada beberapa metode yang dapat dilakukan, salah satunya dengan psikoterapi. Biasanya dokter akan melakukan terapi yang berbeda tergantung seberapa parah PTSD yang Anda alami.

Pada tahapan psikoterapi Anda akan diajarkan bagaimana mengendalikan diri dan mengontrol pikiran jika ingatan trauma muncul tiba-tiba. Nanti Anda juga diajarkan cara mengolah pikiran negatif menjadi positif dan berguna untuk penyembuhan Anda.

Kedua, Obat-obatan

Sesuai dengan arahan dokter, jika PTSD dan keadaan Anda sudah semakin parah. Maka langkah selanjutnya adalah menggabungkan psikoterapi dengan obat-obatan. Tujuannya juga sama, hal ini untuk mencegah PTSD Anda semakin memburuk dan diharapkan Anda mampu mengatasi PTSD dengan baik dan cepat.

Ketiga, Sering Sharing

Sumber: Alomedika
Sumber: Alomedika

Dalam menghadapi sebuah permasalahan, terkadang ada hal remeh sering kita abaikan yang sebenarnya itu bisa mengurangi atau bahkan bisa mengatas masalah kita, yaitu sharing. Kita lupa jika sharing sebenarnya bisa menyelesaikan masalah, bahkan dalam kasus PTSD ini.

Kita bisa mengakali, buatlah sebuah program sharing session. Lakukan hal ini dan beri ruang untuk penderita PTSD berbagi kisah disini. Hargai dia saat sedang berbicara, dengarkan, dan perlahan masuk ke dalam permasalahan untuk menawarkan solusi.

Lakukan ini secara berulang. Jangan hanya sekali dua kali saja. Biarkan ia berbagi beban yang ia rasakan. Jika memang cara ini tidak sepenuhnya bisa menghilangkan rasa traumanya, tapi yakinlah setidaknya ada beberapa perubahan positif yang bisa ia dapat dengan langkah ini.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun