Makanya kita sering melihat baik tanaman atau tumbuhan yang digunakan saat upacara adat berbeda-beda. Misalnya ketika upacara pernikahan, lamaran, turun tanah, upacara kematian hingga prosesi peusijuek.
Hal ini disesuaikan dengan makna simbolik dari setiap jenis tumbuhan dan tanaman tersebut. Kesesuaian pemilihan jenis tanaman dalam setiap upacara adat yang dilakukan sangatlah panting.Â
Meskipun memang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah makna yang terkandung dalam setiap pemilihan jenis tanaman yang digunakan.Â
Namun satu yang pasti, harapan terbaik sejatinya adalah yang diinginkan bagi mereka yang melangsungkan adat tersebut. Misalnya yang dipraktikkan dalam prosesi peusijuek berikut ini.
PeusijuekÂ
Peusijuek (tepung tawar) merupakan prosesi adat di Aceh yang masih sangat populer sampai saat ini.Â
Peusijuek biasanya dilakukan ketika seseorang mengawali atau ingin melakukan hajat besar. Misalnya ketika ingin berangkat menunaikan haji, menikah, membuka usaha, terlepas dari musibah dan lain sebagainya.
Peusijuek adalah prosesi awal setiap ingin melakukan sebuah kegiatan yang berbau adat dan keagamaan. Prosesi peusijuek biasanya dilakukan oleh seorang teungku (ustaz) atau ulama.
Dalam prosesi peusijuek biasanya seorang teungku menyiapakan berbagai macam jenis tanaman maupun tumbuhan. Di antaranya adalah rumput belulang, jeruk purut, bunga mawar, padi, beras dan daun cocor bebek.
Oen naleung sambo (rumput belulang) merupakan simbol kokoh dan kuat. Semua bagian dari rumput belulang digunakan dalam prosesi ini.Â
Jika seseorang melakukan peusijuek ketika ingin menikah, maka harapannya adalah agar pernikahannya kokoh, tidak mudah tergoyahkan oleh banyak masalah. Imannya kuat agar bisa membawa sang istri menuju Surga-Nya.