Nah kembali ke topik pembicaraan. Saya suka mengoleksi komik Tatang S, khususnya yang paling saya senangi adalah Komik Petruk dan Gareng.
Komik ini dijual dengan harga seribu rupiah kala itu. Jadi bagi anak SD seperti saya, membeli komik seperti ini tidak terlalu memberatkan. Harganya sangat bersahabat.
Komik Petruk dan Gareng bergenre komedi dan horor. Saya senang membaca komik tersebut lantaran ceritanya yang mudah saya pahami. Mengangkat hal-hal yang memang akrab dengan lingkungan kita. Misalnya tentang genderuwo, kuntilanak dan pocong yang memang sudah sangat familiar dikisahkan.
Kemudian mengenai Petruk dan juga Gareng. Kedua tokoh ini dapat dikatakan sangat mencerminkan ciri khas masyarakat Indonesia yang masih percaya dengan tahayul.
Petruk adalah seorang pemuda yang pemberani dan sigap. Sedangkan Gareng merupakan pemuda yang kadang sok bijak, sok berani namun solutif. Ada juga sosok pemuda lainnya bernama Bagong yang suka bertindak sembrono. Kemudian ada juga Pak Semar yang merupakan sosok orangtua yang suka memberi nasihat.
Komik ini berlatar belakang pedesaan, dan nama desa tempat mereka tinggal adalah Tumaritis. Suasana desanya masih sangat kental dengan budaya dan adat istiadat. Masyarakat di desa Tumaritis juga masih suka bergotong royong, melakukan ronda ketika malam, dan suka membantu ketika ada warga yang sedang kesusahan.
Komik ini juga dilengkapi dengan adegan-adegan konyol Petruk dan Gareng. Makanya untuk anak seusia saya saat itu, komik ini mempunyai daya tarik tersendiri.
Beli Mie Berhadiah Komik Lipat
Selain komik karya Tatang S. Dulu, saya juga sering mengoleksi komik lipat hadiah dari mie gemez.
Komik lipat tersebut mengangkat beberapa cerita. Seingat saya, yang paling populer adalah Cintami dan Bionic Boy. Saya sudah lupa bagaimana alur cerita dua komik ini.