Kemudian ada juga oen Seunijuek (daun cocor bebek), yang digunakan hanya daunnya saja. Makna filosofis dari daun cocor bebek adalah melambangkan kesejukan. Lalu ada pula jeruk purut yang bermakna wangi.
Oen manek manoe (daun-daunan) dengan nama ilmiah Aerva Lanata, bermakna keramaian dan keindahan. Kemudian beras dan padi (Breuh pade) yang dimaksud sebagai lambang kehormatan.
Biasanya orang yang mempunyai hajat juga menyiapkan bu leukat (ketan) dan u mirah (kelapa merah) serta teupong taweue (tepung yang sudah dicampur air). Semua bahan tersebut diletakkan dalam nampan ditutup memakai tutup saji.
Jika semua bahan sudah terkumpulkan, barulah teungku melakukan prosesi peusijuek. Membaca doa dan mencipratkan air tepung pada calon pengantin maupun orang yang ingin berangkat haji sebagai tanda sahnya prosesi peusijuek.
Jika sudah selesai, biasanya pihak keluarga akan menyuguhi kue dan kenduri ala kadarnya untuk teungku.
Beginilah prosesi peusijuek yang dilakukan oleh masyarakat Aceh. Kehadiran ilmu etnobotani juga cukup berguna untuk masyarakat.Â
Hal itu diharapkan bisa membuat para generasi muda bisa memahami adat istiadat dengan menggunakan ilmu etnobotani sebagai rujukan.
Nyatanya ilmu etnobotani memiliki peranan yang cukup krusial dalam penerapan adat. Maka diharapkan agar masyarakat bisa menguasai hal tersebut dan berkontribusi dalam menjaga kelestarian adat yang ada.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!